>>
Anda sedang membaca ...
Buku, Catatan Dahlan Iskan

Kembalinya Guru Para Jenderal ke Medan Laga

Jum’at, 02 Maret 2012
Stres Berat, Minta Petunjuk Patung Gatot Subroto
Oleh: DAHLAN ISKAN, Pecinta Buku

Bagi yang penasaran mengapa SBY menunjuk T.B. Silalahi menjadi ketua Dewan Pengawas Partai Demokrat yang lagi di puncak kesulitannya, bacalah buku ini: TB SILALAHI (bercerita tentang pengalamannya). Jangankan mengurai benang kusut yang ruwet, Pak Harto yang begitu berkuasa pun berhasil TB (begitu dia akrab dipanggil) “tundukkan”.

============================

Dalam buku yang ditulis dengan gaya bahasa yang sangat menarik, lancar, dan mengalir oleh wartawan senior Atmadji Sumarkidjo ini, berbagai kisah penundukan TB diceritakan: menundukkan Jenderal Rudini, Jenderal Edy Sudradjat, dan banyak jenderal lainnya yang sebenarnya adalah atasannya. TB juga berhasil menundukkan para analis perang, berbagai universitas, para tokoh agama, dan yang hebat TB juga berhasil menundukkan dirinya sendiri.

TB berhasil pula menundukkan wilayah-wilayah berat seperti Sulsel dan Papua. TB yang Kristen Batak begitu berhasil merebut hati masyarakat di dua provinsi itu. Sampai-sampai, saat TB diangkat menjadi menteri di Kabinet Pembangunan VI, doa syukur bersama untuknya justru dilakukan oleh jamaah masjid di Enrekang, Sulsel, sesaat setelah TB dilantik. Bahkan, seorang gubernur Papua yang terkenal polos, Ishak Hindom, pernah berani menyampaikan kepada Pak Harto bagaimana kalau Papua merdeka saja: presidennya orang Papua asli dan perdana menterinya T.B. Silalahi!

TB memang brilian. Dia selalu lulus terbaik untuk jenis pendidikan apa saja yang pernah dijalaninya selama menjadi tentara. Mulai AMN sampai kursus-kursus yang begitu banyaknya. Termasuk saat mengikuti Sekolah Komando dan Lemhanas. Bahkan, ketika Seslapa, TB lulus dengan cum laude. Hanya sekali dia menjadi juara dua. Yakni, sewaktu menjalani tes masuk Seskoad (Sekolah Komando Angkatan Darat). Itu pun akhirnya dia juga menjadi juara satu karena juara pertamanya rupanya ada masalah, lalu dicoret.

Kalau ada yang dia sesalkan adalah mengapa ditakdirkan tidak pernah mendapat kesempatan bersekolah di Amerika Serikat. Ini gara-gara hubungan Indonesia-AS memburuk tahun itu yang diingat melalui ucapan Presiden Soekarno: go to hell with your aid. Tapi, TB berusaha menundukkan dirinya sendiri: Dia pinjam semua buku yang dibawa pulang oleh perwira-perwira yang lebih dulu berkesempatan bersekolah militer di AS. Dia lalap semua buku itu. Tanpa bersekolah ke AS pun, penguasaan ilmunya bisa lebih unggul.

TB memang hobi membaca. Sebab, TB menyenangi tugas mengajar. Itu sempat membuat komandannya kaget ketika dalam mengisi formulir penempatan, TB memilih mengajar. Lulusan terbaik setiap jenjang pendidikan selalu mendapat prioritas untuk memilih ditempatkan di mana. TB memilih mengajar! Yang umumnya dijauhi perwira lain. Padahal, dia perwira kavaleri yang tangguh. Yang sangat menonjol di berbagai operasi, baik di Garut, Malangbong, Tasikmalaya (operasi penumpasan Kartosuwirjo), maupun operasi di Sulsel (penumpasan Kahar Muzakkar).

Menarik membaca alasan TB: Saya sudah cukup di pasukan, lama-lama di pasukan bisa bodoh! Maka, berangkatlah TB ke Pusat Pendidikan Kavaleri di Purabaya. Satu daerah pegunungan kapur di Jabar yang jauh dari Bandung. Sepanjang perjalanan ke kampus itu, TB harus melewati debu kapur sehingga sang guru sering tiba di kampus sebagai kera putih Hanoman.

Sebagai guru, TB tidak ada tandingannya. TB selalu terpilih sebagai pengajar terfavorit di setiap pemilihan pengajar oleh para siswanya. Tidak heran bila TB belakangan juga dikenal sebagai gurunya para jenderal. Tidak ada jenderal yang pada masa pendidikannya tidak pernah diajar dengan menarik oleh TB. Setidaknya, gelar itu diberikan Jenderal Wiranto.

Saat itu, Wiranto menjadi ajudan Presiden Soeharto. Ketika Pak Harto mulai tertarik dengan TB dan menanyakan siapa itu TB, Wiranto dengan singkat mengatakan bahwa TB itu gurunya para jenderal. Wiranto-lah yang selalu menjadi pintu bagi TB untuk bertemu Pak Harto. Belakangan, ketika hubungan TB dan Pak Harto sudah istimewa, justru Wiranto yang minta bantuan TB untuk memperlancar tugasnya sebagai ajudan presiden. Terutama kalau mood Pak Harto lagi mendung. TB-lah yang mampu mencairkan pikiran Pak Harto.

Itu ada ceritanya. Sewaktu TB harus menghadap Pak Harto menyampaikan masalah yang sangat penting, Wiranto mencegahnya. Pak Harto lagi bad-mood. Tapi, TB ngotot karena masalahnya memang penting. Di ruang kerja Pak Harto itu, TB mencari akal bagaimana membuat Pak Harto tidak lagi murung. Berceritalah TB mengenai kisah kehebatan Pak Harto yang pernah dia dengar dari para jenderal yang pernah mendengarnya. Yakni, mengenai pertempuran Ambarawa.

Waktu itu, Pak Harto diperintah Jenderal Gatot Subroto untuk mempertahankan sebuah bukit yang penting. Pak Harto dan pasukannya tidak boleh meninggalkan bukit itu sama sekali. Ketika malam Belanda membombardir bukit itu habis-habisan, Jenderal Gatot Subroto menangis.

Dia mengira Pak Harto pasti sudah tewas. Demikian juga pasukannya. Pagi itu, Gatot Subroto mengerahkan pasukan menyisir bukit tersebut untuk mencari mayat Pak Harto. Ternyata, Pak Harto masih hidup. Ternyata, Pak Harto, dengan perhitungannya sendiri, tidak menaati perintah atasannya itu. Pak Harto, sebelum malam tiba, sudah meninggalkan bukit tersebut.

Senjata TB itu sangat ampuh. Baru sebentar TB berkisah, Pak Harto sudah menimpali. Bahkan, Pak Harto-lah yang kemudian meneruskan kisah itu dengan semangatnya. Wiranto yang mendengarkan dari ruang sebelah merasa gembira. Maka, setiap melihat Pak Harto bad mood, Wiranto minta agar TB berpura-pura punya urusan dengan Pak Harto.

Hebatnya, TB menyadari, menjadi anak emas itu banyak tidak enaknya. Dan dia belajar banyak dari situ. Waktu Rudini diangkat menjadi KSAD, TB yang masih paban diminta menjadi orang nomor dua untuk menghadap. Padahal, mestinya para asisten dulu. Itu menimbulkan kecemburuan yang merugikan dirinya. Apalagi ketika akhirnya tahu TB-lah yang diminta membuatkan konsep tujuh perintah harian KSAD yang baru.

TB juga pernah menjadi anak emas Jenderal M. Jusuf. Mulanya dari kunjungan Menhankam/Pangab asli Makassar itu ke Makassar setelah meredanya kerusuhan anti-Tionghoa di sana. Jenderal Jusuf begitu senangnya kerusuhan tersebut berhasil diselesaikan dengan cepat. Karena itu, saat itu juga, di tempat rapat itu juga, Jenderal Jusuf minta pangkat Pangdam Hasanuddin Brigjen Soegiarto dinaikkan menjadi mayor jenderal.

Setelah itu, sang Pangdam dengan rendah hati mengemukakan bahwa kerusuhan tersebut cepat teratasi berkat peran asisten operasinya, Letkol T.B. Silalahi. Kebetulan, pangkat TB itu sudah agak lama tersendat. Mendengar itu, Jenderal Jusuf langsung mengeluarkan perintah yang mengagetkan: Ya sudah, naikkan pangkat Silalahi hari ini juga!

KSAD saat itu, Letjen Poniman, menjelaskan bahwa kenaikan pangkat tidak bisa dilakukan mendadak di tempat seperti itu. Setidaknya, harus dibuatkan dulu surat keputusannya di Jakarta. Setidaknya, harus dicarikan dulu nomor surat keputusan yang akan dibuat. Apa jawaban Jenderal Jusuf” “Tidak usah lah kau cari-cari nomornya. Kalau perlu, pakai nomor mobil saya,” perintah sang Jenderal.

Tentu tidak ada yang berani membantah perintah panglima ABRI. Tapi, ada kesulitan teknis untuk menaikkan pangkat TB saat itu juga. Dari mana bisa mendapatkan tanda pangkat kolonel di kota seperti Makassar yang akan disematkan di pundak TB” Sudah diusahakan dicarikan di toko-toko dan di pasar loak, tapi tidak ditemukan. Akhirnya, memang bisa didapat. Tapi, tanda pangkat itu sudah sangat kusam. Cepat-cepat tanda pangkat itu di-brasso untuk disematkan di pundak TB.

Kelak, peristiwa tersebut menyulitkan karir TB. Terutama setelah panglima ABRI-nya diganti. TB dikira “geng”-nya Jenderal Jusuf. Karirnya terhenti sangat-sangat lama dan penempatannya pun tidak di pusat kekuasaan. TB sempat frustrasi lagi. Sampai-sampai, saat berjalan pagi dengan istrinya di kompleks Seskoad Bandung, TB mengambil sikap yang dianggap istrinya sangat aneh. Ketika melewati patung Jenderal Gatot Subroto, TB berhenti: menghadap patung, memberi hormat militer dengan sikap sempurna, dan meneriakkan kata-kata berikut ini: “Pak Gatot, saya ini stres berat. Saya sudah mencoba berbuat yang terbaik untuk Angkatan Darat. Tapi, nasib saya terkatung-katung. Mohon petunjuk?!” (hal 22).

“Kamu ini sudah miring,” kata istrinya. “Lama-lama kamu bisa gila!” tambah sang istri.

Sangat menarik membaca bagaimana TB berhasil menundukkan dirinya sendiri dari rasa frustrasi. Lalu, berhasil bangkit, mencapai pangkat letnan jenderal, dan bahkan menjadi menteri.

Kelihatannya buku ini berisi cerita tentang TB. Tapi, pada dasarnya, inilah buku tentang tokoh-tokoh militer Indonesia. Lengkap dengan sikap, karakter, dan pola kepemimpinan mereka. Hampir di semua bab TB bercerita tentang pertemuannya dengan tokoh militer.

Mulai Try Sutrisno sampai SBY. Masing-masing lengkap dengan gambaran gaya dan sikap kepemimpinan mereka. Semua itu menggambarkan bahwa faktor kepemimpinan sangat memengaruhi jalannya sejarah. Termasuk sejarah militer. TB, dengan keseniorannya, bercerita tentang tokoh-tokoh tersebut seperti tidak sungkan, tanpa beban dan tidak perlu menutup-nutupinya.

Sekarang ini, pada usianya yang sudah 72 tahun tapi masih gesit seperti saat berumur 60 tahun, guru segala jenderal ini diminta kembali ke medan laga. Kali ini ke arena politik kekuasaan. Tentu kali ini TB tidak bisa membawa tank kavaleri. (*)

Diskusi

63 respons untuk ‘Kembalinya Guru Para Jenderal ke Medan Laga

  1. Hehehe….. Bpk bener2 pecinta buku tulen…..

    Posted by budi revianto | 4 Maret 2012, 11:37 pm
  2. Note :
    Catatan Dahlan Iskan berjudul “Kembalinya Guru Para Jenderal ke Medan Laga” ini “hanyalah” sebuah resensi dari buku “TB SILALAHI : bercerita tentang pengalamannya”. Catatan ini ditulis Dahlan Iskan dalam kapasitasnya sebagai PENCINTA BUKU, dan tidak ada kaitannya dengan jabatan beliau sebagai Menteri Negara BUMN.

    Posted by administrator | 4 Maret 2012, 11:37 pm
    • Wah, pasti pembaca Jawa Pos banyak yang kaget yaa membaca tulisan Pak Dahlan tentang bukunya TB Silalahi….
      Apa sering Pak Dahlan membahas buku?

      Posted by M. Erick Antariksa | 5 Maret 2012, 12:31 am
      • Saya baru baca buku tulisan Pak Dis tentang pemilik Bank NISP. Di salah satu acara Tatap Muka (??) TV One, Pak Dis mengaku bahwa beliau memang hobinya menulis :-). Beliau bilang, gak bisa main golf dan lain-lain yang biasa dilakukan oleh para pejabat tinggi. Hobi beliau memang menulis, jadi sesibuk apapun, beliau sempat aja menulis.

        Posted by Nurul Utami | 5 Maret 2012, 1:55 pm
        • menarik untuk membudayakan menilus di kalangan pejabat drpd keg dengan biaya tinggi yang “beresiko conflct of interest” lapangan golf 🙂
          bisa juga tuch diusulkan lomba tulisan paling menarik oleh direksi bumn seluruh ind ttg ide mereka soal bumn di tempat kerjanya, apakah akah semenarik dan sederhana tp kuat isinya spt tulisan pak dahlan 🙂
          Sukses terus pak……….

          Posted by chie | 19 April 2012, 12:03 pm
    • semoga pak dahlan tetap selalu d berikan kesehatan,agar tetap selalu membuat terobosan2 buat kemajuan bangsa dan negara ini…….amin

      Posted by Tajik | 31 Maret 2012, 12:35 am
  3. Wah ada dua ne minggu ini..profil seorang tb silalahi

    Posted by caderkeren | 4 Maret 2012, 11:44 pm
  4. Pak SBY terlalu baik, untuk jadi seorang presiden…

    Posted by Noto Aksoro | 4 Maret 2012, 11:46 pm
  5. ehehehe…
    Jangan-jangan bener nih capres 2014 partanya TB Silalahi adalah capre BBM… hehehehehe

    Salut buat yang punya blog, cerdas sekali memasang tulisan ini.

    Oh iya, Grup JP itu semua koran online nya harus bayar ya kalau mau lihat?

    Posted by M. Erick Antariksa | 5 Maret 2012, 12:44 am
  6. Ulasan bukunya mantap pak!

    Posted by ndundupan | 5 Maret 2012, 5:18 am
  7. TB adalah Master Mind di PD saat ini ……. Bapak Kita harus mengenal TB dengan baik untuk mengerti bagaimana mendekati nya ….. termasuk tulisan ini.

    Posted by dahlan fans | 5 Maret 2012, 5:48 am
  8. tidak saya duga, ternyata ada artikel DIS nyelip di hari jumat sementara banyak ‘pengikut’nya begadang dimalam senin menunggu Antara memuat santapan rohani dari DIS. Komentar untuk artikel ‘nyelip’ :
    Orang baik mengagumi, menghormati, berteman dan belajar dari orang baik. Tidak sombong, sok tau, menyindir, menghujat, dan menghantam orang lain. Maaf, saya masih harus banyak belajar. Terima kasih pak DIS.

    Posted by daya setiawan | 5 Maret 2012, 6:31 am
  9. he3 artikel nyelip ini yang pada belum tahu, makasih mas pram, bravo pak Dis I love U Full Indonesia 🙂

    Posted by muthawif online | 5 Maret 2012, 6:43 am
  10. Like this.. Inspiring banget.. Terima kasih pak Dis yang bisa membuat cerita seseorang menjadi sangat menarik dan ingin dibaca. Palin tidak jadi tahu mana figur-figur tokoh militer yang memiliki kemampuan dan sikap prajurit yang sesungguhnya..

    Posted by Aris Kadarisman | 5 Maret 2012, 6:56 am
  11. Masih ada sikap satria dan berpihak pada negara, semoga dalam tugasnya yang baru diarena politik, sikap TB tetap berpihak pada rakyat, karena kita tahu “politik bisa membuat orang sehat menjadi sakit”

    Posted by didik fotunadi | 5 Maret 2012, 7:45 am
  12. Barakallah

    Posted by mchoir | 5 Maret 2012, 8:00 am
  13. Hmmm……jadi pingin beli bukunya. Pingin tau ulasan TB tentang Jenderal2 Indonesia, ada Jenderal Naga Bonar ga ya 😉

    Posted by Jend. Naga Bonar | 5 Maret 2012, 10:06 am
    • Pak Jendral NB, anda sama kayak pak TB, klo Pak TB menghadap patung gatot subroto, bapak NB menghadap patung soedirman sambil teriak² “turunkan tanganmu Jendral….” hahahaaaa naga bonar jilid2

      Posted by erust | 8 Maret 2012, 5:53 pm
  14. Pa harto kabur dari ambarawa malam sebelumnya dgn tidak mentaati perintah atasan, memang mental pemberontak, ga heran bung karno disingkirin.
    Pa TB emang hebat ga heran disenangi byk jenderal & presiden. Kalau tidak terlalu tua secara umur bisa jadi presiden tuh bareng pa Dahlan Iskan

    Posted by david | 5 Maret 2012, 10:07 am
  15. Ulasan yang menarik… sejak membaca tulisan pak DIS di JP yang berlanjut ke buku Ganti dll.. rasanya jadi ingin terus mengikuti tulisan-tulisan pak DIS. Renyah apa adanya ..dan tentu banyak inspirasi yang bisa diambil di sini. Terima kasih.

    Posted by Eko Hadi P | 5 Maret 2012, 10:21 am
  16. sempurna,,,!!!! ulasan buku pak TB yang salah satu tokoh idola saya di bahas oleh penulis faforit saya pak DIS.. seandainya pada saat yang bersamaan negeri ini punya 10 orang menteri sekaliber pak TB dan pak DIS, saya yakin bangsa ini akan segera bangkit dari keterpurukan nya. satu satu nya keputusan terbaik yang oernah di buat oleh SBY adalah memilih pak DIS menjadi menteri BUMN. semoga pak DIS masih mau jadi menteri pada periode berikutnya.

    Posted by Reno Padang | 5 Maret 2012, 11:02 am
  17. have a nice day,….dont be RI 1 .mr DIS.thks

    Posted by ben vito | 5 Maret 2012, 12:05 pm
  18. kembalinya guru para jenderal menimbulkan dilema bagi dirinya
    SBY butuh orang yang “bertaring tajam berkuku kuat”
    untuk menggeser Anas dan kelompoknya
    semoga TB berhasil

    Posted by catalogindustr | 5 Maret 2012, 3:54 pm
  19. sayang sekali TB sudah uzur….
    namun pengalamannya msh sangat diperlukan bangsa ini

    Posted by steelindustry | 5 Maret 2012, 3:57 pm
  20. rupanya ada artikel nyelip y……baru tau

    Posted by bahtiar umar | 5 Maret 2012, 7:21 pm
  21. maaf pak OOT.
    request dong di bagian blog setting ini agar bisa dibaca full text saat dilihat via rss subscriber. (setting > reading setting > ganti ke “full text”)
    biar lebih enak baca blog bapak 😀

    hatur nuhun,, terima kasih,,

    Posted by dhimasln | 5 Maret 2012, 10:21 pm
  22. artikel nyelip ya, mantab resensinya pak Dis …

    Posted by hary wibowo | 6 Maret 2012, 3:36 am
  23. Izin posting ke blos saya bisa ?terimakasih.

    Posted by Adam | 6 Maret 2012, 9:22 am
  24. terima kasih pak Dis, telah menyajikan cerita ini dalam blognya. Mudah2an pak TB selalu dalam keadaan sehat.

    Posted by Rudin | 6 Maret 2012, 10:27 am
  25. Membaca resensinya sudah seperti melahap habis bukunya. Saya juga jadi ikut – ikutan hobi membaca dan berusaha melahap buku sebanyak – banyaknya.. Yang saya suka ternyata juga sama : Otobiografi. Siapa tau nanti juga bisa jadi penulis andal. Terimakasih dan salam.

    Posted by wirya | 6 Maret 2012, 5:04 pm
  26. trims pak DIS buat tulisannya….semangat baru. Tapi bukunya blm ada di Gramedia Bengkulu, kpn ya?

    Posted by l. haloho | 7 Maret 2012, 10:49 am
  27. Disela-sela kesibukan Bapak Menteri tidak melupakan hobi menulis dan membacanya. Salut plus hormat saya!

    Posted by Moh.Sirat As. | 7 Maret 2012, 4:05 pm
  28. Buat bung David..komentar anda kok gak nyambung ya…orang cerita tentang pohon kelapa anda menanggapinya sebagai pohon pinang, kira2 begitulah tamsilnya. coba kasih komentar yang cerdas gitu loh. Kalau Pak harto gak meninggalkan bukit tersebut ya gugurlah beliau dengan pejuang2 tanah air. Anda senang ya kalau pak Harto dan para pejuang yang sedang berperang melawan Belanda saat itu tewas semuanya? dan kita masih jadi jajahan Belanda ?. Pak Harto mengambil keputusan tsb untuk menyelamatkan ratusan nyawa pejuang agar tidak mati konyol disitu. Itu membuktikan bahwa beliau pemimpin yang sayang dengan anak buah dan cerdas. Kelanjutan dari peristiwa itu Pak Harto lalu menyerang Belanda di Jogja yang dikenal dengan Serangan Fajar, yang menunjukkan eksistensi negara kita bahwa kita belum takluk dengan Agresi Belanda sehingga PBB di forum internasional memerintahkan Belanda agar keluar dari Indonesia. Sementara Sukarno saat Agresi Belanda sudah mengibarkan bendera putih yang membuat Jenderal Sudirman tidak senang dan memilih ikut gerilya dengan pejuang dan rakyat Indonesia walaupun beliau dalam kondisi sakit parah. Semua yang dilakukan oleh Pak Harto saat itu adalah berdasarkan pertimbangan taktik dan strategi perang. Anda bung David tahu apa ? belajarlah mencintai bangsa sendiri ya ? dan belajar sejarah perjuangan rakyat Indonesia untuk mempertahankan kemerdekaan Indonesia, sehingga anda tidak dituduh pemberontak dan mengkhianati bangsa sendiri. Anda hidup di era sekarang yang tinggal terima bersih saja, makan ya makan, tidur ya tidur, dugem tinggal pergi ke diskotek, mana pernah anda berpikir tentang pengorbanan yang dilakukan pejuang dan rakyat Indonesia dulu yang membuat anda sekeluarga dan saudara2 anda bisa hidup nyaman sekarang ini tanpa harus berkorban apapun ?.

    Posted by adamara | 7 Maret 2012, 6:45 pm
  29. jika nanti mungkin ada yang datang ke balige (sekitar 4 jam dari medan) di situ terdapat musium tb silalahi sekaligus musium batak. di sana digambarkan lengkap kisah perjalanan hidup Bapak TB Silalahi. selain itu, TB Silalahi juga mendirikan sekolah Plus yang mirip dengan SMU Taruna. Sayang dulu saya ga lulus ujian di SMU ini. kalo ga pasti bisa kenal dekat dengan Pak TB Silalahi.

    Kembali ke Musiumnya, musiumnya sangat indah dengan berlatarkan danau toba yang elok. di sini pandangan terasa sejuk… Indahnya danau toba, kayanya budaya batak, kisah perjalanan yang penuh inspirasi dari seorang TB silalahi membuat aku rindu untuk kembali..

    Posted by Purwanto Sianturi | 7 Maret 2012, 9:39 pm
  30. Hahahaha betul sekali,,

    Posted by dsatria | 8 Maret 2012, 9:11 pm
  31. makasih bwt admin… smoga sukses dan sehat slalu unt p dis…unt pak Tb,,..smoga bisa melihat masalah di PD dgn hati nurani dn kebenaran… smoga bliau tdk trkontaminasi nafsu politik dan kekuasaan.. partai demokrat -dan partai manapun mmang hrs ‘dibersihkan’ dr org2 yg bermental pengkhianat… slamat brjuang pak tb, bantu pak sby…

    Posted by tonikaef | 11 Maret 2012, 2:32 pm
  32. Saya sudah dalam tarap sukaa…banget dengan tulisan pak DIS,rasanya pengin nulis seindah pak DIS,tapi sudah pasti nggak bakalan bisa.hal-2 yang sederhana,yang ruwet,yang sulit,semua bisa menjadi bahan untuk tulisan yang sangat indah dan memberikan pesan yang positif.dalam tulisannya belio mampu menjadi guru yang tidak pernah menggururi.saya pernah berjumpa dengan pak DIS,orangnya sangat rendah hati,ramah,dan mampu menjadi motivator,benar-2 pemimpin yang patut diteladani.Semoga sukses pak DIS.KAYA BERMANFAAT,MISKIN BERMARTABAT.salut.

    Posted by moorat | 11 Maret 2012, 6:19 pm
  33. baru tahu..nih…

    Posted by ardi | 11 Maret 2012, 8:38 pm
  34. semakin mantap….

    Posted by ardi | 11 Maret 2012, 8:40 pm
  35. Ingin baca bukunya. Semoga tak mahal saja… Hehehe.

    Posted by Mochamad Yusuf | 12 Maret 2012, 10:44 am
  36. Tulisan yang sangat menarik. Bravo Pak TB, Bravo Pak Dahlan….
    salam kami dari Tapanuli

    Posted by Halasan Sitorus | 12 Maret 2012, 11:30 am
  37. makin banyak resensi…. makin tahu…. makin banyak nuansa dan selalu bersama membangun bangsa….tks

    Posted by muhammad agussalim | 12 Maret 2012, 11:40 am
  38. bersama membangun bangsa…tambah tahu orang2 tebaik di negeri ini……

    Posted by muhammad agussalim | 12 Maret 2012, 11:44 am
  39. Wajib dijawab TB dan SBY: Bgm hubungan TB (yg katanya penuh pengabdian untuk negara) dengan TW (Tommy Winata)? Mengapa SBY mengangkat TB, yang konon dekat dgn TW? Materi investigative reporting yg menarik….

    Posted by fenny | 20 Maret 2012, 5:35 pm
  40. vote utk pak Dahlan Iksan sebagai president candidat 2014,

    Posted by winarto | 22 Maret 2012, 2:30 pm
  41. Sangat menarik pak, jadi pingin baca bukunya. Salam ..

    Posted by Rasimun Way | 22 Maret 2012, 11:08 pm
  42. Memang, Seorang Jendral harus Peduli, Berbagi dan Berani (Caring, Sharing and Daring)

    http://djadja.blog.widyatama.ac.id/2012/03/21/presiden-fidel-ramos-peduli-berbagi-dan-berani-caring-sharing-and-daring/

    Posted by djadja | 27 Maret 2012, 8:14 pm
  43. ya semoga saja kiprah pak dahlan di publik figur ini tidak ad nuansa politiknya…..bravo pak….

    Posted by Chusni Maulana | 10 April 2012, 3:18 pm
  44. pak dis mantep,,, terus berterobos pa.

    Posted by denisk | 15 April 2012, 1:58 pm
  45. Salut buat Pak Dahlan Iskan. Sudut Pandang Bapak menanggapi Buku Pak TB sangat menarik dan menggugah.
    Horas……

    Posted by Aldon Samosir | 19 April 2012, 11:43 am
  46. Reblogged this on serulingsakti.

    Posted by ssmamaze | 22 April 2012, 7:23 am
  47. Setahu saya, guru TB itu jendral Yusuf… kira2 ada gk yah di buku itu???

    Posted by Mushlihin | 23 April 2012, 10:42 pm
  48. Reblogged this on Mushlihin.

    Posted by Mushlihin | 23 April 2012, 10:44 pm
  49. Ini buku judulnya apa ? ada yg tahu ? aku cari di gramedia kok ga ketemu

    Posted by NORE | 11 Juni 2012, 10:22 am
  50. Reblogged this on Indahnya berbagi,,,,,.

    Posted by taufikruna | 19 Juni 2012, 9:18 pm
  51. Dalam menjalankan dan meniti hidup, manusia tak pernah berhenti belajar, setiap detik, setiap interaksi, dan setiap komunikasi selalu ada pelajaran yang dapat dipetik. TB. Silalahi salah satu orang yang sukses dan giat belajar dari segala hal, bahkan kisah belajarnya TB. Silalahi tidak hanya mampu menggugah hati Dahlan Iskan untuk belajar, namun Dahlan akhir-akhir ini talah menunjukkan bahwa ia tak hanya ingin belajar, melainkan juga mampu menembus jalur utama konstelasi politik nasioanal, seperti yang dilakukan TB. Silalahi di beberapa jaman.

    Posted by Kontra Intelijen | 28 Juni 2012, 3:43 pm
  52. TB Silalahi memang hebat….,

    Posted by naga | 12 Juli 2012, 3:06 pm
  53. betapapun hebatnya seorang kafir dia tetap tak sehebat petani miskin yang menggarap sawah dan mengharap ridho hanya pada ALLAH semata .hati orang siapa yang tau……….mungkin saja klu dia jadi Pangab dia akan melarang pembangunan mesjid or musholla dimarkas2 kesatuan………ALQUR’AN sudah memberitahukan watak orang kafir ….so jangan tertipu SAUDARA2KU.

    Posted by santrikampung | 23 Juli 2012, 3:04 pm
  54. hadoh… ini siapa lagi ada lagi orang yang mau bakar rumah…. menebarkan benih sara, konflik, dan kebencian…
    yuk sama2 bertobat..
    ane muslim, tapi kayaknya ane lebih takut ditipu oleh anda…

    Posted by alhaq28 | 25 Juli 2012, 7:47 pm
  55. Saya kembali membaca tulisan ini setelah melihat kehebatan “POLITIK PARA SENGKUNI” partai demokrat yang berakhir dengan kemenangan. Sudah banyak analisis yang mengungkap dibalik kelihaian pak SBY ada ahli strategi yang mumpuni. Inspiratif!

    Posted by awa | 9 Februari 2013, 12:53 am
  56. kadang kala, ulasan beliau lebih bagus dari buku yang beliau ulas hehehehe, ketika beliau menulism kita sebagai pembaca seolah olah di ajak ikut mengalami proses tersebut,

    Posted by tofan bali | 30 Mei 2014, 4:57 am

Tinggalkan komentar