>>
Anda sedang membaca ...
Catatan Dahlan Iskan, Manufacturing Hope

Fajar Lazuardi di Bahtsul Masail Gula Legi

Senin, 06 Februari 2012
Manufacturing Hope 12

Hampir seribu orang berkumpul di gedung Empire Palace, Surabaya, Minggu pagi kemarin. Semua berkaus sama: kaus putih bergambar tebu, sepeda, dan sedikit hantu. Tidak peduli karyawan biasa, kepala bagian, kepala pabrik, maupun direksinya. Saya pun diminta mengenakan kaus yang sama, entah apa maksud gambar hantu di situ. Tujuan pertemuan itu memang hanya satu: memajukan pabrik-pabrik gula milik BUMN.

Di antara 179 pabrik gula milik negara yang pernah ada, kini tinggal 51 yang masih tersisa. Itu pun separonya dalam keadaan sulit dan sangat sulit. Zaman memang sudah berubah. Kejayaan industri gula sudah lama berlalu. Kalau dulu harga gula 2,5 kali harga beras, kini harga dua komoditas itu sudah praktis sama. Maka, minat menanam tebu pun tentu tidak sebesar dulu lagi. Kini begitu banyak tanaman lain yang lebih menjanjikan. Apalagi, untuk menanam tebu, diperlukan waktu tiga kali lipat lebih lama daripada tanaman padi.

Saat produksi gula mengalami kesulitan seperti itu, orang masih terus membeli gula. Kian tahun, konsumsi gula kian tinggi ?termasuk oleh mereka yang terkena sakit gula sekali pun. Akibatnya, impor gula harus digalakkan. Pabrik gula dalam negeri kian bertambah-tambah sulitnya.

Tapi, benarkah pabrik gula harus sulit? Mengapa masih ada pabrik gula yang baik? Mengapa masih ada pabrik gula yang maju? Mengapa minat swasta membangun pabrik gula tetap tinggi? Mengapa di beberapa negara, produksi gulanya terus meningkat, bahkan mampu ekspor?

Dalam forum seribu orang itu, semua pertanyaan harus terjawab. Agar pertemuan tidak seperti sekadar seminar atau rapat kerja, semua pembicara harus ngomong to the point, tidak ada basa-basi, tidak boleh bicara lebih dua menit, dan harus fokus per topik.

Tidak ada upacara pembukaan atau penutupan. Juga tidak ada pemimpin rapat. Yang ada hanya moderator yang diserahkan kepada saya. Yang hadir pun sangat bervariasi sehingga tidak mungkin ada persoalan yang tidak tahu jawabnya.

Di samping direksi, hadir di forum itu semua kepala pabrik, semua kepala bagian, dan peserta khusus. Peserta khusus adalah generasi muda berprestasi di sebuah pabrik gula tanpa memandang sudah punya jabatan atau belum. Tiap-tiap pabrik gula mengirimkan sepuluh orang generasi muda berprestasi.

Saya jadi teringat pidato Bung Karno: Berikan kepada saya sepuluh orang pemuda, akan saya ubah dunia! Saya berharap sepuluh generasi muda di situ pun bisa menjadi champions untuk perubahan di pabrik gula masing-masing.

Tempat duduk di forum yang secara informal dinamakan “bahtsul masail kubro” itu juga diatur secara khusus. Peserta dari pabrik-pabrik yang sudah maju disandingkan dengan peserta dari pabrik-pabrik yang lagi sulit. Peserta dari pabrik-pabrik yang maju sering diminta tampil untuk menceritakan kiat-kiat mereka di topik-topik tertentu.

Maka, 17 topik yang selama ini menjadi penyebab sulitnya pabrik gula itu bisa dibicarakan secara tuntas. Topik-topik tersebut, misalnya, mengapa petani tidak berminat menanam tebu di suatu wilayah pabrik, mengapa ada pabrik yang lebih dekat tetapi petani mengirim tebunya ke pabrik yang lebih jauh, mengapa ketidakefisienan pabrik ikut dibebankan kepada petani, mengapa tebu dari jauh diberi insentif ongkos angkut sementara tidak ada insentif kepada petani yang dekat dengan pabrik, apa yang harus dilakukan untuk merebut kepercayaan petani kepada pabrik gula setempat, seberapa besar pengaruh kekompakan para kepala bagian di dalam suatu pabrik terhadap keberhasilan pabrik gula, bagaimana agar pembakaran ketel tidak lagi menggunakan bahan bakar minyak, mungkinkah dilakukan sistem beli putus -petani kirim tebu dan langsung dibayar saat itu-, bagaimana mengatasi semakin sulitnya mencari tenaga untuk menebang tebu, dan seterusnya.

Topik yang paling panjang tentu yang satu ini: Bagaimana merebut kepercayaan petani. Agar mereka mau menanam tebu. Agar mereka mengirim tebu ke pabrik terdekat. Agar pabrik tidak kekurangan tebu. Agar petani merasakan keadilan dan kesejahteraan.

Mencari jawabnya tidak sulit. Sudah ada contoh yang sangat berhasil. Pabrik gula Pesantren Baru di Kediri atau pabrik gula Ngadirejo di Malang sudah menerapkannya dengan sukses. Demikian juga delapan pabrik gula lain, termasuk yang berada di Lampung dan Palembang. Sejak empat tahun lalu, kelompok 10 itu tidak pernah lagi mengalami kesulitan bahan baku. Bahkan, sampai berlebihan. Kuncinya satu: keterbukaan manajemen kepada petani tebu.

Di pabrik-pabrik tersebut tiap hari (di masa giling) diumumkan pada papan pengumuman petani siapa memperoleh rendemen (kandungan gula) berapa persen. Mereka yang setor tebu ke pabrik biasanya mampir ke papan pengumuman itu. Sejak sistem tersebut diterapkan, tidak ada lagi kecurigaan dari petani.

Padahal, dulu pabrik selalu dicurigai mempermainkan rendemen petani. Sampai-sampai petani meminta dibentuk tim independen untuk mengikuti keterbukaan model Pesantren Baru atau Ngadirejo. Tim seperti itu tidak diperlukan lagi.

Yang juga mendapat banyak tepuk tangan adalah ketika sepasang kepala bagian diminta naik ke panggung. Dia adalah Surya Wirawan, kepala bagian teknik, dan Fajar Lazuardi, kepala bagian pengolahan. Keduanya dijadikan contoh betapa bila dua orang kepala bagian di suatu pabrik kompak, hasilnya luar biasa.

Ketika keduanya bekerja di posisi tersebut, pabrik gula Prajekan, Situbondo, mengalami kemajuan 100 persen dalam produksinya. Oleh direksi PTPN XI, keduanya kini diminta tetap berpasangan untuk membenahi pabrik gula Semboro di Jember. Mereka pun optimistis bisa kembali menghidupkan pabrik gula Semboro yang semula sulit itu.

“Kami ini bukan lagi seperti rekan sejawat, tapi sudah seperti bersaudara,” ujar Surya Wirawan yang jadi kepala bagian teknik. “Saya selalu panggil dia kid dan dia panggil saya sam,” tambah dia.

Bagi orang Malang, tidak ada panggilan yang bisa menunjukkan kekentalan persahabatan melebihi panggilan kid dan sam itu. Orang Ngalam, eh orang Malang, memang biasa mengucapkan suatu kata dari huruf paling belakang.

Biaya memproduksi uap memang sangat besar di suatu pabrik gula. Bagian teknik yang memproduksi uap melalui ketelnya (boiler) harus erat berhubungan dengan bagian pengolahan yang menggunakan uap tersebut. Kalau produksi uap kurang cukup, sudah seharusnya bagian pengolahan menjerit. Sebaliknya, kalau bagian pengolahan terlalu boros menggunakan uap dalam pembuatan gulanya, sudah sewajarnya bagian teknik menjerit.

Dalam hal tim yang tidak kompak, bisa saja terlalu banyak bahan bakar yang terbuang karena penggunaan uap yang berlebihan. Sebaliknya, kalau produksi uap tidak lancar, bisa jadi banyak gula yang kualitasnya jelek.

Dengan berbagai langkah yang sudah dilakukan para pengelola pabrik gula selama tahun-tahun terakhir, setidaknya sudah banyak best practice yang terjadi. Banyak sekali cerita keberhasilan dan kiat kesuksesan yang bisa diceritakan di forum kemarin. Kini tinggal bagaimana manajemen bisa menularkan semua itu kepada pabrik yang masih sulit.

Di akhir pertemuan, 22 pimpinan pabrik gula yang masih sulit dan sangat sulit naik ke panggung. Urutan jejernya pun sudah seperti otomatis: yang paling sulit di ujung kanan dan kian ke kiri kian kurang sulitnya. Mereka sudah mendengar sendiri kiat-kiat sukses pabrik lain. Di antara 22 pabrik yang sulit dan amat sulit itu, ternyata masih memberikan hope yang besar: 12 pabrik di antaranya siap keluar dari “neraka” akhir tahun ini.?

Banyak sekali rencana yang akan mereka lakukan setelah pertemuan itu. Bahkan, di antara mereka ada yang sangat detail. Misalnya, ada yang akan menjaga agar mesin pengolahannya selalu dibersihkan dengan sangat-sangat bersih. Itu tidak hanya dilakukan demi kerapian atau kesehatan, ternyata juga sangat erat dengan peningkatan produksi. Dia menceritakan secara detail reaksi-reaksi kimiawi dari semua instalasi pengolahan yang kurang dibersihkan secara benar-benar bersih dengan produktivitas gula.

Dengan sangat menyindir, dia berucap, “Kalau Bapak mengatakan ruang tunggu bandara harus lebih nyaman daripada ruang kerja direksi bandara, saya akan bikin doktrin instalasi pengolahan di pabrik gula saya harus dibersihkan lebih bersih daripada piring yang saya pakai makan!”

Alhamdulillah. Dengan demikian, bila Tuhan mengizinkan, akhir tahun ini tinggal sepuluh lagi pabrik gula yang masih sulit. Berarti, masih 20 persen lagi. Tentu tidak mudah memecahkannya. Meski tinggal sepuluh pabrik gula, tapi pastilah itu yang paling sulit di antara yang tersulit-sulit.

Untuk membaca seberapa sulitkah kesulitan yang sulit itu, pimpinan sepuluh pabrik gula tersebut diminta menyebutkan tiga penyebab utama kesulitan itu. Yang satu, yang di Klaten itu, menyebutkan bahwa kesulitan utamanya hanya satu: Pabrik tersebut menggunakan banyak sekali boiler yang semuanya berukuran kecil-kecil. Kalau apa yang dia kemukakan itu benar, tentu tidak sulit memecahkannya: ganti boiler. Satu saja, tapi yang besar. Satu saja, tapi bahan bakarnya jangan minyak. Satu saja, tapi bayarnya nyicil.

Satu pabrik lagi di Probolinggo beralasan bahwa pabriknya sudah terlalu tua. Sudah 166 tahun. Kalau itu benar, masih tetap bisa diatasi. Sebab, pabrik gula pada prinsipnya adalah mekanik. Banyak hal yang bisa dilakukan dengan mudah untuk peralatan yang sifatnya mekanik.

Satu pabrik lagi di Jateng, penyebabnya agak unik: kalah bersaing dengan pabrik gula Jawa yang jumlahnya sampai 300 buah di sekitar pabriknya. Tidak ada petani yang mengirim tebu ke pabrik karena tebu diolah sendiri-sendiri.

Tentu alasan seperti itu terlalu klasik untuk sebuah bisnis. Bukan alasan yang kuat. Karena itu, sampai ada peserta yang memberikan jalan keluar secara bergurau: Bagaimana kalau pabrik gula ini sekalian saja memproduksi gula Jawa?

Intinya, semuanya berkaitan dengan kurangnya pasokan tebu sebagai bahan baku utama. Intinya lagi, petani kurang tertarik menanam tebu atau mengirim tebu ke pabrik. Lebih inti lagi, petani kehilangan kepercayaan kepada pabrik gula BUMN. Maka, khusus sepuluh pabrik gula itu akan bertemu lagi sebulan mendatang.

Tentu dengan usul dan jalan keluar yang sudah lebih nyata. Kalaupun tahun ini belum bisa teratasi, setidaknya tahun depan harus beres. Atau, hi hi hi, menjadi seperti hiasan di kaus yang kemarin mereka kenakan itu! (*)

Dahlan Iskan
Menteri BUMN

Diskusi

139 respons untuk ‘Fajar Lazuardi di Bahtsul Masail Gula Legi

  1. Pabrik Gula harus bersih…bersih semuanya…lebih bersih dari piring makan.Pabrik Gula masih bisa tumbuh…jangan sampai jadi Casper.Hidup Pabrik Gula !!!

    Posted by NuQ | 6 Februari 2012, 5:30 am
    • betul pak nuq…dengan gerakan pabrik gula, semoga import gulanya gak banyak2 amat heheheh
      mari kita dukung pak dis, pak nuq agar berbuat lebih besar lagi untuk negara ini. dengan bergabung gerakan rakyat dan facebooker mendukung dahlan iskan jadi presiden.
      http://www.facebook.com/groups/dahlaniskangroup/

      Posted by deden hapsari | 6 Februari 2012, 9:13 am
    • Bahasanya terlalu halus.. Bersih piringnya, bersih pabriknya dan bersih juga pengelolaannya.. Kalo mau bersih2 pastikan alat pembersihnya juga bersih ya bos.. 😉

      Posted by Aris Kadarisman | 6 Februari 2012, 11:01 am
    • memang sangat2 berat perjuangan pak Dahlan Iskan, mari kita doakan sama2 supaya tetap diberi kesehatan Allah SWT. Apa yang dirintisnya di PLN sudah baik ternyata setelah ditinggal pak DI masih ada sebagian yang kembali kemodel lama terutama di daerah2 terpencil, apakah model seperti di PLN akan sama seperti di BUMN setelah pak DI nanti tidak lagi menjadi mentri BUMN? kalau semuanya menghargai perjuangan pak DI bagaimana susah payahnya memperbaiki PLN dan BUMN tentunya kedepan akan baik terus tapi kalau mental memang sudah bobrok saat ini baik ditinggal balik lagi. semoga ini jadi renungan bersama. selamat berjuang pak DI.

      Posted by agus s | 8 Februari 2012, 5:48 am
  2. Ayo bangkit pabrik gula. Jangan impor gula lagi ya…. Malu sama tanah yang luas dan pabrik yang banyak.

    Posted by donz | 6 Februari 2012, 5:38 am
  3. Manufacturing Hope membantu semua BUMN untuk lebih maju..:)
    saatnya berpijak dgn kaki sendiri dgn memajukan BUMN..:)

    Posted by Akhmad Rizki K. | 6 Februari 2012, 5:38 am
  4. Salut Pak DI, saya selalu tersentuh membaca tulisan bapak.

    Untuk mendukung pabrik gula dalam negri, saya selalu membeli gula lokal. Meskipun gula impor lebih putih dan bersih warnanya, toh setelah larut jadinya sama.

    Posted by anto | 6 Februari 2012, 5:42 am
  5. Semoga pabrik gula semakin jaya seperti dulu….

    Posted by caderkeren | 6 Februari 2012, 6:12 am
  6. seperti kata Bung Karno, berdiri diatas kaki sendiri, mari bangkit pabrik-pabrik lokal 😀

    Posted by ndundupan | 6 Februari 2012, 6:26 am
  7. Bravo pak DIS, semoga tidak ada lagi hantu-hantu yang bergentayangan di pabrik gula untuk makanin gula, juga banyak bermunculan lazuardi-lazuardi di pabrik gula khususnya di PTPN di Sumatera, pabrik milik sendiri, lahan HGU, pekerja karyawan sendiri tapi hasil belum maksimal.

    Posted by Eko legstyanto | 6 Februari 2012, 6:53 am
  8. Salut untuk Pak Dahlan, maju terus Pak……kembalikan kejayaan PG Indonesia !

    Posted by kangtomo | 6 Februari 2012, 6:57 am
  9. membangun suatu harapan agar tumbuh semangat dan yakin bahwa qt ‘BISA’…. sekarang bukan saatnya mengeluh! Bravo pak Dis 🙂

    Posted by sofyan faizin | 6 Februari 2012, 7:25 am
  10. Pak Dis benar-benar seorang problem solver dan motivator yang hebat. Benar sekali, sekarang saatnya berdiri di atas kaki sendiri, bergantung kepada orang lain sama saja dengan menggadaikan harga diri. Maju terus pabrik gula di Indonesia.

    Posted by Caahjogja | 6 Februari 2012, 7:27 am
  11. Permaslahan utama pabrik gula adalah efisiensi mesin pengolahannya yg sangat rendah. Dari bahan baku yg diolah, hanya 50% yg bisa menjadi gula. Hal ini sangat berbeda dg pabrik gula di luar negeri yg mampu mengahsilkan gula 80% dari jumlah bahan baku yg diolah.

    Posted by Mohamad Nufel | 6 Februari 2012, 7:31 am
    • ??????????

      Posted by kangtomo | 6 Februari 2012, 9:16 am
    • Ini yang perlu diluruskan.. Lebih dulu yang disebutkan memperoleh 50 % dan 80 % itu pabrik gula rafinasi atau gula kristal putih.. Kalau Pabrik Gula kristal putih atau Plantation White Sugar di luar negeri tidak mungkin bisa menghasilkan 50 % atau bahkan 80 %.. Untuk menghitung perelah angka gula atau yang bisa disebut rendemen adalah banyaknya gula yang diperoleh dari tebu yang di olah.. Nah rata2 PG di Indonesia Rendemen yang diperoleh 6 – 10 %.. Suatu misal tebu yang dilah 1000 ton maka gula yang diperoleh sekitar 60 – 100 ton belum termasuk perhitungan dari efisiensi dan yang lain…

      beda hal nya dengan pabrik gula rafinasi yang mengolah raw sugar, rendemen nya bisa diatas 90 % (refined sugar : raw sugar x 100)..

      Posted by risvank | 8 Februari 2012, 9:53 am
  12. Semakin manis Aja Ide Performance Pak Dis ini 🙂

    Posted by nfall | 6 Februari 2012, 7:32 am
  13. Semangat pak DI, i always support u…

    Posted by abymanyu | 6 Februari 2012, 7:33 am
  14. KUPAS TUNTAS ALA PAK DIS …. MANTAPS ….. I LOVE U FULL 1000%

    Posted by Agandri | 6 Februari 2012, 7:36 am
  15. lanjut pak dahlan…semoga selalu sehat dan siap memimpin bangsa ini..
    mari bergabung dengan gerakan rakyat dan facebooker mendukung dahlan iskan jadi presiden.
    http://www.facebook.com/groups/dahlaniskangroup/

    Posted by deden hapsari | 6 Februari 2012, 7:38 am
  16. ayo ndang dibenahi sekabehane… Lak gulone enak -bisnise enak kualitase enak- lak ku nggawe kopi mbendinane yo enak tho,,,

    Posted by mcu | 6 Februari 2012, 7:44 am
  17. Alhamdulillah.. Sebagai insan yang turut hidup di perusahaan yang salah satu bisnisnya adalah industri tebu (pabrik gula), saya merasa sangat senang pak Dis meluangkan waktu khusus untuk memfasilitasi sebuah dialog kongkrit dalam rangka mencari solusi atas permasalahan pabrik gula. Dari tulisan pak Dis tampak bahwa sebenarnya solusi penyelesaian beberapa permasalahan sebenarnya sudah dimiliki oleh PG itu sendiri atau PG saudaranya, hanya masalah sharing knowledge/ experience-lah yang belum berjalan baik sehingga masih ada beberapa pabrik yang masih berkutat dengan masalah-masalah klasik. Bravo pak Dis, dalam hal-hal teknis operasional semoga permasalahan-permasalahan sudah terjawab semua di forum tersebut.
    Namun ibarat manusia yang terdiri dari tubuh dan ruh, bisnis PG pun juga mirip seperti iti. Sakit fisik-nya insya allah dapat terobati segera, namun jiwa (ruh) dari bisnis PG (budaya, mentalitas) mudah-mudahan ikut cepat mengalami pemulihan. Dalam pendekatan mampu-mau, banyak PG yang sakit ternyata bukan karena permasalahan teknis tapi masalah non teknis. Saya percaya pak Dis telah melihat hal ini dan memberikan catatan terhadap pimpinan-pimpinan yang memiliki komitmen dan totalitas terhadap kemajuan PG. Seperti pak Dis pernah sebutkan, tidak harus sulit-sulit cari yang hebat dan pintar, yang penting INTEGRITAS dan ANTUSIAS. Vive Pak Dis, saya usul untuk dilakukan pemotretan terhadap kompetensi pak Surya & pak Fajar, cari sosok serupa di masing-masing Unit, perbanyak jumlahnya dan dishare ke seluruh unit PG untuk menjadi agent of change untuk kemajuan industri gula di negeri ini. Kembalikan kejayaan masa lalu. Semoga pak Dis selalu sehat dan dalam lindungan Allah SWT. Amiin.

    Posted by Aris Kadarisman | 6 Februari 2012, 7:54 am
  18. Kalo semua karyawan semangatnya kaya Pak Fajar Lazuardi, mgkn ga ada PG yang Sulit. Memang seharusnya orang kerja dikebun mulai Fajar krn saat yg lain masih terlelap. seiring Ibadah Shubuh berdoa kepada Allah SWT insan PG melanjutkan doa tersebut dengan aktivitas kerja mengelola kebun Tebu. Dan saat Fajar Pula para Hantu sudah kembali tidur diperaduaannya. Trust me..It works

    Posted by Erwin Yuswanto | 6 Februari 2012, 7:54 am
  19. jayalah negriku

    Posted by Eep Malik | 6 Februari 2012, 8:22 am
  20. Dahlan Iskan: Berhentilah Berkotbah dan Mulai Menularkan

    Menteri Negara BUMN Dahlan Iskan membagi kisah suksesnya sebagai pemimpin. Ya, kisah sukses karena pria penggemar sepatu kets itu memang sukses. Penguasa media di Jawa Pos Group yang punya JPNN itu, pernah menjadi CEO PLN dan kemudian berhasil menghidupkan kembali kata-kata Kartini; Habis Gelap Terbitlah Terang. Tentang buku biografinya ini, Dahlan dengan santai bilang, “Itu bukan saya yang tulis, tapi sahabat saya Ishadi SK yang adalah orang sukses di industri televisi.”

    Rendah hati dan tidak ’sok’ penting meski telah jadi menteri yang jumlah anak buahnya bejibun, Dahlan Iskan seperti pantas-pantas saja ada di kursi itu siang tadi, di sebuah hall besar dalam satu tayangan program Metro TV yang dipandu Sandrina Malakiano. Mereka sedang membahas tentang kepemimpinan, mengambil sari penting dari praktek kepemimpinan Nabi Muhamad SAW. Ada nara sumber lain tetapi fokus perhatian saya (juga mungkin ratusan orang yang hadir di ruangan itu dan jutaan pemirsa di rumah) adalah Dahlan Iskan.

    Tampil dengan baju kemeja putih, celana dari bahan katun dan sepatu kets, Dahlan dengan santai dan santun bertutur tentang apa yang dia buat ketika menjadi pemimpin. “Selama menjadi menteri, saya belum pernah memanggil deputi saya ke ruang kerja saya. Kalau saya butuh, saya akan ke ruangan mereka. O iya, saya juga belum pernah memencet bel di meja saya untuk memanggil bawahan. Kalau berkasnya sudah saya tandatangani, ya saya antar. Hitung-hitung sekalian olahraga,” katanya yang disambut dengan pandangan tidak percaya dari Sandrina Malakiano di sampingnya dan saya yang terperangah terpesona di depan layar televisi.

    Dahlan Iskan seperti menjungkirbalikkan ‘aturan dasar’ menjadi pemimpin di negeri ini; bos harus duduk diam dan jika membutuhkan sesuatu tinggal pencet bel. Saya tiba-tiba ingat sebagian besar pemimpin yang pernah saya temui, hmmm… yang Dahlan Iskan buat itu baru saya dengar. Lalu apa itu bisa mengubah bangsa ini?

    Bagi Dahlan, budaya (culture) tidak bisa diajarkan. Budaya -di dalamnya termasuk etos kerja- adalah sesuatu yang harus ditulari dengan syarat yang seorang siap menularkan dan yang lain membuka diri untuk ditulari. Dalam kondisi pemimpin ingin menularkan konsep kerja yang dia inginkan kepada bawahannya, maka harus terjalin interaksi yang baik bukan dalam situasi atasan bawahan seperti yang kita jumpai selama ini, tetapi sebagai dua pihak yang saling membutuhkan. Budaya itu bisa ditulari kalau kita -sumber dan penerima- berada pada level yang sama tanpa sekat jabatan.

    Begitu cara Dahlan berinteraksi dengan orang-orang di kantornya. Dia tidak menganggap efektif kampanye lewat poster etos kerja di dinding. Baginya, dia harus mampu menjadi tauladan tidak dalam kotbah atau ceramah tetapi dalam sikap. Apakah itu efektif? Mungkin tidak bisa diukur dalam waktu singkat, tetapi Dahlan optimis jika semua pemimpin demikian bersikap, perubahan pasti terjadi, soon or later.

    Maka menurut saya bisa ditebak, pada situasi terbalik, jika pemimpin korupsi, situasi itulah yang dia tularkan kepada bawahannya. O iya, Dahlan juga kabarnya tidak mau dipanggil: Pak Menteri. “Nama saya Dahlan,” katanya seperti dituturkan seorang sahabatnya. Suatu waktu ketika lebaran, Dahlan meminta para stafnya berbaris dan dia bersama jajaran petinggi kantornya berkeliling memberikan selamat, ini juga baru. Dahlan tidak berkotbah tentang kerendahan hati, tetapi mulai memberi teladan. Soal saya adalah, apa iya kita mau ditulari?

    Salam

    “^_^/

    sumber : http://sosok.kompasiana.com/2012/02/05/dahlan-iskan-berhentilah-berkotbah-dan-mulai-menularkan/

    Posted by BlackBeard | 6 Februari 2012, 8:36 am
    • HIKS HIKS HIKS ada juga mentri yg begini
      “Selama menjadi menteri, saya belum pernah memanggil deputi saya ke ruang kerja saya. Kalau saya butuh, saya akan ke ruangan mereka. O iya, saya juga belum pernah memencet bel di meja saya untuk memanggil bawahan. Kalau berkasnya sudah saya tandatangani, ya saya antar. Hitung-hitung sekalian olahraga,”

      Posted by yud | 6 Februari 2012, 2:20 pm
  21. DI, pemecah masalahnya masalah..

    Posted by angger | 6 Februari 2012, 8:42 am
  22. Setuju, kadang permasalahan ada di dalam diri kita, mau (ikut) berubah apa tidak? Termasuk PG yang 10 itu.. mau keluar dari neraka atau betah jadi hantu??

    Posted by rahmat | 6 Februari 2012, 8:50 am
  23. Sulit dibayangkan ada menteri yang nggak ngambil gaji mengadakan raker di hari besar Islam ( libur pula lagi ). Mengadakan rapat tanpa pembukaan dan tidak ada gembar-gembor di hari Sabtunya. Anda memang benar-benar fuhrer.

    Posted by Enzo | 6 Februari 2012, 9:03 am
    • Betul, Pak. Kami dari kalangan muda merasakan keinginan untuk berkontribusi pada kemajuan negara telah tumbuh sedikit demi sedikit. Kami siap berkontribusi membantu fuhrer kami.

      Posted by Mario | 6 Februari 2012, 9:11 am
  24. mampir pak ke bulog.. korupsi didalamnya sungguh luar biasa.. mereka butuh sentuhan anda kalau memang indonesia ingin swasembada beras. capek rasanya juga meliat menteri pertanian cuap cuap meningkatkan produksi beras tanpa berbuat apa apa.

    Posted by ahmad | 6 Februari 2012, 9:39 am
  25. Tidak hanya slogan kerja kerja kerja
    Tapi benar benar kerja.
    Kebanyakan slogan diindonesia hanya seperti iklan,bnyak yang menipu,
    Katakan tidak pada korupsi nyatanya ya korupsi

    Posted by didik susanto | 6 Februari 2012, 9:44 am
  26. “Untuk membaca seberapa sulitkah kesulitan yang sulit itu” kalimat ini menggelitik…,saya tertawa sendiri…, tapi intinya pembenahan BUMN oleh Pa DI sudah menginspirasi kami dalam bekerja…,trims pa DI…, semoga pabrik gula bisa keluar dari kesulitan yang sulit itu….,
    young selebes!

    Posted by Djasmien | 6 Februari 2012, 9:47 am
  27. Matur nuwun sanget pak Dis…….

    Posted by heru | 6 Februari 2012, 9:53 am
  28. alhamdulilah aku seneng baca tulisan yg penuh harapan,, semoga gula BUMN ku lebih manis prestasinya dari pada manisnya harapn dari rapat akbar gula ini..

    Posted by edward | 6 Februari 2012, 10:11 am
  29. Tinggal implementasinya nanti di lapangan Pak….. sedikit koreksi Pak.., PG, Ngadirejo tidak di malang tapi di Kediri Pak…. trm kash telah meperhatikan kami insan gula.

    Posted by Agus Suprapto | 6 Februari 2012, 10:23 am
  30. Saya suka ending-nya: “Kalaupun tahun ini belum bisa teratasi, setidaknya tahun depan harus beres. Atau, hi hi hi, menjadi seperti hiasan di kaus yang kemarin mereka kenakan itu!”

    Benar2 lugas dan tegas!!!

    Wong sudah dicarikan solusi dan PG yang lain juga sudah meng’iya’kan u/ bisa keluar dari kesulitannya, ini masih ada juga yang pake 1001 alasan u/ mencari pembenaran atas kegagalan dalam me-manage PG nya, klo ga bisa tahun ini, ok lah tahun depan (itung2 toleransi), tapi klo masih bandel ya udah tidak ada kata lain dijadikan “hantu” aja daripada cuma makan GAJI BUTA.

    Salut Bung Dis !!!

    Posted by Jend. Naga Bonar | 6 Februari 2012, 10:28 am
  31. setiap membaca tulisan Bapak, selalu saya dapatkan “nilai-nilai kehidupan”. Dan semakin saya percaya, bahwa kerusakan bangsa ini karena pemimpin2 kita tidak memberikan teladan seperti yang pak DI lakukan. Semoga semakin banyak pemimpin yang baik, berintegritas dan antusias tampil memimpin di negeri ini, sehingga cepat terjadi gelombang perubahan dalam mensejahterakan rakyat banyak.Semoga Bapak diberi kekuatan dan sehat selalu. Amin

    Posted by Roberts Suryatno | 6 Februari 2012, 10:49 am
  32. Tulisan2 beliau khan jg dimuat di JawaPos Grup, jd hampir seluruh rakyat Indonesia membacanya..termasuk karyawan di BUMN dan masyarakat tetangga BUMN yg “dirasani” pak isekan ikut baca…sehingga mau gak mau akan tumbuh semangat utk memajukan perusahaan, karna gak mau “dirasani” lagi…seharusnya kayak begini juga bagus peran Pers bagi kemajuan bangsa..jangan hanya berita2 kontroversial aja yg dimuat di halaman depan, tapi tulisan dan berita yg menumbuhkan semangat kemajuan bangsa yg muncul (jg) dihalaman depan…Bravo pak Isekan

    Posted by iqbal | 6 Februari 2012, 10:52 am
  33. Selama ini banyak persoalan yg timbul akibat banyaknya gula impor yang membanjiri Indonesia , sementara tak banyak orang tahu kenapa produksi gula kita tak sanggup memenuhi kebutuhan dalam negeri ini. Dengan adanya Manufacturing Hope 12 ini, kita baru tahu masalah sesungguhnya yang terjadi di industri gula kita.
    Mudah – mudahan apa yang didapat dari Bahtsul Masail ini membawa perubahan yang positif industri gula di dalam negeri. Terima kasih Pak Dahlan yang telah membangkitkan semangat untuk kebaikan negeri ini…………………Doa saya selalu menyertai setiap langkah Bapak…..Aminnn

    Posted by Hadi S | 6 Februari 2012, 10:59 am
  34. Berita di detik.com ini MUNGKIN merupakan jawaban dari rekan2 atau bila ada orang yang menggadang-gadang Pak Dis sebagai calon ketua umum partai atau calon presiden.

    =======

    Dahlan Iskan: Saya Sudah Terlambat untuk Berpolitik

    Jakarta – Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Dahlan Iskan sudah tak berminat terjun ke dunia politik. Salah satu penyebabnya adalah faktor usia.

    “Terlambat sepertinya, saya kan sudah 60 tahun,” kata Dahlan saat ditemui di kantor Presiden, Jl Medan Merdeka Utara, Senin (6/2/2012). Dahlan akan menghadiri rapat perayaan hari pers nasional.

    Menurut Dahlan, dunia politik tidak bisa dijalani begitu saja. Perlu ada proses panjang, sehingga mampu menguasai bidang tersebut.

    Dahlan juga tak ingin berkomentar banyak, terutama bila ada orang yang menggadang-gadangnya sebagai calon ketua umum partai atau calon presiden. Apalagi pengganti Ketua Umum Partai Demokrat (PD) Anas Urbaningrum.

    “Rasanya kalau jadi ketum Demokrat harus jadi anggota Demokrat, saya bukan anggota Demokrat. Kan nggak mungkin,” katanya.

    Nama Dahlan memang sebelumnya sempat dibicarakan untuk menjadi capres atau cawapres. Salah satu tokoh yang mengusulkan namanya berasal dari PD, Ulil Abshar. Karena dukungan ini, beredar kabar bahwa Dahlan juga disiapkan menjadi pengganti Anas bila kelak ada masalah hukum di KPK.

    (mad/gun)

    sumber : http://www.detiknews.com/read/2012/02/06/114553/1834998/10/dahlan-iskan-saya-sudah-terlambat-untuk-berpolitik?9911012

    Posted by BlackBeard | 6 Februari 2012, 12:00 pm
    • Jangan khawatir Pak Dahlan. Pak Harto masih naik jabatan pada umur 72 tahun, Pak Habibie manjabat di usia 62 tahun, Gus Dur di Usia 59 tahun. Apakah bapak tidak care dengan kami-kami yang akan memilih golput karena tidak adanya pemimpin berkualitas. Mohon dipertimbangkan

      Posted by Enzo | 6 Februari 2012, 12:10 pm
      • Saya meyakini bahwa pak daklan tak akan pernah mau menjadi presiden, KECUALI Tuhan mendaulatnya (baca: didaulat semua rakyat).

        masuk partai berarti nafsu/keinginan/syahwat atau najis, tidak mungkin kesucian bercampur dg barang najis.

        bersama2 kita memperbanyak usaha (bekerja) dan doa untuk menjadi manusia baik atau rahmatan lil alamin, niscaya Tuhan akan menolong Nusantara, dengan mengangkat pak dahlan sbg pemimpinnya atau manusia mukmin lainnya yg Ia kehendaki.

        salam Indonesia Tinggal landas 2014

        Posted by syafiihkamil | 6 Februari 2012, 3:37 pm
      • ¤ Dahlan Iskan adalah anugerah terindah. Tapi sayang tidak memilki ambisi menjadi pemimpin bangsa Indonesia.

        Posted by agusmadjidi | 6 Februari 2012, 8:08 pm
      • Seumur-umur saya selalu golput. Satu-dua tahun setelahnya saya bersyukur tidak ikut pemilu itu karena sudah kelihatan kebobrokan partai dan ketidakmampuan presiden terpilih. Tapi saya akan mempertimbangkan ikut pemilu mendatang bila Dahlan Iskan adalah salah satu calon presidennya.

        Posted by Jovan Jaya | 6 Februari 2012, 10:03 pm
  35. semoga diberikan kemudahan dan kesabaran dalam menjalani smua nya,sehingga geliat ekonomi rakyat tumbuh kembali.

    Posted by Fatkhurrozak | 6 Februari 2012, 12:05 pm
  36. Inspiring bapak kita yang satu ini. Hidup Pak DIS!
    Insya Allah, BUMN kita bertambah baik dan bisa go-global!

    http://catatanpendekwinu.blogspot.com

    Posted by catatanpendekwinu | 6 Februari 2012, 2:01 pm
  37. Mau tanya pak, klo benar bapak berpihak pada rakyat kenapa bapak berencana privatisasi BUMN, atau menjual BUMN ke pemodal asing, bukan kah itu sama saja menjual harta rakyat, bukan kah BUMN itu harta rakyat yg musti ke kembangkan dan dibesar kan..?

    saya ingin tau alasan bapak privatisasi BUMN, klo benar bapak seperti yg diberita2kan , bersahaja, pro rakyat kecil, santun, penjualan BUMN berarti mecoreng “image” bapak selama ini

    terus terang saya kecewa

    Posted by rani_tea | 6 Februari 2012, 2:06 pm
    • PRIVATISASI BUMN BUKAN BERARTI MENJUAL KE PEMODAL ASING, TAPI MEMBUAT KEPEMILIKAN MODAL BUMN BISA DIMILIKI OLEH “SELAIN NEGARA”, NAH YANG INI ARTINYA BISA WARGA INDONESIA, BADAN HUKUM INDONESIA MAUPUN PIHAK ASING. JADI KALAU MAU INVESTASI DAN IKUT MENJADI SALAH SATU PEMILIK BUMN BISA MEMBELI SAHAMNYA, DARI PADA MENEMPATKAN DANA (NABUNG/ DEPOSITO) KE BANK-BANK YANG MAYORITAS MODALNYA DIMILIKI PEMODAL ASING ATAU MEMBELI BARANG-BARANG IMPOR KAYAKNYA LEBIH BAIK MEMBELI SAHAM BUMN YANG MAU DIPRIVATISASI. PEMBELIAN SAHAM BIASANYA DALAM SATUAN LOT (1 LOT – 500 LEMBAR). MISALKAN HARGA PERLEMBAR SAHAM BUMN Rp.1000,- (SERIBU RUPIAH) CUKUP DENGAN RP.500.000,- SUDAH BISA IKUT ANDIL DALAM MENSUKSESKAN PRIVATISASI BUMN DAN ITUNG-ITUNG MENDUKUNG PROGRAMNYA PAK DIS.

      Posted by MUKLISIN | 6 Februari 2012, 4:14 pm
      • kasihan si Rani Tae. baru tau dikit itupun gak utuh bisa nyerocos kayak gt. mending diem dulu baca yang jelas n ikutin tulisan2 beliau minimal tau jalan pikiran dan ide2nya. kalo gini modelnya bisa2 sampeyan yang bakal disumpahin orang banyak.

        Posted by syaif | 7 Februari 2012, 5:17 am
      • Saya baru saja baca di detik yang mungkin dapat sedikit memberikan pencerahan mengenai hal yang di”permasalahkan” oleh Rani. Saya copy-paste aja ya biar lebih jelas dan tidak disalah-tafsirkan, dan u/ yang malas buka link2 yang lain. Semoga ini bermanfaat:

        Senin, 13/02/2012 16:20 WIB
        Dahlan Iskan Tak Mau Lagi Ada BUMN Dijual ke Asing
        Ramdhania El Hida – detikFinance

        Jakarta – Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Dahlan Iskan menyatakan tidak akan ada lagi BUMN yang dijual ke asing. Pengembangan usaha hanya akan dilakukan melalui pasar modal dan penggabungan di induk usaha (holding company).

        “Yang jelas tidak akan ada lagi penjualan BUMN ke perusahaan asing. Era itu sudah selesai,” kata Dahlan di kantornya, Jalan Medan Merdeka Selatan, Senin (13/2/2012).

        Menurutnya, pilihan untuk pengembangan BUMN saat ini adalah melalui pasar modal dan pembentukan holding company. Sehingga, aset negara tidak ada lagi yang dikuasai oleh piha asing.

        “Kalau IPO (initial public offering/penawaran umum saham perdana) kan lewat pasar modal, tapi kalau dijual langsung ke asing tidak ada lagi,” jelas mantan Direktur Utama PLN tersebut.

        Bahkan, Dahlan menargetkan, dalam dua tahun ke depan, seharusnya sudah ada perusahaan plat merah yang bisa membeli perusahaan luar negeri.

        “Dulu, beberapa BUMN dijual kemudian hasilnya masuk APBN (Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara), itu kan negara enggak punya uang,” imbuhnya.

        Saat itu, kata Dahlan, negara tidak punya uang dan APBN saja masih banyak bolongnya. Untuk menggaji pegawai negeri saja uangnya tidak cukup makanya ada BUMN yang sebagian sahamnya dilego ke asing.

        “Pokoknya sekarang tidak ada lagi BUMN dijual ke asing, yang seperti itu sudah tidak ada lagi,” ujarnya.

        Salah satu BUMN saham mayoritasnya dijual ke asing adalah PT Indosat Tbk (ISAT). Singapore Telecom Ltd (SingTel) menjadi pihak pembeli pada jaman Indonesia dipimpin presiden Megawati.

        (ang/qom)

        Posted by Jend. Naga Bonar | 14 Februari 2012, 8:05 am
    • rani tea juga bisa beli kok,tinggal ke BEJ sana…lain kasusnya dengan indosat yg di jual mega ke singapur,kalo itu mbk rani gak bisa ikutan beli. tapi mbk ngomong2 mbk rani dari solo/surakarta ya?biasanya teman2 dari sana tu berkomentar negativ setiap ada pemberitaan tentang pak DI

      Posted by lukman | 6 Februari 2012, 5:45 pm
      • mari sama2 berfikiran terbuka, jgn mendekreditkan ibu/mbak rani ini, mungkin beliau blom tau atau blom paham secara detailnya

        secara saya pribadi juga pengagum pak DI, tapi klo ada yg tanya ya dijawab dengan jelas, jgn hub2 kan dengan asal nya lah, sekolahnya lah, apa hubnya coba..:)

        coba kita berfikir diposisinya ibu rani, menurut logika kita, perusahaan yg udah dijual ke pablik itu akan jadi milik perorangan atau persero, klo sudah jadi milik perorangan, keuntungan perusahaan tersebut tidak akan digunakan untuk kemajuan bangsa, karena bukan milik rakyat lagi..tapi milik orang, misal kan saya kaya, saya beli perusahaan telkom, berarti telkom milik saya , dan segala keuntungannya itu untuk saya, dan terserah saya mau diapakan keuntungannya..bukan begitu..?

        mungkin itulah yg terpikirkan oleh Ibu/mbak rani, jadi andai perusahan BUMN dijual ke perorangan/persero/badan hukum, semua keuntungannya jadi milik yg punya, tidak lagi buat bangsa dan negara

        maaf saya bukan orang accuntan, atau apa lah, saya cuman orang teknik, jadi ngak ngeti gitu2an..:D, saya cuman ingin memposisikan diri di ibu/mak rani saja..mungkin loh pikiran seperti itu

        moga pak DI bisa ngasih penjelasan yg logis, atau bikin satu artikel khusus..jadi biar terang dan jelas semua

        moga bapak di beri kekuatan memimpin negri ini, saya salah satu pendukung bapak

        amiin

        Posted by bacrut | 7 Februari 2012, 12:05 pm
      • bung bacrut saya mengait2kan rani dengan satu daerah karena ada latar belakangnya. rani dkk. tiap hari menghujat pak Di di detik.com

        Posted by lukman | 9 Februari 2012, 2:11 pm
      • pak DI pernah bicara, jangan sampai kita seperti Singapura yg BUMN nya besar tapi rakyatnya protes krn seolah-olah negara serakah mengambil semua peluang usaha bagi rakyatnya, jadi menurut saya ga masalah di privatisas yang penting manyarakatnya mau ikut beli sahamnya jd ga dibeli pihak asing.

        Posted by carcles | 12 Februari 2012, 7:51 am
    • sedikit tanggapan,

      pertama, atas dasar apa Rani_Tae bisa menuduh bahwa Bung Dis lah yang mengambil keputusan u/ menjual BUMN. Apakah tidak terbersit dalam pikiran Anda (saya sangsi Anda bisa berpikir mendalam) bahwa Bung Dis hanya menjalankan perintah atasan? (terlepas dari banyaknya keuntungan dari privatisasi, misal perusahaan tersebut akan lebih accountable, transparan, lebih profesional, dll dan juga definisi privatisasi bisa Anda baca dari comment ‘Muklisin’).

      kedua, apa yang Rani_tae maksud dengan “menjual ke pemodal asing”? pemodal dari luar Indonesia? ckckckck….. mungkin ada baiknya klo sebelum menjelek2kan orang, Rani_Tae merenungkan sejenak isi dari fitnahnya, jadi bisa lebih berbobot. Sebagai saran aja, mungkin Rani_Tae bisa membaca comment ‘Muklisin’ biar tau defisini “kasar” dari privatisasi (sorry Muklisin ;-b), untuk lebih lengkapnya bisa baca di tulisan2 keuangan, klo males paling tidak bisa baca di wikipedia.

      ketiga, Bung Dis bukan tipikal orang yang cari ato jaga image (ambil contoh, saat pencabutan capling listrik, meskipun banyak orang memprotes beliau tetap aja mengambil langkat tersebut dan pada akhirnya langkah beliau terbukti ampuh), jadi Bung Dis pasti akan mengambil langkah yang benar2 beliau yakini akan keefektifan dan keefisienannya dalam memecahkan suatu masalah.

      Salam.

      Posted by Jend. Naga Bonar | 6 Februari 2012, 8:07 pm
    • Saya setuju pendapat Rani, kalu bukan putra putri Indonesia yang memiliki Tanah Air ini buka Exxon, Petronas atau Freeport mengapa Beliau melarang untuk membeli Saham2 BUMN ynag mau diprivatisasi apakah Pemerintah aware ttg masalah ini(Jeritan Anak Bangsa)

      Posted by Irawan | 14 Juni 2012, 7:06 pm
  38. Wah makin mantap aja nih Pak Menteri, pokoknya saya mendukung terobosan-terobosan dari Pak menteri DI

    Posted by dwiasmorohadi | 6 Februari 2012, 2:43 pm
  39. Sukses ya Pak Dahlan!! Seorang pemimpin sejati..yang mampu memimpin dengan hati,ikhlas,cerdas dan tanpa basa-basi…..jaga kesehatan ya pak, Indonesia selalu berdoa untuk bapak

    Posted by inne | 6 Februari 2012, 3:14 pm
  40. “PAK DAHLAN TERKEJUT PADA SAAT SAYA MENJELASKAN TTG AGRONOMI DAN PERMASALAHANNYA……..KARENA SAYA ADALAH KEPALA BAGIAN ADMINISTRASI DAN KEUANGAN, SAYA HANYA INGIN MENGUTARAKAN BETAPA PENTINGNYA HARMONISASI ANTAR BAGIAN DALAM SEBUAH PABRIK GULA YANG TELAH BERHASIL MEMBAWA PG. NGADIREJO (KEDIRI) MEMPEROLEH BUMN AWARD UNTUK KINERJA KEUANGAN TERBAIK 2010 YANG BARU-BARU INI DISELENGGARAKAN”

    itulah sedikit kutipan yang saya ambil dari seorang Kabag. Keuangan PG. Ngadirejo Kediri, yang pada hari minggu kemarin juga ikut dalam rapat koordinasi tsb. masih banyak lagi masalah namun semua dapat teratasi dengan Harmonisasi

    Posted by freedy | 6 Februari 2012, 3:25 pm
  41. Saya bener-bener seneng baca tulisan dan ide-ide kreatif pak Dahlan….sangat inspiratif. Tulisan terakhir tentang pabrik gula….gula makin makin tidak manis di Indonesia….buatlah gula rakyat makin manis pak krn semua tegantung pd pemimpin yg bisa menjadi inspirator utk perubahan…..salam

    Posted by bb hariadi | 6 Februari 2012, 4:02 pm
  42. Orang yang luar biasa,kepentingan bersama lebih diutamakan,,,beliau lagi membangun Sukses Berjamaah bukan Korupsi Berjamaah…

    Salam Sukses

    Posted by irwanmajapahitirwansyah | 6 Februari 2012, 5:34 pm
  43. Selamat berjuang teman” pabrik gula Indonesia, semoga mulai tahun depan suasana negara kita akan semakin manis, manis dan manis.
    Tetap istiqomah pak Dis.

    Posted by Areks | 6 Februari 2012, 6:16 pm
  44. Bagaimana dengan garam, Pak? Laut kita ini sangaaaaaat luas. Garam aja kok sampe impor… Oiya, Pak. Tolong diusulkan juga kepada Menteri Pertanian untuk buat acara serupa. Siapa tahu masalah-masalah yang berkaitan dengan padi dan beras bisa ditemukan solusinya.
    Oiya, kemaren saya baca berita ada beberapa BUMN yang akan diprivatisasi. Benarkah?

    🙂 Salam,

    Mochammad
    http://mochammad4s.wordpress.com
    http://piguranpakuban.deviantart.com

    Posted by Mochammad | 6 Februari 2012, 7:53 pm
  45. P Dis memang bekerja dg cara yg berbeda dg kebanyakan menteri kita yg dulu2, pemikiran beliau penuh dg terobosan baru dan caranya mengatasi carut marutnya masalah BUMN dinegeri ini membuat kita semakin terbuka mata kita, bahwa inilah tokoh yg mampu memimpin negeri ini keluar dari keterpurukan.

    Posted by taufik bachtiar | 6 Februari 2012, 8:18 pm
  46. Assalamualikum,wrwb..

    Salut atas sepakterjangnya bapak menteri kita yang satu ini…tanpa basa basi tanpa promosi tapi wujud kerja nyata yang dipersembahkan kepada ibu pertiwi…Majulah Pak DIS ku, berilah kami kebanggaan untuk menjadi bangsa INDONESIA…..

    Seandainya pemimpinku semua seperti ini, saya yakin dalam 5 tahun sudah banyak membawa perubahan untuk negeri ini…Tulus ikhlas bekerja untuk bangsa dan negara.bekerja dengan target yang jelas dan kesungguhan untuk mencapainya….BUAT MENTERI-MENTERI YANG LAIN CONTOH BAPAK DIS INI….BUAT PROGRAM KERJA YG JELAS DAN LAPORKAN KEPADA MASYARAKAT KARENA KALIAN ADALAH ABDI DAN PEMIMPIN KAMI….

    Buat TV ONE, METRO TV, Jangan buat acara yang hanya “NGEDABRUSH” bhs kerennya “TALK BULSHIT”…bertekak sana sini tapi pada ujung-ujungnya NO ENDING….

    Buat yang mau nyalon RI-1, Tunjukan kerja nyata kepada kami sebagai rakyat INDONESIA…jangan sekedar mengaku-ngaku telah berbuat kemudian di shot sana sini untuk promosi biar kelihatan bekerja….padahal nyatanya ‘TUKANG RAMPOK NEGARA’…Kusumpahin dilaknat sama rakyatmu sendiri…giliran 2014 baru muncul kepermukaan…kemarin2 kemana loe….!!!!

    Buat anggota terhormat yang namanya DPR…

    Kalo kalian tidak memperbaiki kinerja kalian…ingat…ingat….Rakyat melihat anda……jangan sampe rakyat berbondong-bondong datang ke gedungmu dan MEMBAKAR semua yang ada….

    Wassalam

    Posted by wahyudi | 6 Februari 2012, 9:00 pm
  47. sukses selalu Pak DIS…
    saya sangat suka membaca tulisan bapak, begitu juga dengan kinerja bapak…
    tetap semangat Pak.
    bangsa dan negara ini sangat menanti perubahan kearah yang lebih baik..
    semoga Bapak sekelarga senantiasa diberi kesehatan..
    amin..

    Posted by Bakti Darmawan | 6 Februari 2012, 10:35 pm
  48. terobati rasa penasaranku tentang hasil bhtsul masail pabrik gula yang telah diberitakan media beberapa hari yang lalu.semoga bisa terealisasi program2 perbaikan PG di negeri kita.

    Posted by elfada | 7 Februari 2012, 5:30 am
  49. manufacturing hope..benar-benar memproduksi harapan.. karna harapan itulah yang paling penting..

    Posted by ikhwan alim | 7 Februari 2012, 9:03 am
  50. :::salah satu tips jadi pemimpin teladan:::
    kata pak Dahlan Iskan “Selama menjadi menteri, saya belum pernah memanggil deputi saya ke ruang kerja saya. Kalau saya butuh, saya akan ke ruangan mereka. O iya, saya juga belum pernah memencet bel di meja saya untuk memanggil bawahan. Kalau berkasnya sudah saya tandatangani, ya saya antar. Hitung-hitung sekalian olahraga,”

    Posted by Bowo Mursito | 7 Februari 2012, 9:40 am
  51. “Saya Pakai Sepatu Kets Supaya Lari Kencang”
    Dahlan blak-blakan mengungkap rahasia membenahi PLN dan rencananya merestrukturisasi BUMN.
    Rabu, 16 November 2011, 09:39 WIB

    VIVAnews – Senin pagi, 14 November 2011, pk. 07.50 WIB. Sebuah sedan Mercedes Benz hitam berpelat nomor L 1 JP merapat ke pelataran lobi Menara Standard Chartered, Jakarta, di mana VIVAnews berkantor.

    Pintu sopir terbuka.

    Dari baliknya keluar sesosok laki-laki yang tampak seperti orang biasa—mengenakan kemeja putih dengan lengan digulung, pantalon hitam yang sedikit kegombrangan, dan sepatu kets hitam.

    Dia bukan sopir. Dia adalah Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang baru diangkat Presiden, Dahlan Iskan. Tiga penumpang yang disopirinya, adalah para staf anak buahnya di Kementerian.

    Di lift menuju kantor VIVAnews, Dahlan mendadak keluar begitu ia mendengar di gedung ini juga berkantor salah satu anak perusahaan Pertamina. Sempat dicegat petugas satpam yang bahkan tak mengenalinya sebagai menteri, pria kelahiran Magetan, 17 Agustus 1951 ini, melakukan “sidak” ke ruang-ruang kantor di situ.

    “Tidak, tidak ada masalah apa-apa, kok. Saya cuma mampir sebentar,” katanya kepada sejumlah karyawan Pertamina yang gelagapan.

    Dahlan memang petinggi Republik yang unik. Di kabinet sekarang, barangkali dialah salah satu pejabat yang paling santer dibicarakan publik—dengan nada positif. Dua tahun memimpin PT Perusahaan Listrik Negara, wartawan senior ini dinilai sukses menerapkan sejumlah gebrakan dan langkah terobosan.

    Berikut petikan perbincangan Dahlan, mantan CEO Jawa Pos Group, dengan redaksi VIVAnews.com, yang dipenuhi gelak tawa dan guyon khasnya itu:

    Bagaimana awal mula penunjukan Anda menjadi menteri?

    Begini, pertama kan Menteri Negara BUMN saat itu, Mustafa Abubakar, sakit. Karena Beliau sakit, rupanya Pak SBY mencari siapa penggantinya. Periode kabinet masih tiga tahun, kan nggak mungkin ad interim. Ketika mencari pengganti, dipilih-pilih, didapatlah saya.

    Sebenarnya prestasi Pak Mustafa cukup bagus. Saya saksinya. Sebagai Direktur Utama PLN, saya merasa happy di bawah Pak Mustafa. Pak Mustafa tidak banyak intervensi, termasuk bersih, dan tidak memanfaatkan PLN untuk kepentingannya sendiri.

    Saya orangnya husnuzon (berbaik sangka). Artinya begini, jika saya menjadi Pak SBY, saya akan mencari orang non partai untuk menangani BUMN. Jika Pak SBY memutuskan Menteri BUMN dipegang oleh orang Partai Demokrat, tentu Pak SBY jadi bulan-bulanan–dituduh akan dijadikan kas untuk 2014. Untuk yang non partai saja ada anggapan begitu, apalagi yang dari partai.

    Saya kira ini suatu kewajaran. Saya kan orang non partai. Pak SBY akan memilih orang non partai untuk Kementerian BUMN dan Kementerian Keuangan. Saya kira, setiap orang yang memiliki sensitivitas tentu akan melakukan langkah itu.

    Kalau boleh memilih, saya pilih di PLN. Pak SBY tahu saya di PLN belum selesai. Tapi, Pak SBY rupanya berkepentingan ada orang non partai yang punya pengalaman di BUMN. Di PLN saya sekolah banyak banget tentang memahami BUMN. Saya ini dianggap orang yang tahu BUMN, tapi belum terkontaminasi oleh BUMN, sehingga dianggap Beliau cocok.

    Apa reaksi Anda pertama kali ketika Presiden mengangkat Anda sebagai menteri?

    Yang terucap adalah saya bilang ke Beliau (SBY), “Pak, saya ini nangis kalau ditunjuk jadi Menteri BUMN. Saya pilih di PLN. Biarlah saya mengawal program-program PLN sampai selesai, satu tahun lagi. Saya ingin mengawal sendiri program-program yang begitu besar di PLN.”

    Beliau bilang, kan PLN masih di bawah BUMN. BUMN ini asetnya Rp2.500 triliun, tapi hasilnya kok begitu kecil. Presiden juga kelihatan merasa terhina kalau BUMN Indonesia kalah bersaing dengan negara tetangga, terutama Malaysia. Sehingga, SBY mencari orang yang Beliau anggap bisa membawa BUMN maju.

    Tapi ini belum tentu, kan? Saya kan belum tentu bisa… hehehe.

    Kemudian, dia bilang begini, “Saya percaya Pak Dahlan bisa. Di mata saya, Pak Dahlan itu man of idea dan man of action.” Itu yang Beliau ucapkan. Jadi, Beliau rupanya memerlukan orang yang idenya banyak dan berani melangkah, berani action. Ketika mengangkat saya menjadi Dirut PLN, kata-kata itu juga yang Beliau ucapkan. Berarti kan Beliau sudah tahu sebelum di PLN, saya di mata Beliau seperti itu.

    Bahkan, ketika ditunjuk jadi Dirut PLN, saya terang-terangan lagi, “Pak, saya orang sakit, saya bukan insinyur listrik, tidak mengerti listrik.”

    Tapi, waktu itu Beliau bilang begini, “Saya tahu semua itu, Pak Dahlan. Tetapi, saya perlu leadership dan manajemen dari Pak Dahlan.”

    Beliau tahu saya tidak ahli di bidang tertentu, tidak ahli di bidang engineering. Tapi memang yang diperlukan Beliau bukan keahlian di bidang itu, tetapi leadership dan manajemen. Saya kira di Kementerian BUMN juga masih diperlukan leadership dan manajemen–bukan keahlian saya di bidang keuangan, telekomunikasi, perikanan, atau perkebunan. Meski Kementerian BUMN membawahi bidang-bidang itu, tapi muaranya kan pada leadership dan manajemen.

    Anda lama menjadi wartawan dan pengusaha media, tiba-tiba diangkat jadi Dirut PLN, lalu Menteri Negara BUMN. Kenapa Anda mau?

    Awalnya saya tidak mau dengan alasan sakit.

    Siapa yang mengusulkan nama Anda?

    Saya tidak tahu. Tapi begini, ketika saya sakit begitu parah, sehingga dua tahun berada di luar negeri, mondar-mandir ke China, praktis saya tidak bisa mengurus perusahaan. Kemudian, perusahaan diurus anak saya, yang laki-laki, Azrul Ananda. Saya amati, saya tinggal kok perusahaan berjalan baik. Setelah dua tahun saya sembuh, perusahaan kok lebih baik dibandingkan waktu saya sakit.

    Common sense saya mengatakan untuk apa saya balik lagi ke perusahaan? Pertama, berarti saya akan mengecewakan generasi baru yang ternyata mampu. Dan kedua, kalau saya balik, saya merusak kultur yang dia bangun selama dua tahun.

    Saya menganggur. Kemudian saya bertekad bergerak di bidang pendidikan. Saya mendirikan madrasah internasional di desa. Saya ingin madrasah internasional ini berkembang karena keluarga saya sebelumnya sudah punya 120 madrasah tradisional dan kondisinya jelek. Sebelumnya saya tidak pernah mengurusi madrasah keluarga karena sibuk di perusahaan.

    Ketika saya menganggur, saya mencoba mengurusi madrasah keluarga dengan cara melakukan pembaruan dengan mendirikan satu madrasah internasional. Nanti, kalau sudah jadi, saya akan copy ke 120 madrasah lainnya. Praktis saya mencurahkan diri ke sana sambil menulis buku.

    Mungkin Pak SBY tahu saya lagi nganggur. Seandainya saya kelihatan aktif di Jawa Pos, saya pasti tidak diminta. Tapi, ketika Beliau lihat saya menganggur, mungkin Beliau berpikir, “Nah, ini ada orang yang menganggur, saya kasih pekerjaan saja”… hehehe.

    Anda sudah lama kenal SBY?

    Sudah lama sekali, tapi tidak intensif, sekadar sebagai wartawan. Misalnya ketika saya di Jawa Pos, ikut kunjungan Beliau keluar negeri. Kemudian Beliau pernah berkunjung ke Jawa Pos, ke koran-koran anak perusahaan Jawa Pos, seperti ke harian Fajar di Makassar. Ya begitulah, kenal dalam pengertian saya sebagai wartawan atau pemimpin redaksi, saya sebagai Ketua Serikat Penerbit Suratkabar (SPS).

    Kenal mendalam tidak, kenal pribadi non formal tidak pernah. Beliau kenal saya karena reputasi saya membesarkan media. Mungkin Beliau mencatat karakter dan integritas saya. Tapi, kenal pribadi dalam artian persahabatan, tidak.

    Anda dinilai berhasil memimpin PLN dan menerapkan good governance di perusahaan yang dikenal sangat korup. Apa kuncinya?

    Di PLN saya agak berbeda karena mendapat keistemewaaan. Ketika diangkat menjadi Dirut PLN, saya mengajukan syarat. Saya harus diperbolehkan menunjuk direktur-direktur PLN atas pertimbangan saya sendiri, sehingga direktur diangkat tidak atas rekomendasi pejabat ini dan itu. Saya pilih sendiri siapa saja yang jadi direktur PLN, dan saya bertekad untuk tidak membawa satu pun orang luar.

    Saya sangat percaya bahwa di semua organisasi, termasuk di BUMN, sebetulnya yang betul-betul tidak baik itu cuma 10 persen. Tapi, yang betul-betul baik juga hanya 10 persen. Sisanya, yang 80 persen itu ikut-ikutan saja. Kalau mendapat pemimpin dari kelompok 10 persen yang tidak baik itu, sikap yang 80 persen itu akan begini, “Ya, zamannya memang lagi begini, kita ikut saja, deh. Yang penting karier saya tidak terganggu, gaji saya utuh.”

    Tapi, kalau yang memimpin adalah dari kelompok 10 persen yang bagus tadi, maka sikap mereka jadi begini, “Ya, begitu dong jadi pemimpin, jadi kita semangat, bisa maju perusahaan.”

    Karena saya percaya di PLN ada 10 persen orang yang sangat baik, maka saya pilih direktur dari kelompok tadi. Dengan demikian, maka integritas direktur PLN baik dan yang 80 persen akan ikut.

    Dari program-program good governance yang Anda terapkan, berapa uang yang berhasil dihemat?

    Dalam hal uang, dari tahun pertama pengadaan strategis saja kami berhasil menghemat Rp2,4 triliun. Bisa bikin VIVAnews berapa banyak, tuh… hehehe.

    Angka itu dari mana?

    Pengadaan strategis itu begini. Dulu, gardu induk itu ditenderkan begitu saja. Padahal, di dalam gardu induk ada unsur trafo dan macam-macam lainnya. Akhirnya, yang jadi pemenang tender selalu pedagang, arranger. Bisa saja pedagang minta ke rekanannya pabrik trafo agar jangan mengaku harga trafo murah, karena nanti harga bisa rusak. Pabrik trafo kan tergantung kepada pemenang tender.

    Sistem itu kami ubah. Tender tidak boleh begitu lagi. Leader sebuah proyek harus pabrikan langsung. Yang lain harus ikut pabrikan itu. Hasilnya, tender gardu induk harganya jadi murah sekali. Sebagai contoh, trafo IBT 500 KV dulu harganya Rp120 miliar, sekarang hanya Rp40 miliar. Ini karena sistem tender yang diubah.

    Di PLN banyak proyek besar yang jadi rebutan kelompok penguasa. Di masa Anda bagaimana?

    Tender bebas.

    Anda pasti pernah ditelepon orang ini dan itu…

    Saya tidak peduli. Yang membahagiakan saya di PLN adalah: telepon-telepon semacam itu ada, yang mengajak makan siang ada, mengajak ketemu ada, dan semua saya layani. Saya bukan tipe orang yang nggak mau diajak makan siang. Kalau makan siang, ya makan siang. Ditelepon saya terima. Tapi, di situ saya tidak tergoyahkan sama sekali. Semua harus mengikuti prosedur. Saya happy di PLN bisa seperti itu.

    Apa pencapaian terpenting Anda selama memimpin PLN?

    Krisis listrik teratasi. Krisis listrik beda dengan mati lampu, lho. Krisis listrik itu kekurangan listrik di Indonesia. Itu saya happy, dalam waktu enam bulan semua bisa teratasi. Yang bikin happy lagi karena PLN ternyata mampu mengatasinya, bukan karena saya.

    Dengan mengatasi krisis listrik dalam enam bulan itu, confidence orang PLN naik luar biasa. Berarti, PLN mampu mengatasi hal-hal lain yang sama besar atau lebih besar. Krisis listrik itu membuat karyawan PLN sempat tidak berani menggunakan seragam PLN, didemo di mana-mana. Bahkan, ada Kepala Cabang PLN yang dijemur oleh masyarakat di Tanjung

    Pinang. Orang mungkin menyangka kalau kepala cabangnya dijemur, listriknya bakal keluar … hehehe. Padahal, mau dijemur dua bulan pun kan listriknya nggak akan keluar-keluar.

    Kemudian, PLN bisa menghabiskan daftar tunggu pemasangan listrik dari 2,5 juta orang. Mereka sudah mengantre 3 tahun, 5 tahun, bahkan 7 tahun nggak dapat listrik. Saat itu, semua dapat.

    Tapi, pencapaian yang terbesar adalah saat saya bisa membentuk tim yang saya sebut “The Dream Team” di PLN. Titik beratnya adalah integritas dan antusiasme. Orang PLN itu pintar-pintar, kok.

    Dulu pemadaman listrik terjadi berkali-kali, sekarang hampir tidak pernah. Apa yang dilakukan PLN?

    Banyak sekali pertanyaan seperti itu. Tidak ada pemerintah drop uang, kok bisa? Ini belum pernah saya ungkapkan dari mana PLN dapat uang untuk membiayainya.

    Jadi begini, ada satu proyek, sudah ditenderkan, nilainya Rp15 triliun. PLN harus menyediakan uang Rp1,5 triliun. Pemenangnya sudah ditentukan. Kebetulan, tendernya bermasalah. Proyek itu di Muara Tawar. Seandainya diteruskan akan selesai 2013.

    Menurut hitungan saya, pada 2013 itu akan ada banyak sekali pembangkit listrik yang jadi. Untuk apa membangun lagi? Lalu, proyek saya batalkan. Dengan pembatalan itu, PLN akan menghemat Rp15 triliun dan dalam bentuk cash Rp1,5 triliun. Uang itu yang saya pakai untuk memperbaharui sistem distribusi trafo.

    Jakarta itu sekarang kuat sekali. Seandainya terjadi seperti kebakaran gardu induk, seperti di Cawang, Jakarta Timur beberapa tahun lalu, takkan ada pemadaman karena sudah di-backup oleh Bekasi, Gandul, Kembangan, dan lain-lain. Dulu tidak ada backup sama sekali, apalagi di luar Jakarta.

    Lalu, saya benahi pengadaan trafo distribusi, yaitu trafo yang ada di pinggir-pinggir jalan yang melayani 200 rumah. Di tahun pertama saya beli 10 ribu trafo. Tahun kedua 15 ribu dan tahun depan 15 ribu lagi.

    Dulu, banyak trafo yang saya sebut “trafo menangis”, yang sudah meleleh, tanda hampir mati, dan lama tidak pernah diganti. Juga ada “trafo hamil”, karena sudah melengkung. Itu tanda-tanda mau meledak, juga tidak diganti. Sekarang saya bilang, masih “hamil muda” trafo sudah harus diganti, sudah mulai menitikkan air mata harus diganti. Cabang-cabang harus punya stok trafo baru, sehingga tidak harus meledak dulu baru diganti.

    Akibatnya apa? Tidak ada pemadaman. Karena kalau meledak baru diganti, apalagi tidak ada trafo pengganti, pemadaman bisa berlangsung lama. Pemadaman yang di tiap kota biasanya terjadi 100 kali, sekarang tinggal 5 kali.

    Resep keberhasilan Anda membangun PLN sekarang akan diterapkan juga di BUMN lain?

    Tidak semua BUMN bisa menggunakan satu resep. Akan beda-beda resepnya. Misalnya, perkebunan, tidak bisa begitu. Perkebunan itu, 60 persen biayanya untuk membeli pupuk. Nanti akan kami lihat bagaimana cara membeli pupuknya, kemudian cara penggunaannya. Kiat tidak hanya satu, tapi ada seribu kiat.

    Salah satu terobosan yang akan diterapkan di BUMN nanti seperti apa?

    Begini, ada galangan kapal IKI (PT Industri Kapal Indonesia) yang sudah dua tahun tidak bisa menggaji karyawan dan direksinya. Saya ke sana. Mental manajemennya sudah mental menunggu pertolongan dari luar, terutama minta uang dari PPA (PT Perusahaan Pengelola Aset).

    Tanpa uang itu, menurut manajemen perusahaan tidak bisa beroperasi. Karena itu, manajemen hanya berharap-harap, uang kok nggak turun-turun. Sepertinya itu uang dia, sehingga menyalah-nyalahkan PPA.

    Saya datang ke sana, melihat sendiri, memang parah sekali. Dripping dock sudah rusak, pintu air sudah bocor semua, dan pompa airnya sudah tidak bisa memompa. Memompa air dari dripping dock perlu waktu satu minggu, padahal seharusnya cuma empat jam, sehingga kapal yang mau diperbaiki tidak selesai-selesai. Dermaga sudah hancur, slipway rusak tidak bisa dipakai. Tanpa perbaikan, ini semua tidak bisa jalan. Biaya yang dibutuhkan Rp90 miliar, ya itu tadi, menunggu-nunggu uang dari PPA.

    Saya lihat, di sana pasarnya besar. Di Indonesia ada 6 ribu kapal, dan ada peraturan setiap beberapa bulan sekali harus diperbaiki.

    Jadi, pasarnya ada. Yang sulit itu buat perusahaan kan kalau pasarnya tidak ada. Kalau pasarnya ada, apa saja bisa jalan. Tapi, karena mental manajemen sudah terlanjur berharap-harap, mereka sudah tidak kreatif lagi. Saya lalu malah datang ke PPA dan minta agar mereka sama sekali tidak kasih uang ke BUMN itu, karena itu akan membuat BUMN menjadi manja saja.

    Bagaimana solusi Anda?

    Saya bilang pintu air bisa diperbaiki, misalnya bekerja sama dengan PT Hutama Karya, yang biasa membuat bendungan. Nanti pembayarannya bulanan, kan sesama BUMN. Tidak akan merugikan, pembayaran mahal sedikit tidak apa-apa. Lalu, pompanya bisa minta ke supplier pompa, pembayarannya juga bulanan. Perbaikan dermaga bisa minta dikerjakan Adhi Karya atau siapa, agak mahal sedikit tidak apa-apa, pembayarannya sama, bulanan.

    BUMN yang seperti ini banyak banget, seperti Iglas, Kertas Leces, dan perusahaan perikanan. Mereka harus disiplin, sampai kelak situasi berubah. Mereka selalu beranggapan, tanpa uang tidak bisa jalan. Kan rusak mental manajemen seperti itu. Nanti kami perbaiki dari sini.

    Untuk merestrukturisasi PT Leces apa solusi Anda? Bukannya ini BUMN yang pernah besar dan cukup mendominasi pasar kertas?

    Pasar kertas tidak akan sebesar dulu. Di sana sedang membangun boilerbekerja sama dengan PT Waskita Karya. Ini tidak pakai uang, karena uangnya dari Waskita Karya. Boiler ini menghasilkan steam 240 ton. Dulu rencananya steam ini untuk menjalankan seluruh mesin. Ada lima mesin di sana. Karena steam paling banyak dipakai buat memanasi mesin, maka steam untuk membangkitkan listrik tidak cukup–hanya bisa membangkitkan paling banyak 25 MW. Listrik 25 MW ini tidak cukup menghidupkan mesin-mesin itu.

    Jadi, dari mesin steam 240 ton itu separuh untuk memanasi pabrik kertas, separuh untuk membangkitkan listrik yang digunakan untuk menjalankan mesin. Tapi, belum tentu kertas yang dihasilkan terjual semua dan belum tentu ada margin. Sumber kesulitan Leces adalah pasar.

    Saya malam Idul Adha kemarin tidur di pabrik kertas. Karena saya harus Lebaran dengan keluarga, keluarga saya ajak ke sana. Jadi, kerjanya dapat, Lebaran dengan keluarga juga dapat. Setelah saya lihat marketing-nya, saya sarankan tidak boleh lagi memproduksi semua jenis kertas. Saya minta mereka memilih dua saja yang yakin pasarnya bagus. Akhirnya, satu mereka pilih kertas tisu untuk ekspor ke Amerika, dan kedua memproduksi kertas security printing yang persaingannya masih relatif kecil. Tak boleh memproduksi selain itu. Harus fokus.

    Karena hanya memproduksi dua tipe kertas, maka steam yang digunakan juga tidak banyak. Cuma 10 ton. Listrik yang digunakan juga tidak banyak, mungkin cuma 10 MW. Sehingga mereka masih punya kelebihan steam– karena dari kapasitas semula 240 ton, yang terpakai 10 ton.

    Nah, steam sisa ini bisa memutar turbin hingga 60 MW. Mereka punya turbin. Daripada steam-nya menganggur, maka lebih lebih baik untuk memutar turbin. Katakanlah paling kecil 50 MW. Yang dipakai oleh pabriknya sendiri sekitar 10 MW. Masih ada 40 mega, saya minta mereka jual ke PLN. Jadi, Leces tak hanya jualan kertas, tapi juga listrik. Kalau dia jual 40 MW ke PLN, paling tidak bisa menghasilkan uang Rp100 miliar.

    Kemudian, bahan bakunya kelebihan juga. Jual barang baku itu. Saya tanya: laku tidak? Laku, bisa dapat Rp100 miliar. Jual saja, daripada bahan baku diproduksi gak laku atau malah marginnya tidak ada, mending jual saja bahan baku itu.

    Jadi, nanti dari listrik dapat Rp100 miliar, bahan baku Rp100 miliar, jualan tisu Rp100 miliar, dan jualan kertas sekuriti Rp50-60 miliar. Sudah, itu solusinya. Harus disiplin.

    Apa sikap Anda soal kepemilikan asing di BUMN telekomunikasi?

    Itu sudah terjadi. Ada baiknya, ada tidak baiknya. Baiknya kita jadi sangat familiar dan welcome terhadap dunia internasional. Kurang baiknya, kita menyesal saja. Ternyata, perusahaan ini bagus banget, tapi kok ya dijual. Tetapi, kita kan nggak boleh menyesal terus, tidak habis-habisnya sampai masuk rumah sakit jiwa… hahaha.

    Ada kemungkinan buyback saham?

    Terserah manajemennya. Saya serahkan kepada kebijakan korporasi perusahaan tersebut. Nanti, banyak hal akan kami serahkan kepada manajemen BUMN yang bersangkutan untuk melakukan aksi korporasi, termasuk soal Serikat Pekerja.

    Kemarin, saat demo di Telkom, saya instruksikan kepada seluruh jajaran Kementerian BUMN untuk tidak ikut turun tangan. Serahkan sepenuhnya kepada manajemen Telkom. Kami tidak boleh memanggil manajemen, jangan menegur, jangan bertanya. Karena kalau itu dilakukan, nanti Serikat Pekerja akan merasa persoalan telah diambil alih. Padahal, belum tentu kami mampu mengambil alih dan belum tentu mengetahui persoalan mikronya. Yang tahu persoalan mikronya adalah manajemen setempat.

    Sewaktu di PLN Anda rutin menulis catatan untuk karyawan, akan diteruskan sekarang di Kementerian BUMN?

    Waktu di PLN saya menulis dua-tiga kali sebulan, sehingga ide-ide saya bisa diikuti oleh seluruh karyawan—ada 100 ribu, termasuk yang outsourcing. Misalnya, ketika saya pergi ke Halmahera, dengan membaca tulisan saya, mereka tahu apa yang saya pikirkan, yang saya kerjakan, semuanya mengikuti karena ditaruh di website PLN. Kemudian, beberapa koran mengambil itu, dikutip, silakan. Saya anggap itu komunikasi yang efektif dengan karyawan yang begitu besar. Berkomunikasi dengan 500 karyawan mungkin gampang, tapi kalau 100 ribu dan tersebar di seluruh Indonesia itu susah. Saya menulis karena itu.

    Sekarang, setelah saya jadi Menteri BUMN, saya lagi mikir-mikir apakah akan menulis atau tidak. Saya akan putuskan dalam 1-2 minggu ini. Saya ingin sebagai menteri, seluruh karyawan BUMN tahu. Karyawan BUMN itu banyak sekali. PLN saja 100 ribu karyawan, Telkom 20 ribu, Kereta Api 18 ribu, belum lagi perkebunan. Saya perlu media komunikasi.

    Sebetulnya, kenapa Anda selalu mengenakan sepatu kets?

    Banyak yang bilang, “Pak Dahlan itu sederhana, ya.” Lho, padahal sepatu kets ini mahal, lho… hahaha. Ya, ini pertama karena dulu kelamaan di media. Orang media itu kan cuek. Itu sudah kebiasaan saja. Yang saya khawatirkan adalah kalau tiba-tiba saya pakai jas, sepatu mengkilat… hehehe. Kan Pak SBY berpesan supaya menteri baru berlari kencang. Jadi, saya pakai sepatu kets dalam rangka supaya bisa berlari kencang itu … hehehe.

    http://analisis.vivanews.com/news/read/264601

    Posted by caderkeren | 7 Februari 2012, 10:26 am
    • bos, bos… mbok jangan ada artikel di dalam artikel… bikin sumpek, tau!!! cukup sisipkan aja link di komentar ente…nanti kita klik dan baca sendiri… yg baca blog ini bukan newbie di dunia internet, kok…

      Posted by Novrian Eka Sandhi | 8 Februari 2012, 6:10 pm
  52. 6 Jam Jadi Moderator, Suara Dahlan Hilang

    TEMPO.CO, Jakarta Menteri Badan Usaha Milik Negara Dahlan Iskan di kalangan wartawan dikenal sebagai sosok yang murah senyum dan tak pelit berbicara. Tapi rupanya, hari ini, Senin 6 Februari 2012, Dahlan benar-benar kesulitan berbicara.

    “Saya nggak punya suara,” katanya dengan susah payah. Dengan suara yang hampir tak terdengar ia mendekatkan mulut ke alat perekam wartawa. Itu salah satu polah favoritnya untuk mengerjai wartawan dengan berteriak di depan alat perekam.

    Dan benar saja, suara mantan bos PT Perusahaan Listrik Negara itu nyaris tak terdengar saking paraunya. “Kemarin jadi moderator sampai enam jam,” kata salah satu orang kepercayaannya, Budi Rahman Hakim.

    Meski tampak lelah dan kata-katanya hanya bisa dimengerti lewat gerakan bibir, Dahlan masih berupaya meladeni wartawan. “Mau tanya apa?” katanya sambil memegang leher, supaya suaranya lebih terdengar.

    Melihat itu, beberapa wartawan yang merubungnya jadi urung bertanya, tak tega. “Nanti saja, Pak, kalau sudah sehat. Cepat sembuh Pak Dahlan,” ujar mereka sambil mengantar pria yang ogah dipanggil “Pak Menteri” itu masuk ke dalam lift.

    ======================================================================================
    Jangan-jangan hilang suara krn jadi moderator waktu bahtsul masail gula.
    semoga cepat sembuh pak dahlan.

    Posted by recht | 7 Februari 2012, 10:46 am
  53. Dahlan iskan, benarkah dia sengkuni ? Santun tapi jahat?

    Kemarin lusa dia mendemonstrasikan secara vulgar tentang perilaku sederhananya. Tentang kesantunan dan kebersahajanya. Meskipun sempat bertanya, kok bisa yah setiap moment bersahaja Dahlan Iskan selalu ada berita dan bahkan foto wartawan. Apakah seorang Dahlan ke mana-mana selalu bawa Wartawan sehingga program pencitraan dirinya bisa begitu sempurna disebarkan ke masyarakat?
    Hanya, hari ini pencitraan diri seorang Dahlan benar-benar perlu kita pahami secara kritis. Dahlan ingin menjual BUMN milik bangsa ini pada para pengusaha, termasuk juga para penaman modal asing. (http://www.beritasatu.com/bisnis/289…si-5-bumn.html.)

    BUMN itu milik rakyat. JIka dia privatisasi, berarti kepemilikan rakyat dijual ke para pemilik modal. Jika Dahlan konsisten dengan perilaku bersahajanya yang berpihak pada rakyat maka dia TIDAK akan menjual harta rakyat ke pada penguasaha termasuk juga pemilik modal orang asing.

    Mestinya yang dilakukan Dahlan Iskan adalah membuat harta rakyat tersebut menjadi semakin besar dan untung. Membuat BUMN untung besar dan bisa ekspansi. Membuat keuntungan BUMN itu tidak cuma menjadikan BUMN berkontribusi pada pajak tetapi lebih dari itu bisa juga membuat penyertaan modal untuk membangun industri-industri lainnya dalam negeri seperti membantu industri otomotif nasional misalkan.

    Perilaku Dahlan yang baru seumur jagung tapi sudah menjual BUMN adalah perilaku bahaya. Ini mirip dari cerita Wayang Mahabrata dengan tokoh Sengkuni. Perkataannya santun. Gaya bahasanya lembut tapi perbuatannya culas! Dalam kesantunan dan kebersahajaannya, dia menghisap kita. Dalam demonstrasi kesantunannya yang dipublish luas oleh pers, ternyata perilakunya sama saja: menjual kekayaan rakyat kepada para pihak yang punya uang. Dahlan Iskan itu bukan pengabdi rakyat. Dia pengabdi para pemilik uang. Dia SENGKUNI!
    ***
    http://www.kaskus.us/showthread.php?t=12966640

    Posted by gondez | 7 Februari 2012, 10:54 am
  54. Dengan semangat dan motivasi dari pak DIS saya yakin kedepan BUMN-BUMN yang biasanya sebagai penyedot APBN nantinya akan menjadi boiler-boiler penghasil emas bagi APBN.
    Semoga pak DIs tetap sehat dan bisa membereskan semua permasalahan BUMN dengan cepat, hingga pada nantinya mencapai kemakmuran indonesia “Gemah RIpah Loh Jinawe” ..
    Amien.

    Posted by tukang komen | 7 Februari 2012, 10:59 am
  55. Saya coba itung-itung. APBN kalau nggak salah 1300T ya?

    Kalau Asset BUMN sampai 3000 Trilliun, lalu Pak DI bisa membuat BUMN memberikan Return On Asset 20% pertahun, maka pertahun sudah 600T.

    Ditambah penghasilan dari pajak yg sekitar 750T. Belum penerimaan dari minyak dll.

    Weleh, guoblok buanget ya pemimpin negara ini sehingga masih harus berhutang untuk APBN yg 1300T.

    Ada joke yg pernah saya baca di internet….

    Allah menciptakan segala sesuatu itu berimbang. Ketika malaikat melihat negari Indonesia yg gemah ripah loh jinawi. malaikat bertanya, “Tuhan, negeri seindah dan sekaya ini, bagian mana yg telah Engkau sebagai penyeimbangnya?”

    Tuhan menjawab, “Tunggu sampai Aku tempatkan orang2 bodoh dan serakah sebagai pemimpin negeri itu”

    Posted by Ian | 7 Februari 2012, 11:31 am
  56. saya berharap BUMN bisa untung besar dan mengakuisi kembali saham pt telkomunikasi jadi balik ke BUMN, serta perusahaan Jepun yg ada di indonesia, klo perlu beli pelabuhan strategis yg ada di singapura, dengan begitu indonesia akan jadi negara kuat baik segi ekonomi dan sumbar daya manusianya

    amiinnn…mudah2an pak dahlan bisa membawa BUMN ke arah lebih baik

    Posted by Doni | 7 Februari 2012, 1:34 pm
  57. bravo pak dahlan 2014 pantas jadi presiden kerja kerja kerja

    Posted by deni s | 7 Februari 2012, 3:10 pm
  58. Betul, mulai sekarang mari konsumsi gula lokal, bukan impor. Gula yang warnanya putih (impor) zat aditivifnya juga banyak bro.. Bravo Gus Dahlan

    Posted by den bagus | 7 Februari 2012, 4:49 pm
  59. Bravooo Pak Dis. Semoga PG-PG di Indonesia berjaya!! Smg Pak Dis juga tetap sehat.. :))

    Posted by Ruth | 7 Februari 2012, 10:06 pm
  60. Mbak Rani..kemaren nonton metrotv ga di acara chalanger kan dibahas masalah BUMN dan pak diantaranya pak Dahlan menjelaskan bhw privatisasi yg skrg ini beda sm sekali dengan yang lalu2,,,privatisasi BUMN skrg ini selain untuk ekspansi perusahaan (butuh dana), maka sebag sahamnya di jual ke masyarakat (bkn asing)..tujuannya diantaranya:
    1. Untuk mendongkrak ekonomi kita lwt psr modal/lantai bursa.
    2. Lantai bursa indonesia spy rame dan mengalahkan singapore
    3. Untuk mempercepat BUMN2 jd handal dan provit/laba lbh besar, krn dng privatisasi BUMN jd lbh prof dan hrs transparansi ke publik,,jd publik bs ikut mengontrol,,dan tdk bisa di ekspansi dr pihak manapun termasuk politik.
    Msh ada bbrp lagi tp saya ga apal..
    Mungkin itu sedikit penjelasan untuk Bu/Mbak Rani..smg bermanfaat.

    Salam

    Posted by imam santosai | 8 Februari 2012, 2:26 am
  61. ciri khas pak Dahlan:
    selalu dalam semangat kebersamaan dan kesetaraan
    selau serius tapi juga selalu santai
    semua elemen pemecahan masalah berkumpul sehingga tidak ada jawaban yang tidak terjawab!
    Hebat!

    Posted by rheimont | 8 Februari 2012, 7:20 am
  62. tidak hanya pabrik gula aja yg harus bersih,semua perusahaan di bawah BUMN harus bersih dari tikus dan kecoak…..pro Pak Dahlan maju terus untuk bangsa ini

    Posted by ahmad yani | 8 Februari 2012, 8:11 am
  63. semoga Allah SWT selalu melindungi bapak & keluarga sehingga bangsa Indonesia dapat segera bangkit kembali…

    Posted by AHMAD AFANDI | 8 Februari 2012, 8:46 am
  64. bro…,ni ada orang S3 kerjanya dijerman tapi pola pikirnya tidak lebih dari anak SMA.., tulisannya menyudutkan pa DI…, lebih jelasnya liat aja di http://www.kaskus.us/showthread.php?t=12966640

    Posted by Djasmien | 8 Februari 2012, 11:01 am
    • penasaran nyari tulisannya yg asli gak ketemu dah tak ubek ubek tuh beritasatu pek mupeng, mungkin Ferizal ini anak IT lagi pengen ngomongin IPO begono dah jadinya, tapi masak S3 nulis cuma segitu doang, kerja di SAP Mercy? tinggal di Moenchen tambah bingung lah aku, setahuku SAP ya SAP – Mercy ya di Stuttgart sana, ketua PPI lagi! penasaran…….jangan jangan Lizal Lamli yg cadel itu hahhahaaaaa

      Posted by erust | 9 Februari 2012, 1:14 am
  65. bukan hanya gula, kemarin saya baca bahkan negara kita harus ngimpor beras dari luar negeri…
    Miris mendengarnya. Semoga langkah pak Dahlan untuk kembali memajukan industri bahan2 makanan pokok berjalan lancar, biar tidak ada lagi mendengar bahan2 pokok ngimpor dari negeri orang. malu lah….

    Posted by ibnuabialif | 8 Februari 2012, 11:43 am
  66. Pemerintah Siap Privatisasi 5 BUMN

    Perekonomian Hatta Rajasa berbincang dengan sejumlah menteri sebelum rapat koordinasi di Kementerian Koordinator bidang Perekonomian, Jakarta (24/1/12). FOTO ANTARA/Rosa Panggabean
    Ada lima perusahaan BUMN yang akan diprivatisasi melalui strategic sales, IPO, dan rights issue.

    Pemerintah melakukan privatisasi terhadap lima perusahaan badan usaha milik negara (BUMN) pada tahun ini.

    Kelima BUMN tersebut, yakni PT Inti Persero, PT Sandang Nusantara Persero, PT Industri Gelas Persero, PT Semen Baturaja Persero, serta PT Bank Tabungan Negara Tbk.

    Menko Perekonomian, Hatta Rajasa menuturkan, dua BUMN rencananya akan diprivatisasi melalui strategic partner (penjualan strategis). Satu BUMN diakuisisi oleh BUMN lain, satu BUMN akan melepaskan saham perdana (Initial public offering/IPO), dan satu BUMN lainnya akan melakukan penawaran saham kedua (secondary offering).

    “Kita putuskan ada lima perusahaan BUMN yang akan diprivatisasi melalui strategic sales, IPO, dan rights issue,” kata Menteri Perekonomian Hatta Radjasa usai Rapat Koordinasi Komite Privatisasi di Jakarta, hari ini

    Hatta memaparkan, pemerintah menyetujui PT Inti melakukan strategic sales dengan BUMN strategis. Dengan aksi korporasi ini, PT Inti dapat mengembangkan industri telekomunikasi Indonesia.

    Selain PT Inti, PT Sandang Nusantara Persero juga akan melakukan strategic sales dengan BUMN lain. Kemudian, PT Industri Gelas akan diakuisisi anak perusahaan BUMN yang dianggap tepat.

    Adapun PT Semen Baturaja akan menggelar penawaran umum saham perdana (IPO) dengan melepas 35 persen saham, sedangkan PT Bank Tabungan Negara Tbk akan menerbitkan saham baru (right issue) sekitar 12-14 persen.

    “Keseluruhan dana yang diperoleh perusahaan yang diprivatisasi untuk mendukung struktur keuangan perusahaan, bukan untuk kepentingan negara atau ke kas negara. Ini untuk kesehatan perusahaan,” ungkap Hatta.

    Hatta menjelaskan, dana IPO Semen Baturaja digunakan untuk membangun pabrik baru semen baru di Lampung. IPO Semen Baturaja, menurut Hatta sudah disiapkan sejak tahun lalu, tetapi karena ada masalah utang Rekening Dana Investasi dan lahan sehingga tertunda. “Sekarang prosesnya sudah selesai dan IPO dapat dilakukan lebih cepat,” ungkap Hatta.

    Menteri BUMN Dahlan Iskan menambahkan, pabrik Semen Baturaha di Lampung memiliki kapasitas 1,5 juta ton. Dengan demikian, Semen Baturaja akan memiliki kapasitas produksi sebesar 3,5 juta ton setelah pabrik tersebut rampung.

    Setelah ini, menurut Dahlan, pihaknya akan membawa daftar privatisasi ini ke DPR RI.

    http://www.beritasatu.com/bisnis/28935-pemerintah-siap-privatisasi-5-bumn.html

    Posted by caderkeren | 8 Februari 2012, 12:38 pm
    • untuk mbak rani tae,sebuah perusahaan tuk mengembangkan sayap bisnisnya perlu adanya modal untuk mencari modal ada beberapa langka salah satu adalah ‘go publik’ dg go publik perusahaan akan dapat dana dr masyarakat, kalau perusahaan untung masyarakat yang beli saham juga dapat untung(dividen) .dg go publik perusahaan akan lebih transparans.kalau mba’ rani mau bantu bumn anda daftar jadi nasabah di sekuritas terdekat dan beli saham bumn sprt bbri,bmri,pgas dan bnyk lagi.semoga mbak rani tau apa itu privatisasi sebuah perusahaan……salam

      Posted by ahmad | 8 Februari 2012, 1:56 pm
      • Dahlan Iskan sudah menjelaskan secara gamblang dalam Economic Challenge di MetroTV, Senin kemarin kalo gak salah… intinya, privatisasi yg sekarang sama sekali berbeda dgn privatisasi BUMN eranya Megawati yg diobral murah ke asing… Dahlan Iskan adalah seorang nasionalis, bukan oportunis…

        Posted by Novrian Eka Sandhi | 8 Februari 2012, 5:52 pm
  67. Dear guys..
    Ingin menginformasikan, jika teman-teman ingin melakukan jual / beli barang apa saja dan dari wilayah mana saja, kalian dapat mengiklankannya di keselip.com.

    Keselip.com merupakan portal untuk kalian bisa menitipkan barang yang akan kalian jual dengan cara mengiklankannya pada web kami secara GRATIS. Di keselip.com kalian juga bisa mencari barang dari berbagai macam kategori yang ada.

    Ditunggu kiriman iklannya ya….

    Thanks & Regards,

    Posted by keselip | 8 Februari 2012, 4:35 pm
  68. Tahun 2009 saya pernah ngobrol dengan seseorang yang sudah purna tugas dari pekerjaannya di pabrik gula di Ngawi. Obrolannya juga terkait dengan postingan ini. Beliau punya suatu pemikiran bahwa permasalahan pabrik-pabrik gula di Indonesia sekarang ini bisa diatasi dengan pembangunan pabrik-pabrik gula yang ukuran dan kapasitasnya lebih kecil. Karena kita tahu selama ini yang namanya pabrik gula pasti gede-gede. Alhasil, gede biaya produksi, gede peawatan, juga gede permasalahannya. Kalimat terakhir itu opini dari saya sendiri.

    Posted by indraisme | 8 Februari 2012, 6:15 pm
  69. tulungagung juga punya pabrik gula besar “MOJOPANGGUNG”, setahu saya dari banyaknya pabrik giling tebu semua bangunannya tua-tua persis seprti stasiun-stasiun yang ada, sebagai warisan zaman belanda. zaman sudah banyak perubahan dan kemajuan pesat, jika saja semangat dan kinerja para pekerja dan atasannya tidak seperti tampilan luarnya (bangunannya) saya kira akan sangat maju perusahaan-perusahaan ini. jika mengacu pada prisip bahwa tampilan luar mencerminkan apa yang ada didalamnya, saya kira harus banyak yang dirubah pada penampilan pabrik-pabrik yang ada.. (tanpa melupakan esensinya)…

    Posted by musytariif muhamad | 9 Februari 2012, 3:14 pm
  70. http://www.pln.co.id/?p=4925

    sudah jadi nyata bung,
    PLN Dan IKI Jalin Kerja Sama Pemanfaatan Aset

    silahkan ke TKP gan,,

    semoga semua yang baik2 dari pak Dis menjadi kenyataan
    amin

    Posted by satriapranata21tria | 9 Februari 2012, 7:09 pm
  71. Di lampung juga ada pabrik tebu namun kurang di optimalkan. Apa ada saran pak khusus pabrik tebu di lampung ?

    Posted by putra indonesia | 9 Februari 2012, 8:42 pm
  72. Maaf Pak, komentar saya tidak nyambung dengan tulisan ini. Sekedar menyampaikan aspirasi, kalau bisa BUMN benar-benar memberikan bantuan dan kemudahan bagi masyarakat luas, misalnya Bank penyedia KPR. Salah satu bank pemerintah yg melayani KPR pada tahun ke lima kredit berjalan menerapkan suku bunga pasar, tapi bunga pasar yang diterapkan bukan bunga pasar sekarang (yang sudah turun) , tapi bunga pasar dulu sewaktu perpindahan dari suku bunga sebelumnya (yang masih tinggi). Jadi kesimpulannya, angsuran KPR tetap tinggi. Banyak masyarakat komplain Pak.

    Posted by Mael | 10 Februari 2012, 9:42 am
  73. pabrik gula yg dari jateng itu mungkin yg di K****

    sepertinya (minimal) ada 2 no hope nya :
    1. karyawan borong /harian no hope kalo melihat kesejahteraan/pendapatan karyawan bulanan, sehingga dapat menggangu SDM
    2. petani tebu no hope kalo melihat hasil randemen tebu yg disetor, sehingga memilih dijual ke Tr****** atau dibuat gula sendiri

    Posted by yud | 10 Februari 2012, 11:09 am
  74. makanya tidak aneh kalo bos PG nya beralasan kalah bersaing dng pembuat gula jawa

    hehehe ya pastilah
    kalo hanya melihat hasil akhirnya tanpa melihat mengapa & kenapa nya (petani lebih hope bikin gula sendiri)

    Posted by yud | 10 Februari 2012, 11:18 am
  75. To: Pak Dahlan Iskan

    Proses pengadaan di pabrik gula sarat dgn praktek kotor….kata orang sih….duluuuu
    Bagaimana menciptakan clean procurement?
    Masukan saya:
    1. Ganti tim pengadaan yg hanya money oriented utk pribadi. Cari orang yg integritasnya tinggi, saya yakin masih ada meski langka.
    2. Buat sistem monitoring baik dari internal berupa tim audit dan eksternal melalui rekanan atau pengusaha yg concern akan kemajuan pabrik gula. Hati-hati karena banyak juga rekanan atau pengusaha yg mempunyai andil dlm praktek kotor tsb.
    Sistem monitoring berupa email atau kotak pos yg langsung ditujukan ke pak Dahlan sehingga tidak ada distorsi.

    Akibat dari praktek kotor sbb:
    1. Harga di-mark up berlebihan meski sdh ditender 6 rekanan.
    2. Kualitas barang/spare part dikurangi sehingga sering problem saat produksi
    Intinya merugikan negara deh

    Terima kasih atas perhatiannya.

    Salam
    Zudha

    Posted by Zudha N | 10 Februari 2012, 9:23 pm
  76. Insya Allah PG-PG kita bisa kinclong lagi, dan Pak DIS selalu diberikan kesehatan.

    Tulisan tentang Jurnalisme ‘Katanya…’ di link bawah ini:
    http://catatanpendekwinu.blogspot.com/2012/02/jurnalisme-katanya.html

    Posted by Winu Adiarto | 11 Februari 2012, 12:47 am
  77. pola pikir yang sangat praktis, tanpa saling menyalahkan mencari solusi bersama, seperti iklan ‘talk less do more !’

    Posted by dony ferdianto | 11 Februari 2012, 12:09 pm
  78. Memang di negeri yg berpenduduk lbih dari 200 jt ini dan rata-rata suka yang manis2 kok pabrik gula bisa merugi, aneh bin ajaib, kalo menurut saya permasalahannya pada tingkat keikhlasan dari pengelolah BUMN itu sendiri, dikarenakan BUMN merupakan milik pemerintah jadi kebanyakan setiap permasalahan yang muncul diabaikan hinga dari waktu ke waktu semakin bertambah rumit, alhasil skrg menjadi tugas bagu bung Dis untuk membenahinya.

    Kuncinya satu bung, selagi masih ada yang mau ikhlas berkerja, insya Allah semua BUM yang dalam kondisi sulit bisa diselamatkan, mengingat hampir keseluruhan hajat hidup rakyat menjadi bagian daripada bisnis BUMN, kebijakan untuk saling menyelamkan adalah strategi berikutnya demi kepentingan bangsa.

    Semoga Bung Dis senantiasa dberkahi Allah SWT dalam menjalankan jihad ini. Wass

    Posted by Hairad Sudarso | 11 Februari 2012, 4:53 pm
  79. hanya doa kami buatmu mas dahlan “semoga Alloh selalu ridho atas apa yang engkau lakukan”

    Posted by mulyono | 12 Februari 2012, 10:10 am
  80. Lanjut pak dahlan kami yakin ditangan Bapak semua kebobrokan bangsa ini bisa ditata kembali,.sya orang lombok suku sasak,.klu Bapak mau jdi peresiden sya orang pertama dilombok yg akan memilih dan mengajak masyarakat suku sasak memilih Bapak.

    Posted by arya sutha | 12 Februari 2012, 10:24 am
  81. Memang harus diakui negeri ini pelu entrepreneur yang memiliki ide-ide kecil namun secara konsiten dilakukan terus menerus untuk menjadi lebih baik. Salut sama pak DI atas kerja kerasnya, semoga semakin banyak orang seprti pak DI

    Posted by Surya | 12 Februari 2012, 12:06 pm
  82. Menteri Dahlan, makin “manis” kalo produksi gula sudah bisa swasembada..

    Posted by Al Fatih sang Penakluk | 13 Februari 2012, 11:13 pm
  83. sejak zaman orde baru, setiap generasi terlatih munafik, spt pelajaran P4, secara bertahap mengikis nasionalis kita, cinta tanah air. pemerintah mencuri harta rakyat , ibu pertiwi menderita, rakyat apatis ….tak heran kita menuai kehinaan….percaya diri menghilang ..apalagi kerja keras untuk bangsa dan negara…jalan pintas dihalalkan khalayak..tiada ketakutan terhadap hukum dan aparatur karena uang berkuasa…tiada keadilan dan kebenaran di negri ini…pemimpin2 kita adalah pencuri…pak dahlan, maju terus menjadi inspirator dan contoh nyata teladan lagu PADAMU NEGRI

    Posted by dr hijanto rustan | 14 Februari 2012, 7:13 am
  84. Thanks… Pak Menteri, Pak Direksi. Kami akan ikut membantu untuk kebangkitan Pg Semboro.
    PTPN XI Bangkit…..!

    Posted by Hadi | 18 Februari 2012, 9:48 am
  85. 20 Point yg diangkat sbb:
    1.Puncak (Belanda): 3 jt tonekspor,rendemen 11-13%, 179 pabrik.
    2.liberalisasi : 93/01 Hancur. Impor 1,7jt ton (98)
    3.Kini: 51 pabrik gula, 20 diantaranya sangat berat
    4.Pabrik: Proses kurang baik, gula tersisa di ampas jd tetes & blotong
    5.Tebu: Tidak cukup karena petani tidak mau tanam/kirim ke pabrik
    6.Petani: Mengapa tidak percaya kepada Pabrik A, tapi percaya kepada B.
    7.Angkutan: Tebu lokal dibukukan sbg tebu jauh agar dapat subsidi (kecemburuan tebu lokal (red)).
    8.Lokalitas: (petani lokal) tidak dibinakarena pilih tebu jauh, tidak hitung efisiensi.
    9.Rendemen: Petani tidak percaya, terutama yang merasa tebunya baik.
    10.Transfer Beban: Ketidak efisienan pabrik dibebankan ke petani, fair?
    11. Alat Ukur: Alat ukur rendemen sentral perhtian untuk sentral masalah.
    12. Jaminan Rendemen: Beranikah memberi jaminan minimal rendemen?
    13. Rendemen Rata-rata: Petani dirugikan karena sistem rata-rata ini.
    14.Beli Putus: Mungkinkah? Tidak ruwet, petani dapat cash saat itu juga.
    15.Tebang: Biaya tebang kian mahal, tidak bisa ada jaminan tebang.
    16.Waktu Tebang: Petani cemas untuk dapat giliran waktu tebang
    17.SPTA: Bisakah SPTA adil? Kecemasan lain lagi, komputerisasi sejak tanam?
    18.APTRI: (Saya sensor, mana tau untuk internal PG. Walaupun ada perwakilan APTRI yg hadir)
    19.Bibit: Tidak lagi ditemukan bibit model POJ2838/3016 (18 ton hablur/ha)
    20.Lahan: Kurangnya perhatian (Bibit,teknologi,perangsang) lahan kering.

    Dan reviewnya:
    No 1-3 diakui Pak Mentri hanya penjelasan/kondisi. Jelas ga dibahas.
    Nah yg membuat saya kecewa adalah belum apa2 Pak Mentri menandaskan No 19&20 diserahkan pada Direksi masing-masing.
    Justru inti permasalah pabrik gula menurut saya di 2 point ini yaitu PRODUKSI.

    Saat varietas lain sudah sedemikian berkembangnya seperti jagung yang bisa isi 2-4 tongkol, saat padi bisa panen 30 hari eh ini tebu malah terdegradasi.
    Kondisi saat ini dengan kekurangan tebu giling maka pabrik2 menggiling tebu yang seharusnya dijadikan bibit. Nah bibitnya? Beli dengan harga mahal dan varietas yg belum tentu cocok.
    Bibit jatim ditanam di jateng malah loyo. Bibit jateng ditanam di jabar hasilnya ngepos. Seandainya ada yg ditugaskan buat melakukan penelitian varietas yg cocok untuk masing2 daerah, tanah dan iklimnya.
    Trus bibitnya dibeli.

    Lalu lahan. Bayangkan, pertanian dipulau jawa jelas semakin tertekan perumahan dan tanaman lain. Jika petani rame2 tanam tebu karena sangat menarik maka bagaimana dengan jagung dan padi? Tentu akan menurun pula. Ekstensifikasi menurut saya menjadi opsi (yang jelas terbatas) selain intensifikasi (duit lagi).

    No15. Sepertinya Pak Mentri menemukan solusi yaitu tebang mekanis/ semi mekanis. Bahkan 4-5 perwakilan pabrik yg mempraktekkannya maju dengan success storynya. Bagus, hanya….
    Mereka semua dari lahan HGU alias punya kebun sendiri. Bagaimana dengan kebun rakyat? Dengan alat panen segede rumah bakal ditimpukin saat lewat pasar dan nyangkut di kabel PLN kesayangan Beliau.
    Untuk alat tebang sih gampang, bisa dipergunakan mesin potong rumput yang pisaunya dimodifikasi dengan cakram Yang jadi masalah adalah mengeluarkan tebunya dari lahan yang basah/becek apalagi jika kebun tebu dikelilingi sawah.

    No7&8 sebenarnya hanyalah masalah ikutan dari kurangnya produktivitas. Logika pabrik buat apa ambil jauh2 jika yang dekat mencukupi? Sebaliknya petani yg dekat ngapain kirim tebu jauh2 dengan tambahan biaya kecuali rendemen pabrik yg jauh lebih baik dr yg dekat?
    Yg jelas Pak Menteri mengambil kebijakan “RAYONISASI” atas bisikan seorang petinggi PG.
    Bahkan Pak Menteri berkata: “Siapa yang tidak setuju dengan rayonisasi? Emangnya Pabrik Gula milik Bapakmu? Bukan milik Bapakmu, jugan bukan milik Bapak saya….” (Diomongin gini direktur mana yg ga ngeper buat protes?)
    Saya kurang mengerti rayonisasi ini, pikiran saya (CMIIW) rayonisasi adalah wilayah dikotak2 sehingga masing2 PG punya wilayah sendiri yg boleh dibina dan digilingnya. Tidak boleh giling dari wilayah lain.
    Hal ini bukannya menjadi bumerang dr no.6? Petani punya hak dong mau giling dimana asal ga punya utang ke PG. Trus jika PG-PG BUMN dilarang berusaha memenuhi produksinya dengan pengembangan wilayah diluar “kekuasaannya” bagaimana dengan PG Swasta? Tentunya akan lebih bersaing mendapatkan tebu yg berarti lebih menekan PG BUMN.

    Ayo Bapak-Bapak Ibu-ibu, mari kita bantu Pak Menteri dengan solusi2 poin2 diatas. Mudah2an wordpress ini bukan hanya broadcasting searah, tapi menjadi masukan 2 arah bagi Pak Menteri yang Terhormat.
    Kita tau Beliau sangat sibuk, sehingga informasi (mungkin) terbatas pada orang2 yg beliau percayai saja yang tentunya berspektrum lebih “tajam”. Tapi percayalah, informasi yg terbuka seperti ini lebih lugas. Toh Beliau punya para staf ahli/deputi buat menyaring semua informasi.

    Posted by Massecuite & Affsluiter | 19 Februari 2012, 7:12 pm
    • Menurut saya, banyak benarnya masukan Massecuite & Affsluiter ini, walaupun saya buta mengenai pergulaan, da hanya coba menggunakan penalaran awam belaka.

      Posted by M. Erick Antariksa | 24 Februari 2012, 8:19 pm
      • Masukan tentang gula diatas dibaca oleh Pak Dahlan pada saat rapat dengan 250 orang dari 10 pabrik gula di Kampoeng Kopi Banaran Semarang (jumat Malam, 24 Februari jam 20an).
        Dan reaksinya bisa dibaca di MH 15. Ada point yang sepertinya diamini bersama peserta rapat.

        Posted by M. Erick Antariksa | 27 Februari 2012, 2:24 am
    • Saya tertarik dengan point tentang Rendemen, sepanjang yang saya pelajari, pabrik gula menghitung rendemen tebu (yield)

      Yield (dasar pol) = %pol nira perahan pertama X Faktor Pol X ekstraksi X BHR …………..(metode ISSCT)

      %pol nira perahan pertama adalah hasil analisa
      Faktor Pol =Pol tebu/pol nira perahan pertama
      ekstraksi = nilai effisiensi gilingan
      BHR = nilai effisiensi pengolahan

      Dari rumus diatas Jelas sekali kalo rendemen tebu(yield) tergantung dari kualitas tebu dan effisiensi PG.

      Mari kita Lihat Point 9 Petani tidak percaya Rendemen PG, ini jelas sekali karena dari seluruh proses penetapan rendemen mulai dari analisa, perhitungan effisiensi, dan perhitungan taksasi (Work in Process) petani tidak dilibatkan….Solusi untuk masalah ini bisa dengan Lembaga Serifikasi Perhitungan Rendemen dan atau Sistem Beli Putus (Point 14)

      Point 12 Jaminan rendemen , seharusnya bisa dilaksanakan tapi bukan jaminan rendemen tapi rendemen awal , pada saat tebu petani digiling langsung dianalisa %pol nira perahan pertama dan dikalikan Faktor Pol dan Effisinesi PG dan dapat di koreksi pada saat akhir giling saat angka-angka effisiensi sudah final.

      Point 13 Rendemen Rata-rata sudah seharusnya tidak dipakai, karena tidak mencerminkan rasa keadilan.

      Point 6 Kepercayaan Petani ke PG, ini yang mendasar jika ada Lembaga yang Melakukan Pengawasan dan Serifikasi Analisa dan Perhitungan Rendemen maka dengan sendiri-nya Kepercayaan Petani ke PG akan tumbuh. Karena sudah seharusnya perniagaan(jual-beli) itu harus ada lembaga pengawas-nya…..

      Semoga Bermanfaat…..

      Wassalam

      Posted by Anak Hilang | 16 Maret 2012, 11:26 am
  86. Jadi penasaran sama gambar “hantu” di kaos itu…. 😀

    http://storyza.wordpress.com/2012/02/14/mengkritik-malah-dikritik/

    Posted by orriza | 27 Februari 2012, 8:08 pm
  87. saya hanya bisa memohon kehadirat Allah swt…..semoga pak DI dan kelg senantiasa diberikan kesehatan untuk membawa bangsa ini lebih bermartabat…..aamiin

    Posted by tonie d | 31 Maret 2012, 5:42 pm
  88. Empat jempol utk pak dahlan (termasuk jempol kaki, hik hik hik). Namun saya da beberapa warga merasa menjadi korban program sejuta pelanggannya PLN sewaktu bapak menjadi CEO PLN. Kami sebagai konsumen bear-benar merasa di lecehkan, tanpa konfirmasi, tanpa informasi, tanpa menandatangani sesuatu kami menjadi pelanggan 1300 W. Yah… Dari pada memperpanjang urusan yang tak berujung kami terpaksa menerima.semoga bapak masih dapat mengawasi PLN karna listrik sudah menjadi kebutuhan. Semoga Allah selalu bersama anda.

    Posted by syahnan adykusuma | 10 April 2012, 6:27 pm
  89. Reblogged this on serulingsakti.

    Posted by ssmamaze | 22 April 2012, 7:19 am
  90. Waahh…sepertinya saya telat karena baru baca blognya Pak DIS ini, padahal saya skrg juga berkecimpung sedikit di perkebunan tebu.
    Tanpa maksud promosi atau apalah, sbg anak bangsa yang jg pengkonsumsi gula, dan makin semangat stlh baca semangat Pak DIS utk membenahi produksi gula di Indonesia, saya cuma bisa memberi masukan sedikit mengenai peningkatan produksi tebu sebagai sumber bahan baku pembuatan gula.
    Saya setuju sekali dengan komen Massecuite & Affsluiter bahwa masalah utama sebenarnya ada di PRODUKSI TEBU sebagai bahan baku. Saya tidak terlalu banyak mengetahui kondisi PG lain, tapi di PG tempat saya bekerja sekarang, salah satu masalahnya adalah kekurangan tebu untuk digiling sehingga hari gilingnya tidak maksimal.
    Ekstensifikasi tentunya dengan kondisi lahan yang ada di sekitar PG yang sudah ada ini menjadi pilihan yang sedikit sulit. Salah satu cara lain tentunya adalah intensifikasi.
    Saya sangat baru sekali dalam dunia tebu, tapi dengan beberapa tahun pengalaman dalam penggunaan IRIGASI TETES (Drip Irrigation) yang bukan hanya untuk mengairi tapi juga untuk fertigasi atau pemupukan, saya yang bekerja di sebuah perusahaan swasta, telah mencoba aplikasi Drip Irrigation ini di salah satu perkebunan tebu milik BUMN yang berlokasi di provinsi Jawa Barat.
    Kami telah bekerja sama dengan BUMN ini mulai dari tahun lalu, namun karena persiapan yang terlambat, kami baru bisa menanam pada bulan September – Nopember tahun lalu. Untuk di lokasi PG ini, musim tanam optimumnya adalah antara Mei-Agustus, sehingga penanaman yang kami lakukan tidak pada musim tanam optimum.
    Namun dengan kerja keras dan semangat yang sama dengan Manajemen PG ini, kami mencoba mengawal pertumbuhan tanaman ini secara bersama dan pada saat dilakukan taksasi hasil pada bulan Maret 2012 lalu, dari lahan seluas 83,6 hektar yang dijadikan pilot project, didapatkan perkiraan hasil produksi sebesar + 1300 kuintal/hektar.
    Ini tentunya hasil yang cukup menjanjikan dalam usaha peningkatan produksi tebu tanpa memperluas lahan tanam. Walaupun masih banyak perbaikan yang harus dilakukan dan memungkinkan untuk meningkatkan lagi potensi tersebut, kami yakin jika industri perkebunan tebu di Indonesia bisa menerapkan teknologi ini, maka mudah-mudahan produksi tebu sebagai sumber bahan baku gula akan dapat terpenuhi.
    Jika ada pihak yang berkeinginan untuk melihat secara langsung pertumbuhan tanaman tebu dengan menggunakan teknologi Drip Irrigation ini dan mengetahui secara detail, silahkan kirim email ke saya di : yos@nutrigation.com.
    Sebagai sesama pekerja atau pemerhati di bidang pertanian, mari kita sama-sama dengan hati yang tulus dan ikhlas memajukan pertanian Indonesia yang kita cintai ini. Semoga Pertanian Indonesia semakin jaya!

    Salam

    Posted by Yose Rizal | 23 April 2012, 12:03 pm
    • Di india sana produksi tebu sudah bisa mencapai 170 ton/ha, di Thailand dan Vietnam tidak berbeda, karena sudah memakai tehnologi drip, tehnologi drip akan efisien dan efektif dalam pemakaian air dan pupuk, sehingga dapat mengelimlnir kehilangan pupuk karena erosi atau kebocoran yang lain. karena dengan tehnologi drip semuanya bisa diawasi dengan lebih baik dan terukur. Masa sih Indonesia bangsa yang besar dengan penduduk yang banyak pula tidak bisa. Yang saya tahu Indonesia baru menghasilkan produksi tebu 60 – 100 ton/ha saja.
      Mari kita para planter, pemerhati dan pencinta serta pengambil keputusan, kita bangun pertanian modern yang mampu bersaing dengan negara lain, dan tujuan akhir tentunya meningkatkan kesejahteraan rakyat kita sendiri.

      Posted by Kris Hadiriyanto | 23 April 2012, 6:14 pm
    • Irigasi tetes emang tepat…..buat lahan HGU atau sewa minimal 8 taun kedepan….

      Posted by Kogellagers Kopplak | 30 April 2012, 7:54 pm
  91. yach semoga saja semudah itu pak …..

    Posted by Dedi Andrianto Kurniawan | 28 April 2012, 8:56 am
  92. Sebaiknya jangan jadikan masyarakat pengolah industri gula jawa dgn bahan baku tebu sebagai alasan “matinya” pabrik gula, tetapi seharusnya bagaimana menjadikan hubungan kerja yang baik dan bersinergi optimal.
    Ambil contoh hasil olahan Molases dari pabrik gula masih bisa digunakan sebagai bahan tambahan industri gula jawa (berbentuk padat ataupun cair), sehingga mungkin bahan baku Tebu nya bisa dibagi secara merata antara Pabrik gula dgn industri gula jawa yang notabene masyarakat dgn modal kecil. saya sangat ingin berbagi rasa dan ide dgn para “juragan” pabrik gula agar lebih bisa memanfaatkan secara bersama potensi masing masing.
    JAYALAH INDONESIA KU.

    Posted by bayu purna, MT. | 19 Mei 2012, 3:43 pm
  93. Pabrik gula telah ratusan tahun lalu berdiri, sekarang pabrik gula banyak kekurangan tebu yah sulitnya tanaman tebu, mungkin nanti bisa import tebu sekalian gulanya. Sekarang buah & sayur banyak import , kecuali pada insyaf . Jamane jaman edan yen ra edan ora keduman.SIAPA TAKUT

    Posted by Van Goeh | 21 Juni 2012, 10:34 pm
  94. jujur ya, rumah saya deket pabrik gula di malang yang umurnya mungkin ratusan tahun dengan bangunan jaman dahulu…Semenjak pak dahlan jadi menteri BUMN, Pabrik Gula di malang jadi makin tambah bagus..semuanya di cat ,tidak seperti dulu yang di biarkan berkarat dan rusak. “saya juga ingat sekali kata beliau,,meskipun mesin sudah tua,jika di cat kan tampak lebih bagus “ibarat tamara blezinsky,yang umurnya sudah tua tapi tetep enak di pandang”

    Lanjutkan perjuanngan kamu pak,,biarin apa kata orang…kalo perlu orang yang mengkritik bapak,perlu bapak selidiki..jangan2 dia sendiri tidak terima karena tidak bisa korupsi lagi.

    Posted by aplikasi blackberry | 11 Juli 2012, 1:42 pm
  95. Success does not suddenly come to you. You have to go out and work hard to get it

    Posted by CAHYONO WAHYU | 8 Juli 2014, 2:05 am

Trackbacks/Pingbacks

  1. Ping-balik: Fajar Lazuardi di Bahtsul Masail Gula Legi | Portal PG Poerwodadie - 6 Februari 2012

  2. Ping-balik: my inspiration part II « wildworldwords - 9 Februari 2012

  3. Ping-balik: Hari-hari “hamil tua” di pabrik gula « Catatan Dahlan Iskan - 7 Mei 2012

  4. Ping-balik: Hari-hari “hamil tua” di PG | PT Perkebunan Nusantara XI - 7 Mei 2012

  5. Ping-balik: Hari-hari “hamil tua” di pabrik gula « Creasindo Team - 17 Mei 2012

  6. Ping-balik: Hari-hari “hamil tua” di pabrik gula | ZENDRA TAUFIQ - 18 Mei 2012

  7. Ping-balik: Catatan Dahlan Iskan, Manufacturing Hope, Minister’s Notes « waktu kosong - 14 Juni 2012

Tinggalkan Balasan ke indraisme Batalkan balasan