>>
Anda sedang membaca ...
Catatan Dahlan Iskan, Manufacturing Hope

Debaran-Debaran Jantung di Sekitar Inalum

Senin, 04 November 2013
Manufacturing Hope 101

Ada dua debaran jantung pada hari-hari menjelang tanggal 31 Oktober 2013. Pertama ketika sidang Komisi XI DPR tidak kuorum pada 24 Oktober. Akibatnya, hari itu tidak bisa diambil putusan untuk menyetujui pelaksanaan pengambilalihan PT Inalum yang tinggal tujuh hari lagi. Padahal, DPR sudah mau reses.

Untungnya, pada 30 Oktober 2013 sidang diadakan lagi dan putusan pun diambil: DPR setuju. Besoknya adalah hari terakhir kepemilikan Jepang di Inalum. Besoknya DPR memasuki masa reses.

Debaran jantung kedua adalah perubahan sikap pihak Jepang. Tanggal 30 Oktober itu tiba-tiba ada surat masuk yang isinya mengejutkan: penyerahan PT Inalum tidak jadi berdasar penyerahan saham, tapi penyerahan aset.

Bagi kita sebenarnya sama saja. Inalum punya dua aset yang utama: pembangkit listrik Sigura-gura (Asahan II) di hulu Sungai Asahan dan pabrik aluminium di hilir Sungai Asahan. Asal dua aset tersebut diserahkan ke Indonesia, tidak ada bedanya dengan penyerahan saham. Hanya, perubahan mendadak menjadi penyerahan aset itu memang lebih sesuai dengan bunyi perjanjian pokok (master agreement). Bahwa selama ini perundingannya berdasar pada penyerahan saham itu atas usul pihak Jepang juga.

Hanya, dengan perubahan mendadak itu, kita bisa membaca arah berikutnya. Pihak Jepang akan menempuh jalur arbitrase.

Bagaimana kalau itu terjadi? Tidak apa-apa. Dalam bisnis hal seperti itu normal. Toh tidak memengaruhi penyerahan aset Inalum kepada Indonesia. Sejak 1 November lalu operasi Inalum sepenuhnya dipegang Indonesia. Direktur Utama Inalum dan direktur lainnya dari Nippon Asahan Aluminium (NAA) sudah tidak berkantor lagi. Sudah meninggalkan Indonesia dengan baik-baik. Arbitrase itu hanya untuk menentukan nilai berapa dolar kita harus membayar penggantian aset tersebut.

Untuk menentukan angkanya, memang ada perbedaan cara memutuskan. Jepang lebih mudah untuk minta angka yang tinggi. Sebaliknya, kita tidak bisa memenuhi begitu saja angka yang disodorkan pihak Jepang itu. Bukan saja kita ingin angka yang lebih murah, tapi juga karena pihak kita adalah negara. Tidak bisa fleksibel. Tidak seperti swasta.

Di swasta ada mekanisme pengambilan keputusan yang disebut commercial decision. Dengan mekanisme itu, pengambil keputusan bisa menawar angka tertentu begitu saja. Dan kalau tawaran tersebut belum bisa diterima, pengambil keputusan bisa menaikkannya sedikit-sedikit.

Kita tidak bisa begitu. Penawaran kita harus berdasar hasil audit Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP). Begitu BPKP menyebut angka tertentu, kita tidak bisa keluar dari itu. Bisa saja, seandainya kita naikkan sedikit tawaran itu akan diterima. Namun, kita bisa dianggap melanggar. Tidak ada mekanisme commercial decision di sini.

Padahal, kalau pihak Jepang sampai ke arbitrase, bisa jadi kita kalah. Harus membayar jauh lebih tinggi dibanding seandainya kita naikkan tawaran itu.

Tentu kita akan terus berusaha agar tidak harus melalui arbitrase. Juga akan berusaha memenangkan arbitrase itu nanti. Ini tidak ada hubungannya dengan penyerahan aset Inalum ke Indonesia. Semata-mata untuk menentukan angka pembayarannya.

Saya sendiri sudah pernah ke PLTA Sigura-gura dan ke pabrik aluminium di Kuala Tanjung. Yakni waktu saya masih menjabat Dirut PLN. Waktu itu Sumut lagi krisis listrik. Sangat parah. Tidak ada harapan baru. Saya berusaha “ngemis” listrik ke Inalum.

PLTA itu luar biasa besar: 600 megawatt (mw). Turbinnya berada di bawah gunung batu di kedalaman 100 meter dari permukaan tanah. Meski sudah berumur 30 tahun, kondisinya sangat bagus. Terawat dengan baik, khas manajemen Jepang. Inalum akhirnya bisa menyisihkan sedikit listriknya untuk PLN. Sampai sekarang.

Ini beda dengan krisis listrik di Sumut sekarang. Yang masih ada jalan keluar segera. Tidak akan lama. Pagi ini sudah akan ada tambahan listrik 12 mw dari genset di Paya Pasir. Nanti sore ada tambahan baru lagi dari Sibolga 1, sebesar 80 mw.

Minggu depan Paya Pasir tambah lagi dan tambah lagi hingga mencapai 75 mw. Dengan tambahan-tambahan itu, krisis listrik di Sumut segera berakhir. Apalagi, air danau-danau di seluruh Sumatera kini mulai berisi lagi setelah musim hujan tiba. Listrik dari berbagai pembangkit besar bertenaga air akan kembali normal.

Minggu ini, setelah manajemen Inalum kita pegang penuh, kita akan audit berapa sebenarnya keperluan listrik pabrik aluminium itu. Sekaligus untuk memastikan bisakah PLN dapat tambahan sedikit lagi dari Sigura-gura.

Sungai Asahan memang sumber listrik yang luar biasa. Di hulu Sigura-gura itu sudah dibangun PLTA Asahan 1. Di hilir Sigura-gura itulah yang dulu ingin kita bangun pembangkit Asahan 3. Namun, perizinannya waktu itu ampun-ampun sulitnya. Gubernur Sumut yang sekarang sudah mengeluarkan izinnya untuk PLN. Tinggal meneruskan pembangunannya.

Tanpa sumber listrik yang murah dari Sigura-gura, pabrik aluminium Inalum tidak akan bisa bersaing. Pabrik-pabrik lain harus beli listrik dengan harga Rp 1.000 per kWh. Bahkan lebih. Inalum memiliki pembangkit sendiri yang harga listriknya hanya sekitar Rp 300 per kWh.

Karena itu, logikanya, pabrik aluminium Inalum ini akan mampu bersaing di pasar global. Itulah yang membuat PT Inalum ibarat gadis cantik yang jadi rebutan.

Kini setelah sepenuhnya dimiliki Indonesia, tentu tidak ada alasan kinerja Inalum merosot. Alangkah malunya kita kalau itu terjadi. Setelah 30 tahun tenaga-tenaga ahli kita dibina Jepang, rasanya kekhawatiran tersebut tidak perlu terjadi.

Pasar dalam negeri sangat membutuhkannya. Pabrik-pabrik aluminium dalam negeri sudah teken kontrak menjadi pembeli utama. Mereka dari Surabaya, Semarang, Jakarta, dan Sumut sendiri. Pabrik-pabrik itu selama ini impor bahan baku. Sekarang tinggal beli dari Inalum. Dulu mereka mengeluh tidak bisa beli bahan baku dari Inalum karena Inalum harus mengirim produknya ke Jepang.

Setelah ini BUMN membangun pabrik bahan baku aluminium di Mempawah, Kalbar. Dengan demikian, kelak Inalum tidak harus beli bahan baku dari Australia.

Presiden SBY terus mengikuti perkembangan pengambilalihan Inalum ini. Juga terus memberi arahan. Agar pengambilalihan lancar dan tidak gagal. Tepat di hari pengambilalihan 1 November lalu, Menperin Pak M.S. Hidayat dan saya dipanggil ke istana. Pak SBY ingin mendengar sendiri laporan pelaksanaan pengambilalihan itu.

Ini memang bersejarah bagi pemerintahan Pak SBY. Mengakhiri kontrak jangka panjang dan menjadikannya 100 persen perusahaan nasional. (*)

Dahlan Iskan
Menteri BUMN

Diskusi

97 respons untuk ‘Debaran-Debaran Jantung di Sekitar Inalum

  1. Semoga Alloh Ta’ala senantiasa memberikan taufiq kepada waliyyul amr kita..Amiin

    Posted by abuzaid | 4 November 2013, 5:26 am
  2. majulah bersama Dahlan Iskan 🙂

    Posted by Agus | 4 November 2013, 5:27 am
  3. abseen …. dulu …

    Posted by ajipungkasan | 4 November 2013, 5:29 am
  4. Kini saatnya arahkan pandangan ke timur, Papua! Di sana ada Freport, yang bikin Buffet jadi orang terkaya ke-8 di dunia, no. 2 di USA. Kita mau jadikan Abah DIS presiden, salah satunya ya untuk ini. Capres lain mungkin bisa berjanji, tapi pengalaman belum ada. Sanggup kan?

    Posted by Zealot of Nationalization | 4 November 2013, 5:39 am
  5. ini baru Indonesia…….

    Posted by Dandy | 4 November 2013, 5:43 am
  6. 100 % PERUSAHAAN NASIONAL.

    Posted by dodik rosmanto | 4 November 2013, 5:48 am
  7. Salam untuk semua

    Posted by MChoir | 4 November 2013, 5:51 am
  8. Batubara selanjutnya. . . .

    Posted by Posag | 4 November 2013, 5:53 am
    • Batubara? Itu mah kelas UKM, Pak DIS ngga usah urusin. Dia sekarang lagi mengarah ke valuable minerals. Sekarang alumunium, Blok Gas/Minyak sudah jalan (Madura sudah, Mahakam lagi diincar). Nanti ke tembaga dan emas (Freeport). Uranium, rare earths, dll. Gitu ya!

      Posted by Zealot of Nationalization | 4 November 2013, 6:12 am
      • pelan tapi pasti BUMN akan mengambilalih aset2 yg dikuasai asing, cuma penangannya yg harus standar tinggi seperti inalum dan asahan walaupun usia telah 30 thn mesin msh sangat baik. dan jangan sampai ada penetrasi dari politik. bravo u P.Dis jga kesehatan selalu. vote for RI – 1 2014

        Posted by theo | 4 November 2013, 7:14 am
        • Betul. Ini adalah tantangan kedapan yg harus dihadapi oleh BUMN, jgn sampe kita terlalu gembira dgn euphoria keberhasilan mengambil alih Inalum. Insya Allah dengan pembelajaran selama 30 th ini tenaga-2 ahli Indonesia bisa benar-2 menerapkan ilmunya dengan baik dan benar.
          vote DIS for president 2014!

          Posted by HWAHYU | 4 November 2013, 8:59 am
        • Ini bukan pelan mas tapi sudah berkecepatan tinggi coba bandingkan dengan pemimpin yg sebelumnya,……..matap DI

          Posted by gunawan | 5 November 2013, 6:29 am
  9. Seuah langkah yang membanggakan

    Posted by Widi | 4 November 2013, 6:20 am
  10. mantab, bangga rasanya kalau denger indonesia bisa mengambil alih aset-asetnya yang sempet di kuasai asing. Indonesia memang bisa kok, masalahnya mau apa tidak?. Vote Dahlan Iskan for RI-1

    Posted by Mohammad Supriyadi | 4 November 2013, 6:21 am
  11. Edun euy!.. keren.
    Tapi maaf nih Om-om n Tante-tante saya ada dikit pertanyaan, kalau BUMN di kemudian hari dimasalahin DPR misal karena “inefisiensi”.. nah kalo DPR terindikasi (apalagi kalo jelas-jelas) merugikan negara, siape nyang “ngingetin” ya?

    Posted by tedi kp | 4 November 2013, 6:27 am
  12. Semoga Inalum jadi pembuka jalan, pengurangan DOMINASI JEPANG atas Indonesia, terutama sektor otomotif.
    Ke depan semoga FREEPORT dll. segera menyusul Inalum.

    Posted by Wanto Kdr | 4 November 2013, 6:48 am
  13. Harapan NKRI maju, sejahtera dan bermartabat insya Alloh bisa terwujud dibawah pemimpin Dahlan Iskan.

    Posted by Nur Muhis Syafi'i | 4 November 2013, 7:05 am
  14. NYATA dan TERUJI ………..Pemimpin yang Nasionalisme Tulen Demi Bangsa dan Negara.
    vote Dahlan Iskan for Presiden 2014!

    Posted by Mustahil | 4 November 2013, 7:06 am
  15. Bisa bisanya urusan sepenting ini dalam sidang pertama DPR sampe tdk kuorum, ternyata banyak anggota DPR yg jadi pengkhianat atau bodoh kali ya ?

    Posted by bambang | 4 November 2013, 7:14 am
    • penetrasi politik dan kepentingan pihak lain pasti ada dibalik tidak kuoromnya DPR , atau nasionalismenya perlu dipertanyakan atau ditatar P4 lagi. seharusnya kalo nasionalismenya tinggi maka 100% pasti setuju, itulah profil anggota DPR kita. payaaaaaah dech gimana kita bs maju kalo anggota dewannya kualitas embek, partai harus ikut bertanggungjawab lho !!!!!!!!!!!!

      Posted by theo | 4 November 2013, 7:20 am
  16. Sesudah ambil alih saham INALUM 100%, selanjutnya arahkan ke Blok Mahakam, Freeport, dll agar menambah asset dan kebangsaan bangsa. Pokoknya top! Semangat kerja kerja kerja..

    Posted by muklisin | 4 November 2013, 7:17 am
  17. Hadir….
    Semangat pagi semua!

    Posted by msodikvip | 4 November 2013, 7:29 am
  18. Sdh tdk ada alasan u tdk memilih DI for president 2014. Msh ada alasan u pilih anggota dHewan yg skrg berkuasa? Doa kami selalu bersamamu abah.

    Posted by tonybastian | 4 November 2013, 7:34 am
  19. selalu dengan bahasa yg khas, pak Dahlan Iskan tidak ingin menonjolkan diri sendiri … ayo dukung pak DI

    Posted by aniq abdullah | 4 November 2013, 7:42 am
  20. Mendukung Abah Dahlan Iskan menjadi Presiden RI 2014

    Posted by Djoko Sawolo | 4 November 2013, 7:43 am
  21. Ketegasan
    Keberpihakan kepada rakyat
    Tak ada janji tapi bukti
    Pasti semua rakyat yang masih mencintai nkri
    Akan merapatkan barisan membela
    Takkan lari, bila perlu sampai mati

    Posted by sutarno | 4 November 2013, 7:47 am
  22. bukti nyata tingginya rasa nasionalisme Dahlan Iskan..

    Posted by cak-mat | 4 November 2013, 7:59 am
  23. Debaran jantung yang tidak membuat sakit jantung…..tetapi malah meningkatkan denyut jantung krn kebanggaan sbg bangsa Indonesia. maju terus Indonesia-ku……bravo pak Dahlan Iskan

    Posted by done | 4 November 2013, 8:19 am
  24. Horeee… Merdeka… Inalum merdeka stelah d’jajah Jepang.. Spatutnyalah qt mrayakanx dg mmbawakan lagu Indonesia Raya d’Inalum.. Untuk Indonesia, skarang sya bangga… Indonesia Merdekaaa…

    Posted by ago okia | 4 November 2013, 8:34 am
  25. Semoga tahun depan bisa jadi presiden kami….

    Posted by Fris | 4 November 2013, 8:55 am
  26. kebanggaan & harga diri itu mulai kmbl ke kita 1 per 1,target berikutnya Blok Mahakam..Freeport..Cepu..dll..saatnya menunjukkan kemampuan anak bangsa,kt psti BISA !! DEMI INDONESIA..kerja kerja kerja !!

    Posted by koreksi diri | 4 November 2013, 9:01 am
  27. Semoga inalum tdk hanya jd seperti Newmont yg memang porsi RI nya bertambah, tp malah jatuh ke swasta (Bakrie)… Setelah Inalum (Jepun), Selanjutnya pelan2 dulu aja. Mahakam (Eropa) dulu… Setelah itu nego gas Tangguh lagi (China) dan Ssssttt… Jgn sebut2 Freeport (AS) dr skrng, takut DI dijegal… Kita diam2 aja bergerak kalo ttg Freeport mahh… Hehe

    Posted by sutan sjah | 4 November 2013, 9:02 am
  28. Saya sangat bergembira dengan berita ini. Namun perlu kita cermati, apakah pihak Jepang/NAA terbuka mengenai sistem dan hal-hal rinci lain yang telah mereka bangun di Inalum, mengingat selama ini mereka sangat merahasiakannya. Apakah WNI yang dibina telah siap mengambil alih dengan kinerja yang sama? Ayo dukung terus…Indonesia bisa!

    Posted by tarigan1902 | 4 November 2013, 9:12 am
  29. tidak ada kata pesimis, beri kesempatan anak bangsa untuk berkarya,…. berikan indonesia seorang dahlan iskan nicaya akan terguncang dunia… BRAVO

    Posted by Jatmiko | 4 November 2013, 9:31 am
  30. alhamdulillah, semoga memberi dampak utk kemajuan Indonesia, Kerja Kerja Kerja !!!

    Posted by msyatno | 4 November 2013, 10:06 am
  31. Pencapaian luar biasa tanpa harus menonjolkan diri sendiri…

    Posted by HIBATILLAH'S | 4 November 2013, 10:27 am
  32. Sudah saatnya Bangsa sebesar Indonesia berdiri diatas kaki-kakinya sendiri, maju tegak dengan sedikit membusungkan dada sebagai tanda bangga diantara pergaulan Bangsa-Bangsa lain di dunia ini.

    2014 HARUS jadi tonggak sejarah lahirnya seorang pemimpin sejati yang dipilih mayoritas bangsa ini dengan pengorbanan darah, harta dan air mata, bukan sebungkus nasi, selembar rupiah, sebiji kaus dan lainnya.Sang Pemimpin kita Prof. DR. DR. DR. DR (HC) Dahlan Iskan -yang notabene hanya lulusan Madrasah Aliyah- ke tapuk kekuasan, ke Singgasana Pengabdian, ke Istana Perjuangan, merebut kembali Harga diri dan Kemerdekaan bangsa ini dari ujung Sabang sampai sudut Merauke.

    Mari kita buktikan kualitas bangsa ini. Tumbuhkan Optimisme, dan yakinkan bahwa kita bukan jenis manusia KULI, bukan bangsa JONGOS, bukan pula Manusia Babu dari mereka para pemilik modal. Kita adalah titisan Triwikrama Kutai Kartanegara, keturunan Kebesaran sejarah Tarumanagara, anak-anak Gemilang Maritim Sriwijaya, cucu-cicit Super Power Majapahit. Kita adalah cap Lemuria.

    Hari ini Inalum bisajadi awal dari kulminasi kembalinya salah satu ” Si Anak Hilang “, dan semoga tidak berhenti disini. Blok Mahakam, Newmont NTB, Freeport Papua, Blok Cepu, dan lainnya menjadi ” Si Anak Hilang ” yang sudah semestinya kita raih kembali kepangkuan Ibu Pertiwi, cepat atau lambat.

    Bravo Bapak Presiden RI ke 7 Dahlan Iskan, kami senantiasa berdo’a, dan mendukungmu. Semoga ada dalam Idzin dan Rahmat Allah SWT. Aamiiiiiin Ya Rabb.

    Posted by Manohot Ultissima | 4 November 2013, 10:44 am
  33. sangat bangga td indonesia

    Posted by abdillah | 4 November 2013, 1:06 pm
  34. sayapun sangat berharap dalam waktu tak lama tambang emas papua juga akan masuk dalam rengkuhan putra bangsa…. milik indonesia sepenuhnya….. karena bukankah bumi dan air ini dikelola untuk kesejahteraan rakyat indonesia dan dikelola negara.

    Posted by safrina | 4 November 2013, 1:52 pm
  35. Ya Robbi limpahkan kesehatan untuk Abah DI. Tolonglah bangsa kami dengan beliaunya menjadi pemimpin yang ikhlas

    Posted by harsia | 4 November 2013, 2:01 pm
  36. lebih enak, jamannya cut nyak, jual bumn, heheehe

    Posted by ed | 4 November 2013, 2:11 pm
  37. Semangat Dahlan Iskan dan Manufacturing Hope
    4 November 2013 – 11.09 WIB

    Mungkin ada yang bertanya, bagaimana pentingnya isi kolom manufacturing hope yang ditulis Dahlan Iskan tiap pekan terhadap masa depan tata kelola Pertamina? Untuk itu, penulis akan menyodorkan sejumlah alasan.

    Pertama, manufacturing hope adalah artikel yang ditulis oleh seorang pejabat publik yang karenanya mencerminkan arah kebijakan pengelolaan Pertamina.

    Kedua, manufacturing hope diproduksi oleh seorang figur publik yang karenanya berpeluang besar menjadi panutan berpikir dan bertindak bagi masyarakat dalam mengelola Pertamina.

    Ketiga, manufacturing hope ditulis oleh seorang yang sudah matang dalam dunia jurnalistik sehingga pesan yang disampaikan kuat merasuk di alam bawah sadar pembaca.

    Keempat, manufacturing hope dimuat oleh puluhan koran lokal dan nasional jaringan JPNN di seluruh Indonesia, yang mana, setiap koran tersebut merupakan koran paling berpengaruh di daerah itu.

    Kelima, tidak hanya dimuat, manufacturing hope juga diletakan sebagai head line tiap koran jaringan JPNN.

    Ada banyak alasan lain yang membuat kolom manufacturing hope penting untuk diulas dalam kaitannya dengan pengelolaan Pertamina.

    Namun, bila boleh penulis menyimpulkan, manufacturing hope bukan hanya mencoba merekonstruksi, tetapi juga mempengaruhi secara kuat dan massif pikiran dan semangat publik dalam memperbaiki tata kelola Pertamina.

    Peran strategis inilah yang rasa-rasanya membuat manufacturing hope perlu diulas secara khusus.

    Salah satu artikel yang menggambarkan kelebihan manufacturing hope dalam merekonstruksi semangat dan pikiran pembaca dalam memperbaiki tata kelola Pertamina adalah yang berjudul “Pertamina Harus Lebih Merdeka” (19/8/13).

    Sekilas dipahami, Dahlan Iskan pada artikel itu seolah hendak sekadar menginformasikan bahwa Pertamina berhasil menempati peringkat ke-122 terbaik dunia versi majalah Fortune Globe 500.

    Prestasi itu sukses diraih karena Pertamina menjalankan sejumlah strategi jitu, yakni mereformasi level kecanggihan teknologi, melebarkan usaha dan memperbaiki pembukuan keuangan. Cukup sederhana.

    Akan tetapi, jika artikel tersebut dikaji lebih mendalam terkait pesan dan bagaimana efeknya bagi pembaca, maka kesimpulannya akan berbeda.

    Penulis mencatat, ada tiga frase kunci yang memiliki muncul lebih banyak atau memiliki posisi peletakan lebih strategis dibanding frase lainnya.

    Frase “Fortune Global 500” atau frase yang merujuk kepadanya telah muncul sebanyak 12 kali. Frase “urutan, nomor, dan angka” muncul sebanyak empat kali. Dan terakhir, frase “segala macam intervensi, kepentingan, dan korupsi” muncul sebanyak dua kali.

    Ada makna kiasan di balik masing-masing frase kunci ini. Secara harfiah, frase Fortune Global 500 merujuk pada sebuah majalah yang fokus pada bidang bisnis dunia dan bermarkas di AS.

    Akan tetapi, makna yang sesungguhnya hendak diselipkan Dahlan Iskan adalah bagaimana Pertamina sudah diakui kehebatannya oleh dunia.

    Artinya, pesan yang hendak dikirim ke benak pembaca adalah ‘jika dunia saja bisa menghargai Pertamina, maka mengapa kita sendiri belum juga bisa menghargainya?’.

    Jika diasumsikan waktu membaca keseluruhan artikel adalah lima menit, maka silahkan bayangkan, bagaimana efek yang timbul pada semangat dan pikiran pembaca, kalau selama waktu yang singkat itu Dahlan Iskan menggunakan makna tersebut guna memborbardir semangat dan pikiran pembaca sebanyak 12 kali.

    Secara harfiah, frase ‘urutan, nomor, dan angka’ merujuk pada keberhasilan Pertamina menduduki peringkat ke-122 dunia. Kendati demikian, jika mencermati konteks penulisan, makna yang sesungguhnya hendak diselipkan Dahlan Iskan adalah Pertamina ternyata mampu melebih ekspektasi semula, yang hanya peringkat 500 dunia.

    Artinya, ‘berhentilah menganggap remeh Pertamina, karena kaliber Pertamina ternyata jauh lebih besar dari pada yang selama ini kita kirakan’.

    Jika kembali diasumsikan waktu membaca lima menit, maka silahkan bayangkan efek yang timbul pada semangat dan pikiran pembaca, kalau selama waktu membaca yang singkat itu Dahlan Iskan menggunakan makna tesebut untuk memborbardir semangat dan pikiran pembaca sebanyak empat kali.

    Frase ‘segala macam intervensi, kepentingan, dan korupsi’, memang hanya muncul dua kali, tetapi diposisikan pada pembuka dan penutup artikel. Ini seolah menjadikan frase tersebut sebagai salah pesan penting yang tidak boleh luput dari benak publik.

    Intervensi, kepentingan jangka pendek, dan korupsi harus bersama kita perjuangkan hilang dari Pertamina. Kemudian, bayangkan bagaimana efeknya bagi semangat dan pikiran pembaca, jika pesan bawah sadar telah dikunci dengan ketidaksukaan terhadap segala sesuatu yang berkaitan dengan intervensi, kepentingan dan korupsi.

    Dengan demikian, makna sebenarnya dari artikel tersebut telah bergeser. Artikel ‘Pertamina Harus Lebih Merdeka’ bukan sekadar menginformasikan prestasi terbaru Pertamina, tetapi hendak menghancurkan penilaian rendah pembaca terhadap Pertamina, merekonstruksi kepercayaan terhadap kekuatan Pertamina dalam melampaui harapan, dan bersama memebentengi Pertamina dari intervensi, kepentingan dan korupsi. Di sini penulis amat yakin, pesan tersembunyi inilah yang justru melekat di dalam alam bawah sadar pembaca.

    Itu baru satu artikel, belum lagi artikel lain seperti yang berjudul ‘Agar Digendong Binladin Ke Mana-Mana’ (5/8/13), ‘Pekerjaan Besar Setelah Kenaikan BBM’ (24/6/13), ‘Membuat Pertamina Tidak Diejek-Ejek Sepanjang Masa’ (1/4/13), ‘Ada Brigade 200K di Pertamina’ (26/11/12), ‘Memasuki Era BUMN National Corporation’ (19/11) dan masih banyak lagi.

    Mencermati kondisi faktual ini, hasil refleksi penulis kemudian menggoreskan dua hal. Pertama, penulis kira, manufacturing hope adalah upaya nyata untuk membuat keberadaan Pertamina dan kesejahteraan masyarakat berkorelasi positif. Karenanya amat pantas untuk mendapat apresiasi dan dukungan publik.

    Kedua, manufacturing hope diibaratkan puzzle pelengkap dari sebuah gambaran besar perjuangan dalam membuat keberadaan Pertamina berdampak positif pada kesejahteraan.

    Ketika semua energi aktivis habis untuk melakukan gugatan jalanan, akademisi sibuk melakukan riset dan diskusi ilmiah, politisi kelelahan berdebat, dan masyarakat mulai jenuh dalam menemukan formula pas untuk mengelola Pertamina sehingga semua memerlukan suntikan semangat dan pemaknaan ulang terhadap kondisi objektif Pertamina, maka pada saat seperti inilah manufacturing hope hadir mengisi kekosongan yang ada.

    Manufacturing hope seolah menjadi motivator bagi semangat dan pikiran para pejuang tersebut agar perjuangan yang dilakukan berjalan lebih mudah.

    Hal-hal kecil yang luput dari perhatian para pejuang tidak hanya mampu diingatkan, tetapi juga berhasil dimaknai dengan baik sehingga menjadi penyemangat bagi para pejuang tersebut.

    Ada harapan, manufacturing hope suatu saat berubah menjadi manufacturing prosperity. Bukan lagi memproduksi harapan, tetapi kesejahteraan yang nyata.***

    Yuli Isnadi, Asisten Peneliti MAP Fisipol UGM

    http://www.riaupos.co/2399-opini-semangat-dahlan-iskan–dan-manufacturing-hope.html#.UndH-5uXu7s

    Posted by Apa Saja | 4 November 2013, 2:16 pm
    • hebat mas apasaja ini…..memang klo kita rasakan …..kita ini merupakan bangsa yang aneh…. SDA kita gadaikan kepada pihak asing….kita butuh..kita impor ke asing….dimana harga diri kita yang katanya bangsa yang merdeka?????…oleh karena itu cintailah produk dalam negeri….jangan remehkan segala potensi dalam negeri….jangan lupakan BUMN karya dalam negeri…..mari kita stop impor dari luar sebatas yang kita mampu….

      Posted by suhardi | 4 November 2013, 2:54 pm
      • Jiahaha, salah muji Mas. Yang hebat itu Pak Dahlan Iskan dan penulis artikel ini Mas. Tapi saya sepakat, stop impor sebatas kita mampu, atau imbangi impor dengan ekspor seperti revolusi orange itu … Ketika impor buah dari Tiongkok susah dibendung, ekspor baliklah dengan jenis buah tropis yang di sana tak ada. Salam

        Posted by Apa Saja | 7 November 2013, 7:15 am
  38. Sebagai mantan anggota keluarga besar Inalum yang pernah ikut mengabdi lebih dari 28 tahun, ikut bangga melihat Inalum akhirnya menjadi milik Indonesia 100 %. Semoga eforia kebanggaan keberhasilan mengambil alih managemen pengoperasian Inalum menjadi penambah semangat untuk bisa meng-operasikan Inalum lebih baik dari yang ada sekarang ini. Saya yakin seyakinnya bahwasanya secara technik, putra-putri bangsa yang sekarang terpilih mengabdi di Inalum dapat meng-operasikan Inalum dengan baik, mengingat pengalaman mereka selama ini serta pembelajaran yang sudah dipetik selama bekerja -sama dengan pihak Jepang selama berpuluh tahun. Dengan modal kekompakan antar anggota direksi, kekompakan antara dewan direksi dan dewan komisaris, keteguhan para pejabat teras dan didukung oleh semangat yang tetap tinggi dari seluruh karyawan, Inalum akan menjadi perusahaan yang menjanjikan dimasa-masa mendatang. Tentunya masih banyak tantangan yang nantinya ada di hadapan kita seperti : Kelangsungan supply bahan baku Alumina serta bagaimana Inalum dapat berbagi daya listrik demi kepentingan masyarakat Sumatra Utara tanpa harus mengganggu kapasitas produksi Inalum sendiri yang pada akhirnya akan mengganggu performance Inalum secara keseluruhan. Semoga Inalum tetap jaya selamanya _ amiiin

    Posted by Rahardjo M Sakib | 4 November 2013, 2:28 pm
    • Jangankan Bapak yang ada hubungannya dengan INALUM, kami yang hanya mendengar dan membaca saja bisa merinding dan menitikkan air mata. Sudah saatnya kita mengumpulkan serpih dan bongkah kekayaan kita unuk kesejahteraan kita.

      Posted by Apa Saja | 7 November 2013, 7:13 am
  39. HIDUP PDIP…! Pak Dahlan Iskan Presidenku

    Posted by toto | 4 November 2013, 3:28 pm
  40. Alhamdulillah…..
    Inalum sudah ke Pangkuan RI
    Alhamdulillah…..
    Tidak ada para penyusup/penghianat bangsa yang ikut mampir di blog ini.

    Posted by tatang suryadin | 4 November 2013, 4:46 pm
  41. menantikan senam breng abah dahlan di alun2 karanganyar solo bsk minggu 10 nop 2013, selamat datang pahlawan,kerja kerja kerja…

    Posted by msyatno | 4 November 2013, 6:56 pm
  42. maju terus hope-ku

    Posted by herry as | 4 November 2013, 7:02 pm
  43. sipppppppppppppppp, mudahan 10 tahun pendidikan benar-benar gratis

    Posted by abd afif | 4 November 2013, 7:17 pm
  44. masih banyak inalum inalum lain spt freeport yang jadi PR besar kesejahteraan rakyat papua, papua tidak hanya butuh dana besar, tapi pendidikan berkualitas agar mampu jadi tuan rumah atas seluruh potensi sumber daya alamnya, bukan sekedar jadi penonton atas pengerukan kekayaan alam

    Posted by indra | 4 November 2013, 7:52 pm
  45. bagaimana jadinya kalau aset2 yang lain di kelola negri kita sendiri ??? salut sama bapak yang satu iini jadikan R1 satu ..

    Posted by willy | 4 November 2013, 8:47 pm
  46. ,,,”Selamat berjuang my inspirator”…

    Posted by membrat | 4 November 2013, 10:17 pm
  47. mantapDI,semoga jauh lebih bermamfaat yg baik,bukan jadi ajang kepentingan kel tertentu atau lahan korupsi baru.bravo DI

    Posted by toga | 5 November 2013, 9:14 am
  48. Usaha yang tidak kenal lelah dalam memperpaiki bangsa…sudah mulai menampakkan hasil…Arigato gozaimasu…

    Posted by fayshal | 5 November 2013, 2:59 pm
  49. Mantaappp….

    Tapi berapakah profit PT Inalum? USD 12juta di tahun 2010 http://www.antaranews.com/en/news/91210/soe-ministry-to-take-over-inalum-from-japan

    Berapakah profit Bumi Siap Pusako? Saya tidak ketemu berapa profitnya. Tetapi dari link di bawah, dengan kurs 10rb Rupiah per USD maka dividen yg dibagikan Bumi Siak Pusako adalah sebesar USD 14.2juta di tahun 2010 http://riaubisnis.com/index.php?option=com_content&task=view&id=3181&Itemid=72

    Bumi Siak Pusako adalah perusahan minyak milik daerah yg bersama Pertamina untuk mengelola Blok CPP yg habis masa kontraknya dengan PT Chevron Pacific Indonesia di tahun 2003. http://www.bsp.co.id/id/sejarah

    DIsebutkan bahwa participation interest PT BSP – Pertamina Hulu adalah 50%. Sehingga jika PT BSP membagikan USD 14.2juta, maka Pertaamina Hulu juga memiliki keuntungan USD 14,2juta untuk diserahkan kepada pemerintah.

    Berapakah produksi Blok CPP di tahun 2012? 15 ribu barel per hari http://www.zamrudtv.com/filezam/usaha/mediausaha.php?module=detailusaha&id=7263

    Sekarang coba lihat PT Chevron Pacific Indonesia dari blok Rokan di tahun 2012? 335 ribu barel per hari http://finance.detik.com/read/2012/09/13/125223/2017224/1034/

    Atau dengan kata lain blok Rokan yg sekarang dikuasai PT Chevron Pacific Indonesia memproduksi minyak 22 kali lebih banyak dibandingkan blok CPP yang dikelola PT BSP – Pertamina Hulu.

    Jika BSP-Pertamina menghasilkan dividen USD 28,4 juta (USD 14.2 juta BSP dan USD 14,2jt Pertamina Hulu), maka blok Rokan yg dikuasai PT Chevron Pacific Indonesia paling kurang menghasilkan 22 kali lebih banyak yaitu sedikitnya USD 633juta (perhitungan untuk tahun 2010).

    Berapa profit PT Inalum tadi? USD 12 juta di tahun 2010.

    Berapa keuntungan perusahaan yg mengelola CPP blok? USD 28,4juta di tahun 2010

    Berapa keuntungan perusahaan yang mengelola Rokan blok? USD 633juta di tahun 2010

    Jadi, PT Inalum mah keciiiiiilllll……. Apalagi kalau dilihat di link tentang PT Inalum di atas bahwa PT Inalum membawa utang sebesar USD 70jt di tahun 2010. Nggak tahu sekarang utang itu sudah dilunasi atau menjadi beban pemerintah.

    Kenapa saya membandingkan PT Inalum dengan PT Chevron Pacific Indonesia (Rokan blok)?

    Karena Rokan blok akan habis masa kontrak nya di tahun 2021. Delapan tahun dari sekarang.

    Pertanyaannya, bisa nggak nanti mengambil alih Rokan blok? Eh harusnya pertanyaannya adalah, berani nggak? Amerika lho? bukan Jepang.

    Nanti fihak Chevron pasti bilang Indonesia belum mampu, baik dari segi keuangan maupun teknologi.
    Coba lihat lagi link ke PT BSP di atas; “Secara detail dia menjelaskan deviden sebesar Rp142 miliar tersebut dibagikan untuk pemegang saham. Seperti Pemprov Riau (penyertaan modal Rp45 miliar), Pemkab Kampar (penyertaan modal Rp10 miliar), Pemkab Pelalawan (penyertaan modal Rp6 miliar) dan Pemkab Siak (penyertaan modal mencapai Rp180 miliar).”

    Terlihat bahwa penyertaan modal fihak BSP totalnya cuma 241 milyar rupiah saja. Karena Pertamina Hulu juga memiliki 50% participating interest, maka penyertaan modal untuk mengelola CPP blok cuma 482milyar rupiah.

    Hitungan kasarnya, untuk mengelola Blok Rokan diperlukan 22 kali penyertaan modal BSP-Pertamina Hulu atau sebesar total 10,7 triliun rupiah atau 1,1 milyar USD.

    Jika pengelola blok rokan mendapatkan keuntungan sebesar USD 633 di tahun 2010, maka modal disetor sebesar 1,1 milyar USD itu pay out hanya selama 1,7 tahun… Alamaaakkk…. kurang dari 2 tahun modal kembali…..

    Apakah susah mendapatkan investor pribumi untuk modal 10,7 triliun yg akan balik modal kurang dari 2 tahun? Untuk Indonesia yang berpenduduk 200juta lebih, emang susah ya mencari 107 ribu orang untuk menginvestasikan masing2 100juta rupiah? Apalagi untuk bisnis dengan ROI 59% per tahun.

    Jangan khawatir untuk masalah teknologi.

    Berikut ini hasil pencarian cepat saya technical paper karya anak bangsa. Bukti nyata bahwa anak bangsa ini sudah sangat mampu untuk mengelola lapangan minyak kita, baik itu teknologi surfactant, steam flood, water flood, dll.

    (Pak DIS, sebagai tukang minyak, mudah2an saya masih diberikan kesempatan oleh Allah untuk nanti merasakan debaran seperti yg barusan Bapak rasakan)61.htm

    Posted by Tukang Minyak | 5 November 2013, 4:30 pm
  50. kata Bu Tien “Ojo percoyo omongane bojoku..!”

    Posted by Yudi | 6 November 2013, 11:13 am
  51. Beli.. beli.. beli..!

    Posted by sakinul wadi | 6 November 2013, 8:06 pm
  52. Selamat pak Di,tonggak lain masih menunggu .

    Posted by suroso | 7 November 2013, 7:57 am
  53. Alhamdulillah.. Senang melihat kesenangan bangsa Indonesia. Senang melihat kebanggaan bangsa Indonesia. Senang melihat kepercayaan diri bangsa Indonesia. Senang melihat orang lain senang dan susah melihat orang kesusahan, mari menjadi orang waras yang berpikir jernih. Semoga kejayaan Indonesia terus membahana sekarang dan akan datang di bumi Indonesia tercinta. Smoga Pak Dis dan kita semua selalu diberikan kesehatan dan keselamatan. Aamiin. Salam DahlanIs Forever. 🙂

    Posted by akadarisman | 7 November 2013, 8:03 am
  54. Semoga benar pernyataan sampeyan bahwa Inalum masih terawat mulus, bukan bangkai besi tua. Sorry kalau pakai kacamata minus…!

    Posted by Rudy M. Saragi | 7 November 2013, 10:03 pm
  55. maaf baru kali ini ikut numpang, smg pak DI diberi kesabara N ketabahan.

    Posted by zumri | 8 November 2013, 9:31 am
  56. Kepada Pak Dahlan Iskan,

    Terima kasih atas kerja keras Bapak selama ini. Pengembalian INALUM ke Indonesia baru satu langkah, Pak. Yang dikhawatirkan adalah perubahan budaya kerja, yang biasa diawasi oleh manajemen Jepang, menjadi turun. Membutuhkan banyak perhatian dari pihak manajemennya nanti, dan tentunya Pak Dahlan Iskan sendiri. semoga Pak Dahlan diberikan kesehatan dan kekuatan untuk mengawali perbaikan ini semua. Semoga daya pikiran, keringat, air mata dan semua upaya yang Bapak berikan untuk Bangsa ini diganjar kebaikan dari Allah SWT.

    Terima kasih, Pak. Tetap semangat.

    Posted by Anom Kurnia Nugraha | 8 November 2013, 10:25 am
  57. http://www.tempo.co/read/news/2010/04/29/090244221/Berpotensi-Rugikan-Negara-DPR-Tuntut-Nasionalisasi-Inalum

    Jauh sebelum Pak Dis jadi mentri, sudah ada yg mewacanakan ttg nasionalisasi Inalum. Tetapi memang di tangan Pak Dis lah keinginan kita terwujiud.

    Posted by uyung | 9 November 2013, 8:04 am
  58. Pak DIs Mantabs

    Posted by abdullah | 9 November 2013, 8:55 am
  59. Pengambilalihan PT Inalum ke pangkuan ibu pertiwi adalah tonggak sejarah bagi bangsa Indonesia sekaligus pertaruhan besar bagi kinerja Dahlan Iskan. Diakui ataupun tidak, bahwa keberhasilan ini adalah berkat perjuangan bung DI mampu meyakinkan kepada SBY, DPR, dll yg bersinggungan dg inalum bahwa Indonesia BISA! Jika dikemudian hari inalum di tangan anak2 negri lebih baik, maka akan enyusul inalum2 yang lain. Semoga Allah SWT memberkahi. Amin YRA.

    Posted by aditam@putra | 10 November 2013, 12:12 pm
  60. 1). Utk admin , bagusnya koment terakhir diposisikan di urutan pertama.
    2). Kalo memungkinkan bikin aja inalum go public biar transparan dg kepemilikan RI minimal 65% , kan selama ini perusahaan plat merah yg go public terbukti bagus.

    Posted by dimitrianshah | 11 November 2013, 8:22 am
  61. Indosat dulu dijual megawati, ambil lagi dong. dasar mega Bapaknya nasionalisasi, anaknya prifatisasi.

    Posted by saptana | 12 November 2013, 6:36 am
  62. klo bisa tambang2 yang lainnya bisa di kelola BUMN, jangan semua di kelola swasta asing yg hasilnya pada di bawa keluar negeri, kita cuma kebagian sampahnya doang

    Posted by ivan | 12 November 2013, 2:02 pm
  63. asal jangan ad koruptor aj lha yang ditakutkan setelah jadi milik indonesia para koruptor akan semakin leluasa ………..

    Posted by Andy Doank | 18 Desember 2013, 12:44 pm
  64. Superb blog you have here but I was curious about if you knew of any discussion
    boards that cover the same topics discussed here? I’d really love to be a part of online community where I can get advice from other experienced individuals that share
    the same interest. If you have any recommendations,
    please let me know. Thanks!

    Posted by Dentist in Provo | 19 Februari 2014, 4:10 pm
  65. Menangis mungkin bukan solusi tapi terkadang dapat menjadi obat penenang.

    Posted by ADE FARRAH DINA | 8 Juli 2014, 2:42 am
  66. ini tadi yang dibahas di ilc tentang freeport ternyata abah juga udah dulj kala melaporkan hal yang semis

    Posted by Juragan Konveksi Tas | 18 Juli 2018, 1:10 am

Tinggalkan komentar