Senin, 05 Mei 2014
Manufacturing Hope 126
Dari Tual terbang ke Bali. Dulu jual sekarang beli. Itulah pantun yang tiba-tiba diucapkan seorang tokoh saat berada di dalam lift kantor pusat Bank Rakyat Indonesia (BRI).
Hari itu Direktur Utama BRI Sofyan Basyir menandatangani kontrak pembelian satelit dari perusahaan Amerika Serikat (AS) Space System/Loral, LLC. Satelit tersebut akan diluncurkan perusahaan Prancis Arianespace.
Presiden SBY hadir di acara itu meski tidak memberikan pidato sambutan. Saya dan Menkominfo Tifatul Sembiring mendampingi beliau. Banyak pertanyaan wartawan setelah itu. Perlukah BRI beli satelit sendiri? Mengapa dilakukan sekarang ketika mau pilpres?
Saya sudah biasa menerima pertanyaan yang menyelidik seperti itu. Jadi, jawabannya pun sudah di luar kepala.
Yang paling tahu perlu beli satelit sendiri atau tidak tentu manajemen BRI sendiri. “Kalau Indonesia itu seperti Tiongkok atau India, memang tidak perlu,” jawab Sofyan Basyir. Dua negara tersebut berupa daratan (mainland). Komunikasinya bisa lewat kabel.
Tapi, Indonesia ini berpulau-pulau, jarak dari barat sampai ke timurnya 5.200 km. Jaringan BRI menyebar ke seluruh pelosok dan ke seluruh pulau. “Kalau BRI sudah puas seperti ini, juga tidak perlu satelit,” tambahnya.
Meski sudah menjadi bank yang sangat besar, BRI harus terus berkembang. Besar untuk ukuran Indonesia belum besar untuk ukuran dunia. BRI sudah menjadi micro banking terbesar di dunia. Sistemnya harus benar-benar kuat. Sistem teknologi informasinya harus benar-benar modern.
Masih ada lagi. “Kalau harga satelit itu mahal, juga tidak perlu,” kata Sofyan. Bagi BRI, dengan laba tahun lalu Rp 21,5 triliun, pengadaan satelit ini berada dalam jangkauan kemampuannya. Apalagi, pengeluaran rutin untuk komunikasinya sudah mencapai Rp 500 miliar setahun.
“Kalau punya satelit sendiri, pengeluaran itu bisa turun menjadi kurang dari Rp 250 miliar setahun. Ada penghematan Rp 250 miliar setahun,” ujar Sofyan.
Saya memang menyetujui langkah besar BRI ini. Dengan demikian, BRI bisa memberikan pelayanan lebih baik. Bahkan bisa leluasa membuka jaringan di pulau sejauh apa pun dan seterpencil apa pun. Pulau-pulau yang jauh itu tidak lagi jauh secara sistem. Semuanya bisa dikontrol secara tersentral dan real time.
Tapi, mengapa dilakukan sekarang, ketika dekat pilpres? Pertanyaan ini sama sekali tidak relevan. Sebuah korporasi harus tetap bergerak di saat apa pun. Sebelum pilpres atau sesudah pilpres. Korporasi bukan institusi politik dengan siklus politiknya.
Bila kita melakukan sesuatu di hari Senin, akan ditanya mengapa tidak Selasa. Dilakukan Selasa pun, pasti akan ditanya mengapa tidak Rabu! Tidak akan ada habis-habisnya.
Saya ingin terus mendorong BRI maju. Mumpung momentumnya tepat. Kadang momentum muncul hanya sekali. Kalau tidak dimanfaatkan bisa lewat begitu saja. Apalagi, pembelian satelit oleh BRI ini mengandung unsur patriotisme dan kebanggaan nasional yang tinggi. Ini bukan pidato tentang patriotisme. Ini langkah nyata.
Kavling orbit satelit ini dulunya milik Indonesia. Jelasnya milik Indosat. Namun, ketika Indosat dijual pada 2002, satelit tersebut ikut terjual. Kavling satelit itulah yang kini “direbut” kembali oleh BRI.
Tidak gampang. Sulit. Sangat sulit. Saya bersyukur usaha yang ruwet itu akhirnya berhasil.
BRI (dan kita semua) sangat berterima kasih kepada Menkominfo Tifatul Sembiring. Beliaulah yang berada di depan untuk berjuang mendapatkan kembali kavling satelit itu. Tentu juga mendapat dukungan penuh Bapak Presiden SBY. Perjuangan satelit ini tidak kalah heroiknya dibanding perjuangan mendapatkan Inalum tahun lalu.
Seandainya perjuangan “merebut” kembali kavling satelit ini tidak sulit, tidak perlu memakan waktu. Pembelian satelit itu pun sudah bisa dilakukan tahun lalu. Bukan menjelang pilpres begini.
Satelit itu nanti diberi nama BRIsat. Akan diluncurkan dari pulau kecil Guyana di pesisir Karibia, Amerika Selatan. Satelitnya sendiri dibuat di AS. Lalu diangkut ke Prancis. Dari Prancis dinaikkan kapal feri ke Guyana, memakan waktu lebih satu bulan. Bergantung cuaca dan gelombang laut.
Setelah diluncurkan dari Guyana, hanya dalam waktu 29 menit BRIsat sudah berada di ketinggian 35.000 km. Dari luar angkasa sana BRIsat bisa meng-cover wilayah seluruh Indonesia, Asia Tenggara, sampai Australia Barat.
Lokasi BRIsat adalah orbit terbaik. Orbit ini mestinya hanya bisa diisi 360 satelit. Karena mereka harus dideretkan di tiap derajat dari 360 derajat keliling bumi. Orbit ini jadi rebutan semua negara.
Saking banyaknya negara yang mengincarnya, sampai-sampai kompromi harus dilakukan. Lokasi yang mestinya diisi 360 satelit itu kini sudah diisi lebih dari 900 satelit! Alangkah padatnya. Alangkah berjejalnya. Betapa penuhnya orbit itu. Satelit dari seluruh dunia. Itulah sebabnya apa yang dilakukan BRI ini sungguh heroik! Terlambat sedikit, lokasi tersebut bisa jatuh ke negara lain.
Dengan langkah ini pula BRI bisa menarik pulang ahli-ahli satelit kita yang selama ini bekerja di luar negeri. Anak-anak bangsa itu dulunya disekolahkan Pak Habibie ke luar negeri. Lalu tidak pulang karena kondisi ekonomi kita yang terpuruk.
Salah satu di antara mereka adalah Dr Ir Meiditomo Sutyarjoko MSEE. Dia benar-benar ahli satelit yang dipercaya dunia maju. Suatu hari, dua tahun lalu, Meiditomo liburan ke Jakarta. Dia memperkenalkan diri kepada saya. Meiditomo mengatakan, suatu saat nanti Indonesia harus bisa meluncurkan satelitnya sendiri. Dia merasa mampu.
Meiditomo (adik kandung ahli nuklir kita Yudiutomo Imardjoko, Dirut PT Batantek) juga sudah melakukan studi tentang pantai mana di Indonesia ini yang terbaik untuk tempat peluncuran satelit. Lokasi itu, kata Meiditomo, “terbaik di dunia”.
Dia lantas menyebutkan nama lokasi yang ternyata sudah pernah saya kunjungi. “Lurus langsung menuju orbit,” katanya. Kita punya lokasi peluncuran satelit yang posisinya terbaik di dunia!
Kini ada satu tim ahli satelit bangsa sendiri yang pulang ke Indonesia. Mereka menjadi pegawai BRI. BRIsat memang akan dikelola BRI sendiri. Bukan dikelola, misalnya, anak perusahaan.
“Kami ingin satelit ini tidak pernah dijual,” tegas Sofyan. “Kalau dimiliki anak perusahaan, bisa-bisa nanti ujung-ujungnya dijual,” tambahnya.
Saya dukung sepenuh-penuhnya.(*)
Dahlan Iskan
Menteri BUMN
Hiduplah Indonesia Raya.
Indonesia … tanah airku
Bagus. Teruslah berkembang. jangan hanya mengeluh kayak tuntutan kaum buruh kemarin
http://tipslele.wordpress.com/2014/05/02/mengkritisi-tuntutan-kaum-buruh/
BRIsat bikin BRI melesat!
Kenapa bangsa ini lama berkembangnya? Karena orang pintar di indonesia tidak dipelihara…. sukurlah kalau orang2 pintar sudah akan mulai dipelihara….
Orang Pintar Jamannya Pak Dahlan Iskan dipelihara apalagi jadi RI 1, orang pintar Indonesia diseluruh dunia disuruh pulang, kalau pak Dahlan Iskan tidak jadi apa-apa kembali orang-orang pintar tidak dipelihara lagi, istilahnya ( sak karepe )
Alhamdulillah,…terharu nglihatnya…..bangga merasakannya…..menjadikan semangat baru….
orbitnya itu yang terpenting !
Alhamdulillah, satelit berikut kaplingnya sudah terbeli kembali, setelah dulu dijual Si Mpok merah. Tinggal Indosatnya nih yang belum terbeli kembali. Ayo, beli..beli..beli lagi..!
Sedangkan Pak Dahlan sendiri tdk menyalahkan penjualan waktu itu krn memang kondisi ekonomi mengharuskan kalau tak ingin berhutang utk jalankan roda Pemerintahan.
tak perlu menyalahkan orang lain.
kali sak kedunge,
penting bukti nyatane.
“Namun, ketika Indosat dijual pada 2002, satelit tersebut ikut terjual. Kavling satelit itulah yang kini “direbut” kembali oleh BRI.” Terharu membacanya, sayang pak di nggak nyapres, kita doakan beliau tetap dpt posisi yg tepat di pemerintahan nanti
Alhamdulillah….! Bangga rasanya….! Semoga Pak DI jadi Presiden RI selanjutnya, amiiin….
Luar biasa BRI. Semoga menjadi tonggak kejayaan BRI dan BUMN untuk lebih meningkatkan kesejahteraan rakyat dan memajukan peradaban bangsa ini supaya menjadi bangsa adidaya. Salam DahlanIs.
Ikut nimbrung ya Bro…eh, keponakan budhe yg digendhong itu sekarang umur berapa ya…( pp nya sibuk, jarang turun gunung he he he)
Indonesia dengan negara kepulauannya sudah seharusnya punya satelit….tinggal menunggu pesawat kecil bikinan PT DI yang bisa terbang murah ke pelosok-pelosok menjangkau seluruh negeri Indonesia .
Kalau komunikasi dan transportasi sudah menjangkau, ditunjang dengan pemerataan listrik…Insya Allah pembangunan akan tumbuh dengan sifnifikan di seluruh Nusantara tercinta ini
Semoga Abah diberi tempat yang strategis ( Oleh Tuhan) agar bisa meneruskan VISI dan MISI nya…Indonesia masih butuh Dahlan Iskan.
Setuju bu Wning, apalagi dengan jaringan BRI yang sampai ke pelosok bisa membuat keinginan masyarakat untuk menabung menjadi lebih besar, sekaligus penyaluran kredit juga lebih banyak dan luas nantinya……
Mudah-an beliau ditakdirkan untuk mjd RI1 atau RI2 nantinya…amiin yra.
Buguru, pripun kabare lare2?
bro…coba kirim kabar n identitas yang jelas ke kontakwning@yahoo.co.id insya Allah nanti dijawab…soalnya gak enak ngomong privacy di ranah umum…he he he
Dengan punya satelit sendiri semoga BRI tambah maju. Amin
merinding aku bacanya. kalo saya nih harusnya pak dahlan itu menulis tentang pencalonanya jadi presiden di konvensi demokrat. tapi ini malah urusan kemajuan bri. benar adanya teman teman. bahwa jadi presiden bukan ambisi abah dah dahlan. jadi presiden adalah sebuah takdir. jadi presiden siat jadi wapres siap gak jadi apa apa juga sangat siap. tapi bagi saya inilah kerugian besar bangsa ini jika abah tidak jadi apa apa. tapi cita cita abah jadi orang yang bebas dan merdeka tercapai. tetap semangt!
tak jadi apapun dalam pemerintahan
Pak Dahlan dan perusahaannya tetap akan menjadi vigur dan lembaga yg berpengaruh.
APALAGI PERUSAHAAN MEDIA.
mantap!! berdaulat di orbit satelit
INi bukan Pidato patriotisme, INI karya nyata !!!!!!!!!!!!!!!!!!!!
Bos dan partainya raisopopo hanya pintar menjual asset berharga
anak buahnya juga nebeng mobil smk yg sampai saat ini gak ada jluntrungnya. terus beli trans jkt yg rombeng dg harga fantatis
Alhamdulillah, semoga barokah…., Semangat Indonesia………………………
SAYAANG ,,,SAYANG SERIBU SAYANG ORANG KAYAK GINI GAK DAPAT TAKDIR MEDIA DARLYNG,,,,,TETAP SEMANGAAATT,,,,,,,,,,,?????????????
Jadi Presiden atau Wakil Presiden Bissmillah, gak jadi apapun Alhamdulillah.. itulah tipikal pemimpin yang sesungguhnya sangat dibutuhkan Bangsa Indonesia… berani berkata ini loooh prestasi bapak anu, dirut anu, si anu, saya hanya ikut mendorong saja.. luar biasa. keikhlasan yang sangat langka.
sayang sekali jika beliau tahun ini tidak tersedia dalam list Capres Cawapres.. rugi besaaaaaaaaaaar.
Dan jika semua ide beliau dilanjutkan atau dijadikan sarana minjam prestasi, beliau baik-baik saja ya. Karena apa, orang berprestasi itu akan selalu memiliki ide lain lagi, dan lagi. Kalau yang visi misi dan idenya takut dicontek, biasanya sih karena kemampuannya mungkin hanya itu. Jadi kalo dicontek abis sudah. So, perbanyak ide yuk, dan realisasikanlah. Seperti Abah kita … bukan seperti …tiiiiiiiiitt
like
jika kita telah meyakini klo abah DI tu pilihan paling tepat sbg nahkoda bangsa ini…
ketika kita juga yakin akan sangat rugi jika beliau nantinya tidak menjadi apa2…
jika kita merasa selalu termotivasi karenanya untuk selalu semangat membangun bangsa….
jika peluang untuk mengantarkan beliau sebagai RI 1 belum tertutup….
jika kita masih punya kepedulian besar intuk kejayaan bangsa…
….
knapa kita tidak galang dana untuk mensosialisasikannya?
…..
kita tahu bahwa abah DI adalah pemimpin yang “rame ing gawe, sepi ing pamrih”, banyak bekerja tanpa pamrih…
kita tahu bahwa media nasional tidak sering mempublishnya karena mereka punya calon sendiri…
….
knapa kita tidak galang dana untuk mensosialisasikannya?
…..
kita ingat barak obama yg didukung rakyatnya…
kita ingat ibu prita yang mendapat banjiran koin pedulii..
kita ingat KPK yang mendapat dukungan saat dana pembangunn gedungnya tidak disetujui DPR..
…
knapa kita tidak galang dana untuk mensosialisasikannya?
…..
diantara kita pasti ada yg pandai bikin iklan…
diantara kita pasti ada yg bisa pandai dlm menghimpun dana….
diantara kita pasti ada yang bisa disisihkan..
pasti ada dan pasti bisa…
…
knapa kita tidak galang dana untuk mensosialisasikannya?
…
harapan belum sirna kawan….
Semoga berjalan lancar dan menjadi karya nyata untuk bangsa dan negara
BRI (dan kita semua) sangat berterima kasih kepada Menkominfo Tifatul Sembiring. Beliaulah yang berada di depan untuk berjuang mendapatkan kembali kavling satelit itu. Tentu juga mendapat dukungan penuh Bapak Presiden SBY. Perjuangan satelit ini tidak kalah heroiknya dibanding perjuangan mendapatkan Inalum tahun lalu.
Dengan langkah ini pula BRI bisa menarik pulang ahli-ahli satelit kita yang selama ini bekerja di luar negeri. Anak-anak bangsa itu dulunya disekolahkan Pak Habibie ke luar negeri. Lalu tidak pulang karena kondisi ekonomi kita yang terpuruk.
Salah satu di antara mereka adalah Dr Ir Meiditomo Sutyarjoko MSEE. Dia benar-benar ahli satelit yang dipercaya dunia maju. Suatu hari, dua tahun lalu, Meiditomo liburan ke Jakarta. Dia memperkenalkan diri kepada saya. Meiditomo mengatakan, suatu saat nanti Indonesia harus bisa meluncurkan satelitnya sendiri. Dia merasa mampu.
Dahlan Iskan sangat tawaddu’ ….. mengakui hasil kerja orang lain dan disampaikan kepada dunia…….
Inilah nasionalisme dan patriotisme sejati, bulan pidato tapi realita , cocok tak iye.
kenapa tidak nyuruh telkom luncurkan dan mengelola satelit untuk BRI yagh?? kan telkom sudah dari duli mengelola satelit dan ada resource-nya disana? . Sinergi BUMN nya sepertinya tidak jalan nih….kasian………
Karena yg mampu dengan pendapatan 21 T hanya BRI, telkom bisa tetapi pendapatan akan tergerus begitu besar…………………………
Karena penggunaan satelit ini adalah terutama untuk keperluan intern telekomunikasi BRI sebagai korporat besar, yg bila tidak dilakukan akan mengharuskan mereka terus mengeluarkan biaya sebesar 500M/thn, dengan adanya satelit ini pengeluarannya bisa ditekan menjadiseparuhnya, begitu coy.
Ahamdulillah ……………… majulah BRI Ku, Majulah BUMN Ku dan Majulah INDONESIA Ku………
setelah sy baca..sy jd mngerti knp kita harus beli..trmksh.
Allhamdulillah… selamat BRI. Mudah2an peluncurannya berjalan on time schedule dan lancar…Ayo BUMN yang lain. Lakukan terobosan besar lainnya demi kedaulatan bangsa. Terimakasih abah Dahlan Iskan . Atas kerja kerasnya membangun BUMN menjadi lebih baik..
Alhamdulilah akhirnya kita bisa punya satelit sendiri, setidaknya data kita lebih aman, untuk abah dis, diposisi apapun semoga menjadi pengabdian untuk masyarakat, semoga Men BUMN tetap beliau siapapun presidenya, biar lebih terarah
Alangkah luar biasanya apabila para pejabat dan elite politik bisa menjalankan amanahnya. Indonesia akan semakin majuuu. Tp saya optimis masih banyak orang2 seperti pak dahlan. Hal kecil yg bisa saya jalankan adalah memaksimalkan profesi saya. Menjadi yg terbaek baik apa yg saya lakukan sekarang, dan tentunya kepada rekan2 smua. Semangat senin, we will optimiz.
merinding saya membaca MH126 ini
Paling paling tetangga sebelah nyindir begini’ ” Ngapain beli satelit koq jauh-jauh ke amerika di NTT kan juga banyak……he…he..he…
Kalau di NTT bukan satelit Bung, tapi SATE gak pake LIT. He he he
Sate Lilit kaleee
Lumayan juga, semoga dapat terus dipertahankan… 🙂
Luruskan niatmu….untuk kepentingan rakyat…bukan perorangan,institusi, dan atau golongan….#SaveBTN
Bahkan BTN diakuisisipun sebenarnya bukan untuk perorangan, tapi untuk kepentingan rakyat juga pada akhirnya. Pengamat ekonomi, dan orang-orang yang bisa melihat jauh ke depan tidak akan mempermasalahkan akuisisi BTN. Gedung Jatim Expo, bagaimana dulu Dahlan Iskan dicerca, tapi kini orang bersyukur Dahlan Iskan bangun itu dulu, kalau sekarang biayanya pasti lebih besar. Tol atas laut, buat apa sih kata orang, tapi lihatlah 10-20 tahun ke depan, jika terealisasi, orang akan berterima kasih atas ngototnya Dahlan Iskan. BTN-pun seperti itu saya fikir, kurang lebihnya. Banyak orang lembam dan takut akan perubahan. Padahal bisa jadi perubahan itu untuk hal yang lebih baik.
Sebenarnya kurang pas klo BRI yg pegang satelit, tapi gimana lagi telkom hidupnya dari telkomsel, telkomsel saham asing lumayan banyak. Tapi masih OK menurut saya, setidaknya manfaat-nya masih lebih banyak daripada mudharatnya lah.
dan indonesia msh berjuang utk merebut kavling tambang yg dikuasai freeport di papua. maju tak gentar.
ahli mobil listrik tlah pulkam. ahli satelit pun pulkam. slanjutnya ahli apa lagi ya. ahli pesawat terbang. ahli kapal dan alusista. dan ahli2 lainnya
Maaf bung mungkin salah ketik, bukan Alusista tapi ALat UTama SIStim persenjaTAan (alutsista). Karena saking semangatnya kalik. Hehehe
iya terima kasih koreksinya. maksud saya jg gitu. otaknya lg lemot. btw saya cewek, rasanya tdk pas kalo pake sapaan ‘bung’
Hehehe…
Klo mas, pasangannya mbak
Klo bung pasangannya apa yaa?
Sama aja kali. ALat Utama SIStem persenjaTAan (ALUSISTA) hahaha …
Saya dukung sepenuh-penuhnya… #DIFORPRESIDEN
Luar biasa.. kapan ada terobosan lain lagi. bikin kita tambah semangat lagi.. semangat — semangat…
apa kata jkw, simpolon, arya bm, tentang ini ya, paling paling mereka berkata, aku rafofo,
Hehehe… Hebat hebat hebat Bung DI!
Kampanye yang sangat santun walaupun sangat menukik ke palung hati. Betapa tidak? Menurut sy yang awam ini kira-kira begini maksudnya:
* Hati2 memilih presiden, jangan sampe jual jual jual terulang kembali.
* Bung DI mau membangun simpati terhadap orang-orang di sekeliling Habibi.
* Bung DI mencoba membangun komunikasi dengan PKS.
* Tentu saja demi Indonesia!
Salam Kangen untuk para DahlanIS.www
Salut atas usaha Abah DI dan BRI yg berani berinfestasi besar utk kemajuan Indonesia yg akan menyongsong pasar bebas, sehingga negara Indonesia masih mempunyai daya saing dari negara-negara tetangga dan mudah-mudahan tdk ada lagi penyadapan oleh pihak asing
Sip….ikut senang dan bangga, teruskan niat baik pak DI. Semoga Alloh.SWT memberikan yang terbaik untuk bapak.
Dari Tual terbang ke Bali. Dulu Jual sekarang Beli, Satelit Indosat dijual ke luar negeri akibatnya Indonesia di SADAP oleh pihak asing. Untuk mengantisipasi supaya hal ini tidak terjadi lagi, maka pemerintah melalui BRI membeli SATELIT sendiri untuk komunikasi dalam negeri sendiri dan tidak akan pernah dijual lagi.
Indonesia pasti bisa.
Jangan jadi bangsa pemalas!!
Bangkit! Kerja!!
Kita kaya akan sumber alam, kaya pula akan sumber daya manusia.
Sumber daya alam dipelihara, sumber daya manusia dibina.
Indonesia Jaya!!
Mantap
jika kita telah meyakini klo abah DI tu pilihan paling tepat sbg nahkoda bangsa ini…
ketika kita juga yakin akan sangat rugi jika beliau nantinya tidak menjadi apa2…
jika kita merasa selalu termotivasi karenanya untuk selalu semangat membangun bangsa….
jika peluang untuk mengantarkan beliau sebagai RI 1 belum tertutup….
jika kita masih punya kepedulian besar intuk kejayaan bangsa…
….
knapa kita tidak galang dana untuk mensosialisasikannya?
…..
kita tahu bahwa abah DI adalah pemimpin yang “rame ing gawe, sepi ing pamrih”, banyak bekerja tanpa pamrih…
kita tahu bahwa media nasional tidak sering mempublishnya karena mereka punya calon sendiri…
….
knapa kita tidak galang dana untuk mensosialisasikannya?
…..
kita ingat barak obama yg didukung rakyatnya unt dana kampanye…
kita ingat ibu prita yang mendapat banjiran koin pedulii..
kita ingat KPK yang mendapat dukungan saat dana pembangunn gedungnya tidak disetujui DPR..
…
knapa kita tidak galang dana untuk mensosialisasikannya?
…..
diantara kita pasti ada yg pandai bikin iklan…
diantara kita pasti ada yg bisa pandai dlm menghimpun dana….
diantara kita pasti ada yang bisa disisihkan..
pasti ada dan pasti bisa…
…
knapa kita tidak galang dana untuk mensosialisasikannya?
…
harapan belum sirna kawan….
Setuju Mas Arief, saya siap nih. Jgn lupa Abah sudah punya Marketing Tools yg sangat jitu yakni Film Sepatu Dahlan Iskan. PR kita adalah bagaimana caranya agar film tersebut bisa diakses oleh banyak orang.. tentu itu butuh dana…. Nah disitu peran kita…. Siapa yg mau jadi EO-nya nih…
pake layar tancap aja
so … pasti …. lebih merakyat …
dan ga bakalan mahal-2 amat
tolong kabari aku jika sudah ada EO nya
aku ikut menunggu ….
tapi ………….. ??
jadi ndak ya …. ….. poros PD …… ???????? dengan duet “Dahlan – Mahfud” -nya
kliatannya koq bakal telat lagi …. (ga kebagian mitra strategis ……..)
..
Sangat setuju sekali!!!
Tapi masalahnya adalah partai yang mengusung bung DI ini sepertinya tidak sungguh2, hanya seperempat hati.
Partai yg lain sudah wess wess wess…
Ini PD masih lemot mot mot mot… ssew ssew ssew…
ada rencana SEPATU DAHLAN bakal tayang di JTV dan 50stasiun tv lainnya (mungkin tv lokal japos group) jumat tgl 9mei jam19.30 dan minggu 11mei jam10. itu sy baca di postingan fb group dahlanis
Pak Dis, mohon kiranya sudi mendesak Pak Sofyan Basyir untuk membukukan cerita suksesnya, seperti Pak Dwi Sutjipto (Semen Indonesia) dan Pak Sutarto Alimoeso (Bulog). Atau ditulis oleh Tim BUMN seperti Pak Jonan. Alternatif lain, meminta Khrisna Pabicara atau Alberthiene Endah untuk menyusun valuegrafinya Pak Sofyan
Basyir (meminjam istilahnya Helmy Yahya). Biar banyak orang yang baca dan menjadi lebih optimis terhadap masa depan negerinya yang tercinta : Indonesia.
Setuju pak dhe..
Masyarakat sudah jenuh dengan berita yg penuh pesimisme
Di detik banyak mendukung wacana Calon Presiden Dahlan Iskan dan Wakil presiden Mahfud MD, dua pendekar bangsa, kita dukung kalau jadi Calon siip, yang gelap terbitlah terang
Maju terus Indonesia!
Semoga kita memiliki pemimpin yang memiliki rasa nasionalisme tinggi dan tidak mengutamakan kepentingan pribadi dan golongan saja.
Sy yakin sebenarnya SBY sangat setuju dg rencana akuisi BTN oleh Mandiri, namun timingnya yg jadi masalah. Beliau kan begronnya militer yg kudu hati2.
Pak Dahlan Iskan itu nasionalisme Tinggi, sampai Pariwisata di Pulau Natunapun dipikirkan, supaya seperti maldives
luar biasa langkah BRI…dan juga Pak Dahlan..seandainya beliau jd R1…Indonesia pasti lebih cepat maju dan negara ini tdk lagi jd olok-olokan bangsa lain..dan juga tdk diolok-olok oleh warga indonesia sendiri…
tetangga sebelah bilang……”beli dan beli yang banyak….nanti akan kujual kalo aku jadi presiden….budhe dan konco2ku butuh uang banyak” hahahahaha
Rapopo ora iso opo-opo, blusukan hasilnya opo
Ganok popo
Ngono zo ngono, cak, nanging zo ojo ngono. Hohohohoho…
Aku jadi bertanya-tanya seperti ini:
Andai yang suka blusukan itu jadi presiden, trus melakukan blusukan ke seluruh Indonesia untuk menertibkan pedagang kaki5. Lalu apa yang dihasilkan selama 5 tahun k dpn?
Jangan2 waktu 5 tahun itu pun blom cukup untuk menuntaskan penertiban pedagang kaki5 seluruh indonesia? Hehehe…
jiwa Nasionalisme tidak dapat dibeli !!!
Nitip link yaa teman 🙂
http://flashcomindonesia.wordpress.com/2014/05/08/in-house-training-it/
Semua Presiden yang mengusung nasionalisasi tak akan jadi, kepentingan asing sangat kuat di Indonesia. itu menyangkut hajat hidup mereka. Makanya Capres terpopuler, meski populer ga berani garansi tdk akan memperpanjang kontrak dg asing. Ini menyangkut suply dana.
terimakasih pak ada wordpress ini..orang-orang kecil jadi tahu..apa yang dilakukan sebagian orang besar..krn d pemberitaan yang gencar hanya korupsi..
Reblogged this on arifpryono2012 and commented:
Alhamdulillah.Dulu Indonesia jual satelit+orbitnya, sekarang dibeli lagi 🙂
Reblogged this on Faisal Jamil.
Saya bangga sekali dengan BRIsat….Sukses dan Jayalah selalu Indonesia-ku…. 🙂
Reblogged this on Catatan Masa Depan and commented:
Sunggu beruntung kita (indonesia) memiliki saudara seperti bapak Dr Ir Meiditomo Sutyarjoko MSEE. Semoga saya dan kalian mampu menjadi bibit-bibit yang bermanfaat bagi nusa dan bangsa.
Kalo melihat BRI di daerah sangat pantas rasanya kalo ini adalah bank bukan sekedar urat nadi perekonomian tetapi sudah menjadi pengikat rakyat indonesia. sistemya semakin berkembang dengan pelayanan maksimal. rasanya bangga menjadi generasinya Mbah DI. sayang hanya Hope yang menjadi pelipur rindu jika Bp DI pensiun.ayo teman giaman caramu mengikat mbah DI di pusaran eksekutif. jawab dong.
Mari kita apresiasi sebesar-besarnya langkah ini tanpa harus mencela-cela orang lain yang gak ada hubungannya 🙂
BRI is Awesone. (Punten source code tuk php dan GISnya mas boleh minta?. Nuhun
)
kerem bang
Maju terus Indonesia!
mantaabb 😀
semoga terus maju indonesia gan..
“Allah memusnahkan riba dan menyuburkan sedekah. Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang tetap dalam kekafiran, dan selalu berbuat dosa.” (QS. Al Baqarah [2]: 276)