>>
Anda sedang membaca ...
Catatan Dahlan Iskan, Manufacturing Hope

Pasukan Semut untuk Target Balas Dendam Bulog

Senin, 17 September 2012
Manufacturing Hope 43
Membuat pangan tidak lagi senggol-senggolan

Meski pengadaan beras tahun ini sudah mencapai 3,1 juta ton, Dirut Perum Bulog Sutarto Alimoeso masih terus keliling daerah. Hari Minggu kemarin, misalnya, Sutarto masih “liburan” di sawah-sawah di sekitar Jogja. “Tahun ini, target kami 3,6 juta ton,” katanya. Sebuah target yang ambisius yang membuat seluruh jajaran Bulog kerja keras tanpa weekend.

Bulog memang seperti sedang “balas dendam”: target satu tahun itu dibuat sama dengan hasil pengadaan beras selama dua tahun sebelumnya dijadikan satu. Bulog pun mengerahkan “pasukan semut” yang merayap ke desa-desa dan ke sawah-sawah di seluruh Indonesia.

Seluruh jajaran pemerintah memang terlihat all-out tahun ini. Besarnya impor beras tahun lalu (dan tahun sebelumnya) memang cukup membuat kita malu. Menko Perekonomian Hatta Rajasa hampir tiap minggu mengadakan rapat pengadaan beras. Menteri Keuangan Agus Martowardojo tahun ini mencairkan uang muka pengadaan beras lebih cepat dari biasanya.

Dan Tuhan memberikan iklim yang luar biasa. Tahun ini iklim sangat bagus bagi seluruh petani beras, tebu, dan tembakau. Hujan tahun ini sangat deras di awal tahun, berkurang di pertengahan, dan kering di musim kemarau. Panen padi melimpah di mana-mana. Panen tembakau mencapai puncak panen rayanya. Dan panen tebu menghasilkan rendemen yang luar biasa.

Di tengah krisis pangan dunia saat ini, iklim yang begitu bagus yang diberikan Tuhan tahun ini memang harus disyukuri dengan kerja keras. Apalagi kalau bulan depan Tuhan sudah memberikan hujan untuk Jawa. Saat ini hujan memang sudah sampai di Sumatera dan semoga, seperti diramalkan ahli cuaca, bulan depan sudah tiba di Jawa.

“Kalau sampai akhir Oktober belum ada hujan, kita memang harus waspada. Pengadaan beras bisa-bisa tidak mencapai target,” kata Sutarto.

Itu karena petani sudah sangat pandai. Begitu pertengahan Oktober belum ada hujan, petani tidak akan jual gabah lagi. Gabah tersebut akan ditahan di rumah masing-masing untuk cadangan pangan. Itu karena petani tahu, kalau hujannya mundur, musim tanamnya juga akan mundur, yang berarti musim panen berikutnya juga mundur. Mereka perlu cadangan pangan lebih banyak di rumah masing-masing.

Saat ini seluruh gudang Bulog penuh dengan beras. “Hari ini, beras kami yang ada di gudang mencapai 2,1 juta ton,” ujar Sutarto. Angka tersebut perlu dikemukakan karena Bulog belum pernah memiliki beras dari pengadaannya sendiri sebanyak itu. “Entah sudah berapa tahun kami belum pernah mencapai angka rata-rata setinggi ini,” katanya.

Kalau begitu, apakah tahun ini Indonesia sudah terbebas dari keharusan impor beras” Teoretis, beras memang sudah cukup. Impor tidak perlu lagi. Namun, keputusan untuk tidak impor beras sebaiknya juga tidak perlu kesusu. Kalaupun Indonesia perlu impor beras, tujuannya tidak lagi untuk mencukupi kebutuhan, melainkan sekadar untuk “jaga-jaga”.

Jumlahnya pun tentu tidak akan besar. “Jaga-jaga” itu juga penting mengingat kecukupan beras tidak bisa disepelekan “misalnya, sekadar karena untuk gagah-gagahan.

Semangat petani menanam padi memang menyala-nyala. Dengan harga beras sekarang ini, petani “lupa” menanam yang lain. Misalnya, kedelai. Sepanjang harga kedelai hanya sedikit di atas harga beras (apalagi sama dengan harga beras), tidak akan ada petani yang mau menanam kedelai.

Saat ini tanaman yang bisa bersaing dengan padi hanyalah tebu. Dengan perbaikan manajemen di seluruh pabrik gula BUMN, hasil gula yang diraih petani saat ini sangat memuaskan.

BUMN sendiri akan terus meningkatkan bantuannya untuk dua komoditas itu. Bahkan, pada musim tanam mendatang, program BUMN yang disebut Gerakan Peningkatan Produksi Pangan Berbasis Korporasi (GP3K), dengan program yarnen alias bayar setelah panen, dinaikkan dua kali lipat. Dalam program yarnen itu, BUMN memberikan pinjaman bibit unggul dan pupuk yang semuanya tepat waktu.

Dengan demikian, petani tidak asal membeli benih (misalnya, cari benih yang murah yang disesuaikan dengan kemampuan keuangannya). Demikian juga, petani tidak asal membeli pupuk, bahkan kadang tertipu pupuk palsu.

Mengingat hasil program yarnen tahun ini sangat menggembirakan, BUMN meningkatkan program yarnen hingga 3,2 juta hektare. Dengan program itu, sawah yang semula hanya menghasilkan 5,5 ton/ha bisa menghasilkan 7 ton/ha. Di atas kertas, program tersebut akan menyumbangkan kenaikan produksi beras hingga 1,5 juta ton setahun (dua kali panen).

Seluruh BUMN bidang pangan (PT Sang Hyang Seri, PT Pertani, PT Pupuk Indonesia, dan Perum Bulog) terjun secara “total-football”. Masing-masing mendapat jatah “yarnen” sekian ratus ribu hektare. Lengkap dengan kewajiban pembinaannya.

Manajemen di masing-masing perusahaan itu (termasuk anak-anak perusahaan mereka) memang sudah selesai ditata. Sudah siap terjun ke sawah lebih dalam. Konsep dream team tidak hanya berlaku untuk masing-masing perusahaan, tapi juga untuk seluruh klaster BUMN bidang pangan.

Tidak boleh lagi ada di antara perusahaan itu yang, misalnya, senggol-senggolan. Apalagi sikut-sikutan. Semua harus menyatu untuk kesuksesan program pemerintah di bidang pangan.

Bentuk kekompakan itu juga harus bisa dilihat di lapangan. Mereka sudah memutuskan untuk melakukan rayonisasi. Tidak akan ada lagi istilah “rebutan” lahan. Kalau di satu kecamatan sudah ada PT Sang Hyang Seri, misalnya, tidak boleh lagi PT Pertani masuk ke kecamatan itu. Apalagi dengan program yang berbeda. Itu akan membuat petani bingung.

Maka, minggu-minggu ini akan ada “serah terima” wilayah. Siapa yang harus mundur dari kecamatan tertentu dan siapa yang harus maju di kecamatan tersebut. Satu perusahaan punya tanggung jawab wilayah yang jelas.

Pemetaan sudah selesai. Terkomputerisasi. Bagi yang ingin tahu kecamatan apa di bawah binaan perusahaan yang mana, bisa dilihat di database BUMN bidang pangan. Lengkap dengan data kios-kios pertaniannya.

Perkiosan itu juga ditata ulang. Tidak berjalan sendiri-sendiri dengan modelnya sendiri-sendiri. Kios milik PT Sang Hyang Seri, misalnya, harus juga menjual produk PT Pertani, PT Pupuk Indonesia, dan Perum Bulog. Demikian juga sebaliknya.

Tidak boleh lagi petani dibuat mondar-mandir. Misalnya, untuk membeli bibit unggul harus mencari kios SHS. Lalu, untuk membeli pembasmi hama harus lari ke kios PT Pertani. Dan untuk membeli pupuk harus mencari kios PT Pupuk Indonesia. Semua barang harus ada di semua kios. BUMN mana pun pemiliknya.

Karena penataan tersebut menyangkut seluruh infrastruktur di seluruh kabupaten di Indonesia, pelaksanaannya perlu juga dikontrol. Mana yang sudah sempurna dan mana yang masih belum berjalan. Seluruh direksi BUMN pangan sudah all-out mengusahakannya, tapi siapa tahu masih ada yang terlena.

Arifin Tasrif, Dirut PT Pupuk Indonesia yang menjadi “ketua kelas” kelompok itu, juga sudah menyiapkan pasukan khusus: brigade hama. Di setiap kabupaten disiapkan satu brigade hama. Dilengkapi dengan sarana dan bahan-bahan yang diperlukan. Termasuk, data jenis-jenis hama yang biasa muncul di suatu kawasan.

Brigade hama tersebut sudah terlatih. Nama-nama anggota brigade pun sudah ditentukan untuk setiap kabupaten lengkap dengan nomor handphone mereka. Mereka juga wajib tinggal di kabupaten itu dan aktif memonitor lapangan.

Pembagian yang jelas tidak hanya menyangkut wilayah binaan, tapi juga bidang usaha. Dirut Sang Hyang Seri yang baru, Kaharuddin, memilih mengkhususkan diri di bidang penyediaan benih unggul. Titik. Tidak akan main-main di pupuk. Untuk 3,2 juta hektare program yarnen tersebut, misalnya, semua benihnya dicukupi SHS.

PT Pertani konsentrasi di bidang pascapanen. Dirut PT Pertani yang baru, Eddy Budiono, tidak perlu lagi berebut dan jegal-jegalan untuk memenangi proyek benih, misalnya. Atau memenangi proyek pupuk. PT Pertani akan konsentrasi pada penanganan gabah. Gedungnya yang baru di daerah Pasar Minggu nanti pun diberi nama Graha Gabah. Sedangkan PT Pupuk Indonesia akan sepenuhnya bertanggung jawab atas penyediaan pupuk dan brigade hamanya.

Ditingkatkannya program yarnen secara drastis itu sekalian untuk mengompensasi kemungkinan mundurnya program pencetakan sawah baru karena lahan yang dicadangkan di Kaltim ternyata tidak tersedia.

Program pangan ini memang besar, menantang, dan mulia. Manajemen yang diperlukan juga amat khas dan njelimet. Tapi, pengalaman menarik dalam menangani yarnen tahun ini telah menimbulkan optimisme yang besar untuk mampu melipatduakannya tahun depan.

Melihat senangnya para petani yang terlibat dalam program ini menimbulkan gairah untuk terus dan terus meningkatkannya. Deputi menteri BUMN bidang itu, M. Zamkhani, juga masih sangat muda dan energik untuk mengoordinasi semua itu. Musim tanam yang akan datang, insya Allah dua bulan lagi, adalah kickoff yang sebenarnya. (*)

Dahlan Iskan
Menteri BUMN

Diskusi

266 respons untuk ‘Pasukan Semut untuk Target Balas Dendam Bulog

  1. pertamax… hehehheheh

    Posted by bayu | 17 September 2012, 2:27 am
  2. Keduaxx hehe..

    Posted by Yudi | 17 September 2012, 2:29 am
  3. Pertamax

    Posted by ariefwiryawanto | 17 September 2012, 2:29 am
  4. NO EMPAT…(.MEMANTAU DI KARLSTAD)

    Posted by honeyshark | 17 September 2012, 2:33 am
  5. pertamax

    Posted by uhe | 17 September 2012, 2:35 am
  6. Luar biasa! Maju terus, Pak DIS! Semoga Allah menjaga senantiasa kesehatan, Bapak…

    Posted by Abdillah Suyuthi | 17 September 2012, 2:43 am
  7. Bangsa yang kenyang adalah bangsa yang tenang dan berpikiran cemerlang 🙂
    Setelah perut bangsa terisi, barulah kepala (fikiran/nalar) dan dada (moral dan mental) bangsa bisa diisi.

    Posted by M. Erick Antariksa SH | 17 September 2012, 3:05 am
  8. Bangsa yang kenyang adalah bangsa yang tenang dan berpikiran cemerlang 🙂

    Pertama, berikan kenyangnya, lalu tambahkan proteinnya (sapi, kelinci)…

    Setelah perut bangsa terisi, barulah kepala (fikiran/nalar) dan dada (moral dan mental) bangsa bisa ikut diisi.

    Posted by M. Erick Antariksa SH | 17 September 2012, 3:06 am
  9. luar biasa…..

    Posted by bung.tri | 17 September 2012, 3:07 am
  10. Kalo sudah begini sepertinya terang benderang negeriku ,tinggal bakar kemenyan ,usir para setan ,Bravo Pak Dahlan .

    Posted by setro utomo | 17 September 2012, 3:12 am
  11. Setuju pa erick, memang harus kenyang dulu baru diisi yang lainnya… Jaga kondisi kesehatan pa Dis smoga bisa mengawal sampai bangsa ini menjadi negara maju…

    Posted by nandang | 17 September 2012, 3:14 am
  12. Jam 3.48 sudah 14 balasan.

    Posted by subedjo | 17 September 2012, 3:50 am
  13. Luar biasa, mudah-mudahan kita swasembada beras tahun ini dan seterusnya. Amin

    Posted by Fajar | 17 September 2012, 4:02 am
  14. Panen Raya…smg bs menuju swasembada lg…

    Posted by yuni | 17 September 2012, 4:05 am
  15. Semoga makin baik dan lebih baik.. nggak perlu import komoditi pertanian lagi.. apalagi bisa export besar2an .. lebih mantap lagi.

    Posted by awand | 17 September 2012, 4:16 am
  16. Mari kita kawal Pak Dis sampai ke garis depan. supaya FINISH. AMIN

    ANDRE

    Posted by Andre | 17 September 2012, 4:23 am
  17. Era baru penanganan sistem pengadaan beras membuat optimisme yg luar biasa, jika bersatu dan tidak senggol-senggolan maka hasilnya akan luar biasa. Suatu contoh nyata “kersamaan & persatuan” yg hrs di teladani ulang bagi segala elemen masyarakat dari tingkat paling atas sampai bawah. Sebenarnya “KITA BISA & MAMPU” asal jangan lupakan pengejawantahan msg2 sila dari PANCASILA.. Maju terus Indonesiaku. Bravo P.DIS, jaga terus semangatmu tp jangan lupakan jaga kesehatanmu.

    Posted by sulistiono | 17 September 2012, 4:30 am
  18. waduh, pdhal dah nungguin dr jam 12 malem ampe ktduran. Gk dpt pertamaxx nich! Ajiib bnr pk DAHLAN. smga ALLOH slalu merahmatimu. . . .

    Posted by 63nth0nx | 17 September 2012, 4:31 am
  19. hanya satu: Luarrrrr biasa………

    Posted by syaif | 17 September 2012, 4:39 am
  20. yang penting hadir…..(dari Selat Hormuz)

    Posted by akbar | 17 September 2012, 4:42 am
  21. semoga semangat kerja yang diceritakan dalam tulisan ini selalu membuat kita semua bersemangat memberikan terbaik di bidangnya masing-masing…Ayo Kita Bisa….

    Posted by habib | 17 September 2012, 4:58 am
  22. Segala sanjung puja-puji disini rasanya tidak membuat P.DIS terkesan (bahkan mungkin bacapun tidak). Tapi buat ekpresi eksistensi M.Hoper ya ok, drpada M.Hoper yg mengakses di harian JP tak pernah punya ajang berekspresi stlh baca MH (aku dl jg begitu).
    Kenapa lebih penting mencetak sawah baru, kenapa tidak dibuat masterplan yang bisa menjamin lahan persawahan di p.Jawa ini tetap terjaga (katanya lahan di Jawa relatif lebih subur & sdh berabad-abad cocok untuk tanaman padi?). Saya jadi sedih dahulu di sekitaran Solo, Sukoharjo, Karanganyar, Boyolali, Klaten sepanjang jalan isinya BULAK semua (hamparan sawah yg sgt luas) tp sekarang jadi BULUK krn beralih fungsi dicaplok pabrik, ruko, ataupun perumahan.

    Posted by Satrio Hatmoko | 17 September 2012, 5:07 am
    • Setuju dengan om satrio. sedih rasanya ngelihat banyak bangunan irigasi teknis yang dibangun dengan biaya besar, sudah tidak berguna lagi

      Posted by Unding | 17 September 2012, 5:56 am
    • setuju jg Om Satrio… harus ada peraturan yg jelas dan pelaksanaan yg tegas ttg masalah ketahanan pangan ini.. sy jd ingat bagaimana Swiss yg sangat modern tetap menjaga lahan2 pertaniannya agar tetap lestari dan produktif ( tulisan Djoko Susilo di JP, DUBES RI di Swiss/ mantan anggota DPR-wartawan JP)…..termasuk goodwill dr para pemegang kekuasaan di daerah… sy ga bisa bayangkan bgmana bangsa sebesar ini terus tergerus lahan pertaniannya secara besar2an … qt bisa2 bangkrut karena harus mendatangkan bahan makanan dari luar….

      Posted by bandung bondowoso | 17 September 2012, 7:02 am
    • kayaknya itu sudah masuk dalam kebijakan pak, kita tau sendirilah kebijakan2 yang dihasilkan sampai saat ini banyak pro kemana. saya melihat semangat pak DIS selalu berusaha untuk mengoptimalkan kebijakan dalam wewenang dia dengan sebesar-besarnya pro kemakmuran. terlihat dari statement beliau di atas:

      “Kalau begitu, apakah tahun ini Indonesia sudah terbebas dari keharusan impor beras? Teoritis, beras memang sudah cukup. Impor tidak perlu lagi. Namun keputusan untuk tidak impor beras sebaiknya juga tidak perlu kesusu. Kalau pun Indonesia perlu impor beras, tujuannya bukan lagi untuk mencukupi kebutuhan, melainkan sekadar untuk “jaga-jaga””

      bhs “jaga-jaga” itu mengisyaratkan beliau hanya sebatas ajakan kpd menteri lain yg jadi partnernya. berbeda dengan uraian beliau yg sangat detail tentang kinerja dan usaha “pasukan semutnya” di bulog.

      jadi dalam pendapat saya, kebijakan menjaga area persawahan di jawa dilestarikan bisa dilakukan ketika pak DIS bukan lagi di wilayah menteri 🙂
      -salam DI for RI-1-

      Posted by ar_fauzi | 17 September 2012, 9:03 am
      • yang pinter ngelola pertanian diantara semua pemimpin kelihatanya cuma ” mbah harto” coba pada masa presiden siapa yang paling banyak membagun waduk dan irigasi…jawabnya adalah MBAH HARTO,musim indonesia sudah bisa diprediksi kalau hujan air melimpah, kalau kemarau air sulit…cukup sederhana ,satu satunya jalan hanya membangun waduk sebanyak banyaknya dan irigasi sebanyak banyaknya, lihatlah sukoharjo sampai sragen bahkan perbatasan ngawi….mereka dapat panen sepanjang tahun………sederhana tapi terlalu banyak kepentingan POLITIK yang baik jadi jelek yang jelek jadi baik…., bahkan sampai ganti presiden 4 X pun belum terdengar adanya pembangunan waduk sebesar waduk wonogiri…..

        Posted by Hary Suranto | 17 September 2012, 11:29 am
        • Jujur, saya sangat berharap Pak Dahlan dapat menggantikan Alm. Soeharto.
          Kalau melihat tingkah polah manajerial Pak Dahlan di Jawa Pos Group sih sepertinya sama pola pikir dan pola kerjanya.

          Posted by M. Erick Antariksa SH | 17 September 2012, 6:10 pm
          • Pak Erick…
            Menurut saya, Pak Dahlan biar jd dirinya sendiri…
            Jadi diri sendiri tanpa harus mengekor orang lain tidak kalah mulianya kok, sepanjang bermanfaat utk sesama…
            Mhn maaf…
            Salam…

            Posted by Hibatillah's SH | 17 September 2012, 8:21 pm
          • menggatikn dalam arti presiden is OKe p.Erick… tp yg jelek2nya ya enggak lah…orang Gus Iskan ini org sekarang koq….religius nasionalis pooolll…

            Posted by bandung bondowoso | 18 September 2012, 7:09 am
          • apa P.DIS itu ” satrio piningit yang ditunggu-tunggu selama ini”?

            Posted by sulistiono | 18 September 2012, 7:04 pm
      • Kalo Bisa Pak Menteri DIS juga beli sawah yang berhektar-hektar untuk stabilitas keamanan pangan kita. nantinya bisa jadi BUMN baru di bidang Pangan.. 😀

        Posted by Wisjnoe Rahardi | 18 September 2012, 8:07 am
  23. absen dulu baru baca

    Posted by ajipungkasan | 17 September 2012, 5:09 am
  24. insya allah tiap daerah dimanapun di indonesia dari sabang sampai merauke,dari miangas sampai dana,dari perkotaan sampai pelosok rimba,dari pesisir sampai puncak pegunungan akan swa sembada energi juga…indonesia insya allah akan makin jaya,ami…n.

    Posted by pakde | 17 September 2012, 5:09 am
    • alhamdulilah ada kabar dari pakdhe, mudah mudahan bisa cepar terlaksana dan saya yakin jika proyek ini berhasil pak dahlan akan menyampaikan dengan satu point MH, kira kira di MH ke berapa ya pakdhe? hihihi piss

      Posted by saeful | 17 September 2012, 7:09 am
  25. fokus = tembus (slh 1 ilmu dr P.Dis)..bkn jamanya lg gontok2an/rebutan lahan,pertegas lg tgs utama stiap BUMN.Smakin optimis menatap kebangkitan negeri ini..bc koran JP kmrn semester II ekonomi kt no.2 didunia,hny kalah dr Tiongkok,hebat plok..plok..plok..kl bangsa ini bs bnr2 brsatu ga butuh lama utk maju.Demi Indonesia yg lbh baik lg kerja kerja kerja..!!

    Posted by koreksidiri | 17 September 2012, 5:15 am
  26. beras lokal jangan banyak batu/kerikil/semen lagi sebab kalau kemakan “kletak” sakitnya sampai kehati. untuk itu jangan sampai terlewatkan hasil giling padi bebas dari BKS.

    Posted by CAP MANGGA | 17 September 2012, 5:30 am
  27. Aq urutan no berapa yach…

    Posted by caderabdul | 17 September 2012, 5:32 am
  28. optimisme memang sudah menyebar di kalangan petani. Kakek saya sbg contoh, 2 tahun sebelumnya (dan tahun2 yg lalu) lebih suka menimbun hasil panen dan menjualnya pada saat pancaroba, itu karena harga gabah sangat jelek.. Dimusim panen,Tengkulak memonopoli harga,tak ada pilihan u/ petani. Tp pada saat pancaroba, daya tawar petani tinggi..tp terkadang ada juga tengkulak yg merangkap jd tukang kredit dengan sistem kredit yg na’udzubillah..membuat petani yg terjebak didalamnya cm jadi jongos.
    alhamdulillah, puji syukur program yg digulirkan BUMN membuat kakek saya yg anti jual gabah dimasa panen, mau menjualnya pd BUMN. Kepercayaan petani a.k.a kakek saya yg ‘bodo’ pada BUMN,sukses sudah. Terima kasih.

    Posted by wawan | 17 September 2012, 5:38 am
  29. Kenapa judulnya tidak “cubit-cubitan” aja pak?? supaya lebih lengkap lagunya Muri Koes Plus didendangkan….
    Menanggapi tulisan Bpk, beginilah tulisan Pak DI yang sudah sehat, lebih analitis (tentunya lebih informatif dan “menggigit)”.
    Alhamdulillah saya ucapkan puji syukur. Artinya bapak skrg sdh sehat. Amin

    Posted by Djoko Sawolo | 17 September 2012, 5:51 am
  30. Dengan keberhasilan pengadaan pangan ini (s/d September 2012), semakin menunjukkan jiwa leadership dari seorang the real minister. Cocok untuk diunggulkan memimpin seluruh kementerian di tahun 2014. Semoga

    Posted by Djoko Sawolo | 17 September 2012, 5:55 am
  31. “Mereka sudah memutuskan untuk melakukan rayonisasi. Tidak akan ada lagi istilah “rebutan” lahan.” alias Sesama Bis Kota Dilarang Saling Mendahului.

    Posted by Djoko Sawolo | 17 September 2012, 5:57 am
  32. smoga masih 50 besar

    Posted by novi | 17 September 2012, 5:58 am
  33. Setelah hiruk pikuk lebaran dgn konsentrasi penuh di Merak, Angkasa Pura dan KAI, skrg balik ke bakat aslinya Pak Dis yaitu pertanian { hehehe….selain jurnalis) .
    Semoga makin sehat Pak Dis….

    Posted by iwan | 17 September 2012, 6:02 am
  34. Ditingkatkannya program yarnen secara drastis ini sekalian untuk mengkompensasi kemungkinan mundurnya program pencetakan sawah baru, akibat lahan yang dicadangkan di Kaltim ternyata tidak tersedia.
    “Kompor Gas” juga tulisan Pak DI ini ….

    Posted by Djoko Sawolo | 17 September 2012, 6:03 am
  35. Alhamdulillaah Bung DIS sudah sehat. Jaga kesehatan terus Bung. Kalau semua pejabat menangani permasalahan secara komperehenship seperti ini, insya allah bangsa ini akan semakin leading tidak dalam waktu lama. USUL PAK SBY !!! itu kimpraswil ( eks DPU ) dikelola orang yang bersih kaya bung DIS ini biar bangsa ini semakin kokoh karena semua bangunan sesuai standart tidak dikorup ! jaya INDONESIA

    Posted by zaenal | 17 September 2012, 6:03 am
  36. ALHAMDULILLAH, sesuatu yg dikerjakan bersama-sama dan di koordinasi tidak ada yang sulit , ternyata maksud dan tujuan Pak Dis, tidur di tempat petani, lalu tidak mengikuti acara2 presiden, maksudnya ini tho, yaitu memahami potret sesungguhnya di petani dan bagaimana cara mengatasi pangan

    Posted by berdikari | 17 September 2012, 6:18 am
  37. gara2 kepala daerahnya gak mampu kelola bawahannya, gara2 gak mampu jaga komitmen, kaltim kehilangan kesempatan menjadi lumbung padi terbesar. Tertunda juga kesempatan rakyat kaltim untuk bisa punya kebanggaan, hanya karena segelintir orang yg tidak bisa menjaga martabat dan tak bermanfaat. salam dan rasa prihatin untuk saudara2ku di kaltim.

    Posted by daya setiawan | 17 September 2012, 6:21 am
    • mgkn kl trll trm laporan ABS ya spt ini contohnya..

      Posted by koreksidiri | 17 September 2012, 7:36 am
    • Mas Daya, sangat bermanfaat kayaknya apabila yg terjadi di Kaltim bisa “dilaporkan” menurut gaya kita di MH tanpa terikat dan tergiur keperntingan semu… Apa adanya…

      Saya yakin di daerah lain pasti ada yg pernah mengalami situasi seperti itu…Sangat disayangkan, daerah yg memiliki SDA luar biasa, tdk bs dimanfaatkan secara maksimal. Bahkan bs jadi hanya dinikmati oleh segelintir orang. ..

      Orang tua kita dulu pasti hapal pelajaran IPS tentang kekayaan alam di nusantara.. Mulai batu bara, gas bumi, minyak, timah, kopi, tembakau, cengkeh, sawit, karet, garam, nikel, intan, mutiara, emas…Tp saat ini, anak-anak kita kok ga pernah menghapal sumber kekayaan alam lagi… Pertanyaan selanjutnya, kalau kita jalan-jalan ke pulau Sumatera, terhampar luas kebun sawit di sana… Herannya, masyarakat sekitar kehidupannya ko begitu-begitu saja. Apalagi orang yg jauh dari kebun atau pabrik (minyak) sawit… Di tempat lain pasti ada situasi yg hampir sama, atau malah lbh parah…

      Ayo Mas Daya, bikin tulisan, biar jadi pelajaran daerah lain…

      Mhn maaf…
      Salam…

      Posted by Hibatillah's SH | 17 September 2012, 1:01 pm
      • sekarang ini kelihatannya sudah mulai muncul lagi orang2 yg coba melakukan pengabaian, pembohongan,pembangkangan, penghianatan dan penjegalan. kita perlu cari sedikit info tentang pelakunya. kalau belum terjangkau hukum, mari terapkan hukuman sosial, lakukan serangan ber-tubi2 melalui jaringan media sosial. jangan berikan pelayanan sosial, asingkan dari pergaulan sosial dan permalukan mereka…

        Posted by daya setiawan | 21 September 2012, 1:16 pm
    • Itulah Pak Daya… saya selalu ketir ketir klo membaca tulisan Pak DIS yg menyinggung kementrian lain, dalam hati berkata “emang bisa orang kita diajak kerja sama untuk maju?” dan uniknya Pak DIS ini klo diapusi (dibohongi) langsung balik kiri ggrrraaaaaakkkkk! gak ngreken dan cari jalan lain dan selalu bisa dan berhasil, jadi Muuuangggkel yoooo si tukang bohong itu. contoh: orang senayan wes gak direken saiki, gak pathek en kata Pak DIS.

      Posted by erust | 19 September 2012, 2:20 pm
  38. Mungkin kata orang surabaya, “oknum-oknum pejabatnya hanya Omong Thok.. Howosss …Nggedobros..” shg tidak mampu menyediakan lahan dimaksud.

    Posted by Djoko Sawolo | 17 September 2012, 6:25 am
  39. SEMANGAT PAGIIIII.
    BRAVO ‘DETASEMEN PANGAN INDONESIA’. Terutama JENDRAL BESAR-nya.
    Mencermati kata ‘TERLENA’.
    Ada informasi ‘sayup-sayup’ ditempat kami dari petani (Semoga tidak benar) yang perlu diwaspadai. Ceritanya : Petani diminta menanam BIBIT UNGGUL, tapi ternyata mereka kecewa berat karena bibit unggul yang mereka beli bukan Bibit Unggul Sebenarnya sudah dioplos. Sehingga hasilnya juga amburadul. Setelah diselidiki ternyata, si agen harus melakukan pengoplosan karena dia harus memberi ‘setoran’ kpd pihak2 terkait. Wal hasil PETANI lagi yang jadi KORBAN. KASIAN……..
    Sekali lagi, semoga informasi ini tdk benar… SALAM DISMANIA.

    Posted by wanto kdr | 17 September 2012, 6:26 am
  40. semoga pasukan semut bisa segera menyemut ke pelosok sawah nusantara,salut buat pak dis n semut2nya!!!

    Posted by muh mundir | 17 September 2012, 6:28 am
  41. mengintegrasikan sebuah sistem dengan integritas dan kesungguhan yang tinggi, akan menghasilkan yang luar biasa bahkan bisa lebih dari ekpektasi,

    lihatlah penekanan yang digunakan pak dis, harus harus harus, titik …., berarti itu sebuah penekanan yang harus dijalankan oleh bawahan, semoga PT. SHS, pt. pertani memaknai dengan betul sehingga mengabdi kepada negara tidak setengah setengah

    Posted by saeful | 17 September 2012, 7:13 am
  42. Hadir untuk semangat pagi..

    Posted by Royyan | 17 September 2012, 7:29 am
  43. Maju terus Bapak…….
    Kami semua mendoakan semoga Bapak selalu diberi Alloh sehat waras kuat aman selamat lancar barokan.
    Amiiin………………………..

    Posted by AF | 17 September 2012, 7:32 am
  44. Nah ini laporan soal beras dan Tebu….. Garam …kapan di laporkan.. titip Nelayan pak Diz…banyak nelayan kita yang masih susah melaut……
    kalau..petani sudah tenang mahasiswa juga tenang……

    Posted by Seno | 17 September 2012, 7:33 am
  45. Absen senin pagi,semangat…
    Semoga semua berjalan sesuai rencana, terima kasih semua jajaran direksi BUMN pangan yang sudah mau tidak bersenggolan ^_^

    Posted by fris | 17 September 2012, 7:34 am
  46. sartu hal yg tak pernah ketinggalan dari pak DIs, yaitu selalu meninggikan orang2 yg menjadi perwira semut. sehat selalu pak DIs…….masih banyak perwira2 dan semut2 yg perlu sampeyan tinggikan lagi….dan lagi…dan lagi….

    Posted by done | 17 September 2012, 7:41 am
  47. Alhamdulillah Pak Dis sudah menggebrak lagi. Sudah sehatkah? belajar dari pernyataan: “Seluruh jajaran pemerintah memang terlihat all out tahun ini Menko Perekonomian Hatta Rajasa hampir tiap minggu mengadakan rapat pengadaan beras. Menteri Keuangan Agus Martowardojo tahun ini mencairkan uang muka pengadaan beras lebih cepat dari biasanya.” Smoga pernyataan Pak Dis ini menjadi gerakan bersama para menteri di kabinet Pak SBY. “Tidak boleh lagi di antara perusahaan itu yang, misalnya, senggol-senggolan. Apalagi sikut-sikutan. Tidak akan ada lagi istilah “rebutan” lahan.” Ya wong sama2 punyak pemerintah. Kerja ibarat tubuh qt masing2 punya peran dan penting. Visinya hanya satu badan sehat kerja optimal. Kalau Indonesia ya.. untuk kesejahteraan bangsa (makmur dan adil). Smoga penataan di bidang pangan ini menjadi langkah untuk Ketahanan pangan Indonesia.

    Posted by herimiarto | 17 September 2012, 7:45 am
  48. kalau melihat semangat dan kinerja pa dis serta hasil yang telah dicapai saya semakin yakin, bahwa negara ini bukan negara gagal dan bukan negara auto pilot, seperti yang banyak dikatakan oleh orang-orang yang “sangat pinter” (tapi keblinger) !!!, semoga Allah senantiasa memelihara pa Dis dalam keberkahan, dunia dan akherat

    Posted by Nanang Slamet | 17 September 2012, 7:55 am
    • NANANG … wacana negara gagal hanya ditiupkan oleh oknum yang iri dan ingin menguasai indonesia, mengingat sumber daya alamnya yang melimpah.. dari sabang sampai merauke

      Posted by Djoko Sawolo | 17 September 2012, 8:22 am
    • Mas Nanang, “tuduhan” negara gagal dan/atau negara auto pilot hanya dilakukan oleh orang-orang yang tidak suka dgn negara ini maju/berhasil dan/atau mengarah sesuai dgn tujuan…

      Yg menganggap/menilai seperti itu ,selalu tutup mata dengan keberhasilan pengelola negeri ini…

      Di negara lain masih sibuk dgn menjaga kestabilan ekonominya akibat krisis global, negara kita sdh tumbuh ekonominya.. Ada kekurangan wajar… Tapi kalo negara gagal dan/atau auto pilot, kayaknya enggak deh…

      Salam…

      Posted by Hibatillah's SH | 17 September 2012, 1:13 pm
      • biasa itu Pak,kt jwb aj dg kerja kerja & kerja..negara kt saat ini ibarat gadis yg sexy,jd bnyk yg brkepentingan trmsuk jg org2 asing,negara kt pertumbuhan ekonominya positif trs.Utk media2 kt yg sering mmberitakn pling ya itu2 aja,tau sndr lah kr2 apa mksdnya..

        Posted by koreksidiri | 18 September 2012, 8:17 am
  49. Selalu ada semangat yg luaaaarrrrrr biasa di senin pagi. Apapun masalahnya, siapapun musuhnya kalau Pak DIS yg menjadi JENDRALnya pasti bisa diatasi. Jaga kesehatan Pak DIS jangan bandel2 dengarkan nasehat dokter supaya Bapak bisa mewujudkan harapan kami

    Posted by ShafaIcha | 17 September 2012, 7:57 am
  50. selalu menarik

    Posted by cita | 17 September 2012, 8:03 am
  51. Pagi tadi jam 6 WIB, judulnya masih ada kata “Senggol-senggolan”. Mgp jam 8 WIB ini sudah berubah ya??? menjadi “Pasukan Semut ….”. Mungkin ada yang bisa jawab???

    Posted by Djoko Sawolo | 17 September 2012, 8:13 am
  52. “Pasukan Semut…..” mengingatkan kita untuk tanggal 20 sept, semut-semut tumbangkan parpol2 gajah (masalah besar yang selama ini menghantui).

    Posted by Frangky | 17 September 2012, 8:29 am
  53. SEMANGAT PAGI!!!!
    berasa ada perasaan yang terulang kembali saat program PELITA jaman orba dulu sukses dengan swasembada berasnya. rakyat sama-sama merasakan kemenangan. satu-persatu permasalahan di birokrasi khususnya BUMN mulai diurai, buang oknum-oknum yang menggembosi BUMN dari dalam. kita tunggu Pertamina dan BUMN super lainnya diurai oleh pak DIS. semoga Indonesia berjaya kembali di masa yang akan datang.
    kerja kerja kerja!!!!

    Posted by m0ojojojo | 17 September 2012, 8:31 am
  54. ternyata yang bikin BUMN gosong dan hangus juga lambat adalah jegal-jegalan dan tidak fokus di jalurnya ya. kalo semuanya fokus di jalur masing-masing dan bersatu sebagai sebuah kesatuan utuh, gak mungkin ada yang kuat melawan BUMN. saatnya kaki digunakan untuk berlari, tangan untuk memegang dan mata untuk melihat. jangan sampe kaki ikutan juga untuk melukis, gak asik jadinya. yang jelas, untuk sekarang ini, biarkan Pak DIS menjadi Otaknya. hanya dialah yang mampu memutuskan BUMN untuk bekerja sesuai dengan bidangnya dan menyinergikannya. semoga sepeninggal beliau nanti ( semoga di beberapa puluh tahun mendatang) banyak manusia sebangsa DIS lagi yang rela untuk maju tanpa pamrih (walaupun untuk itu mungkin orangnya harus “kaya secara material” dulu sehingga dah gak punya orientasi ke duit lagi)

    Posted by Cukat | 17 September 2012, 8:43 am
  55. semangat pagi di hari senin…

    semoga bangsa ini tidak ktinggalan dalam ber swasembada pangan(beras, kedelai Dll) masak negeri gemah ripah loh jinawi masih impor pangan!!!!..
    semoga pak DIS selalu di berikan kesehatan untuk bisa memimpim negeri ini menuju sejahtera…amien ya rab..

    Posted by mas janto | 17 September 2012, 8:44 am
  56. “Gedungnya yang baru di daerah Pasar Minggu nanti pun akan diberi nama Graha Gabah.”

    Nuwun sewu pak DIS, urun suara.
    Menurut saya, ‘Graha Gabah’ itu lebih baik diganti jadi Grha Gabah atau Griya Gabah.

    Sepengetahuan saya, ‘graha’ itu bahasa Sansekerta yang artinya ‘buaya’.
    Dan yang artinya ‘rumah’ itu ‘grha’ atau ‘griya’.

    Ndak lucu kalo nanti tetep pake Graha Gabah.
    Membayangkan buaya yang bentuknya gabah atau sebesar gabah? Hehe..

    Maju terus pak!

    Posted by Suamin | 17 September 2012, 9:02 am
  57. Alhamdulillah ketahanan pangan nasional indonesia sdh berwujud di depan mata. Terima kasih ya ALLAH atas karunia iklim+cuaca yg kondusif. Terima kasih utk jajaran instansi terkait atas kerjabareng gotongroyong tanpa senggol2an. Indonesia gemahripahlohjinawi
    MERDEKA

    Posted by Fia | 17 September 2012, 9:14 am
  58. You are really my next President!

    Posted by ganibtm | 17 September 2012, 9:19 am
  59. Semangat pagi,insyaallah program pangan sukses,ditunggu program kedele secepartnya pak dis,kenaikan bungkil kedele telah memukul dunia perunggasan indonesia,terutama kami peternak kecil,ini bisa memicu kenaikan harga telur.walau kami peternak lagi”hancur”kami tetap penuh harapan dan semAngAt dgn sentuhan pakdis kita akan maju,biarlah dinas pertanian/peternakan duduk manis melihat kemajuan kita,Ya Allah beri kesehatan pak DIS dan kami semua .

    Posted by abdillah | 17 September 2012, 9:26 am
    • mas abdillah apa tdk dicoba alternatif lain untuk membuat pakan ternaknya sendiri (kalo masih peternak kecil ini kesempatan karena tdk byk kebutuhannya) utk mengganti konsentrat yg mahal itu? seperti,coba beli sendiri bekatul dan jagung atau sorgum (utk karbohidratnya) lalu cari daun eceng gondok (bkn batang) atau kanggkung sungai utk vitamin dan mineralnya sedangkan protein bisa dari yuyu (kepiting sawah/selokan) atau keong mas yg jd hama padi (malah kalo berani tikus sawah jg bisa tp yg gak bisa di pake tikus senayan kegedean kali) semua bahan yg msh segar dilayukan dulu sebelum diolah utk yuyu/keong mas sebaiknya di keringkan lebih baik semuanya lalu masukan mesin giling (yg manual saja murah belinya) atau ditumbuk dgn apalah jadi sudah konsentrat bikinan sendiri. usaha seperti ini sangat penting (mencari alternatif dari ketergantungan) karena kita jd kreatif dan bisa bertahan dari kesulitatan,insya allah. saya sangat suka dengan insan yg mau berwira usaha sekecil apapun karena peluangnya masih sangat besar dan luas asal jeli melihat peluang yg ada disekeliling kita dan diskusi atau masukan semacam ini alangkah baiknya menjadi kebiasaan bagi warga blog ini untuk saling bagi ilmu dan pengalaman. bahkan dengan share seperti ini tdk menutup kemungkinan memunculkan insan2 pengusaha baru dari warga blog ini yg saat ini masih jd pegawai,pelajar atau mungkin yg masih jobless, semoga bermanfaat dan berlanjut.

      Posted by pakde | 17 September 2012, 10:34 am
      • Betul sekali Pak De, kebetulan mertua saya juga peternak bebek rumahan (kecil-kecilan), memang kombinasi Bekatul + Kangkung + Yuyu/Kraca (keong Mas)/Ikan Asin/Kepala Udang limbah dari pabrik filet daging udang/blekicot sangat baik untuk peternakan, hasilnya sangat luarbiasa, hampir tiap hari bebek-bebek tersebut tidak berhenti bertelur, dan juga kandungan telurnya sangat tinggi proteinya, dilihat secara kasat mata, kuning telurnya lebih besar dari ukuran biasanya, tidak mudah pecah (buyar), cuman ada minusnya, baunya amiss tenan!

        Posted by Nanang Slamet | 17 September 2012, 1:45 pm
      • Pakan ternak buatan sendiri tetap ada nilai keekonomiannya. Untuk skala kecil dgn sumber bahan pakan melimpah mungkin msh menguntungkan. Tapi untk skala besar atau sulit bahan pakan perlu diperhitungkan lagi.

        Posted by Disfan | 17 September 2012, 2:22 pm
      • Salam kenal pak de,usul pak de sgt bagus,tp kebutuhan kita termasuk besar pakde,asam amino bugkil kedele dgn tepung ikan saling melengkapi,blm bs digantikan,dunia unggas dunia padat modal padat karya,kalau diindonesia ada 300jt unggas berarti tenaga kerjanya. Sktr 1jt KK,rata2 aymras sdh skala iindustri kecil menengah,kitamsh impor bungkil kedele dr argentina usa india dan brazil,smg kita swasebda kedele biar tukanng tau tempe dan peternak kita makmur

        Posted by abdillah | 17 September 2012, 3:23 pm
        • selama kita masih bernafas dan itu ilmu nyata bukan ghoib insya allah selalu ada cara utk menggantikannya mas asal kita mau apa tdk mencarinya (riset) kan gitu yg selalu dikatakan guru besar kita.

          Posted by pakde | 17 September 2012, 3:59 pm
      • Pakde, ijinkan saya menceritakan pengalaman saya waktu KKN di daerah Wonogiri tahun 1995…

        Menurut pengamatan saya, rutinitas yang dilakukan masyarakat setempat untuk mencukupi kebutuhan hidupnya paling tidak dalam tiga bidang kegiatan… Pertanian (biji mete), peternakan [sapi import jenis brahman(?)] dan industri tahu (rumahan)…

        Yang membuat saya kagum saat itu, ketiga kegiatan masyarakat tersebut bisa saling mendukung walaupun terkesan tidak ada hubungannya antara kegiatan satu dengan yg lain…

        Pakde, walaupun saya tdk bs menguraikan secara ilmiah seperti sampean atau teman-teman yg lain, saya coba ceritakan sebagaimana pandangan saya sebagai orang awam dalam ketiga bidang tersebut…

        Pertama di bidang pertanian, biji mete yang diambil dari buah mete membuat nilai ekonomis buahnya (bukan bijinya) menjadi sangat rendah, walaupun sudah direkayasa menjadi manisan misalnya. Apalagi beberapa di antaranya sudah mulau membusuk dan alum/mlimpes (layu) karena buah mete kalau bijinya sudah lepas umumnya cepat layu, kecuali yg masih tergantung di pohon…

        Kedua di bidang peternakan, di tangan orang-orang hebat tersebut, buah mete yang sudah terbuang (kadang ditaruh begitu saja di pinggir jalan) dikumpulkan selanjutnya dicampur dengan bekatul dan rumput gajah untuk dijadikan tambahan makanan sapi. Hasilnya luar biasa, sangat gemuk (kecuali kalo lagi diet…). Pohon mete sendiri relatif gampang perawatan dan tahan terhadap segala cuaca. Awal penanaman dibantu pupuk dari kotoran sapi (yang sudah diolah sedemikian rupa) membuat pohon mete relatif lebih subur dan cepat tumbuh…

        Ketiga di bidang industri tahu, ampas tahu (entek) yg seolah-olah tidak ada nilai ekonomisnya dapat juga dicampurkan makanan sapi sehingga sapi cepat gemuk. Secara ilmiah saya tidak menjelaskan, tapi faktanya saat saya masih kecil pakde (beneran) saya setiap pagi dan sore memberikan minum sapinya dengan air rebusan kedelai yang akan dibuat tempe oleh ibuk saya. Nyatanya sapi pakde saya gemuk-gemuk…
        Pakde, saya yakin pasti ada bidang usaha yang saling mendukung di beberapa tempat dan tidak harus berebut lahan walaupun saling senggol-senggolan…

        Mhn maaf…

        Salam…

        Posted by Hibatillah's SH | 18 September 2012, 1:43 pm
        • saya bingung lo..mas hibatillah balas koment sampeyan?…koment saya yg berebut & senggolan yg mana ya?..dan yg dimaafkan apanya ya?..justru info (cerita) sampeyan bagus sekali utk masukan kita semua, kalo ampas tahu utk pakan kayaknya sdh umum tp jambu mete ini suwer saya baru tau mas, beberapa macam usaha yg bisa berdampingan dan saling melengkapi adalah salah satu usaha yg blue ocean karena bisa berkelanjutan dan ini adalah usaha yg selalu (paling) diburu oleh para entrepreneur sejati. seperti jawa pos usaha surat kabar berdampingan dengan usaha pabrik kertasnya jg usaha power plantnya so..gak ada matinya karena bisa saling melengkapi,bravo p.dis sang ceonya.

          Posted by pakde | 18 September 2012, 2:44 pm
  60. hebat sekali, i like Dis. Kapan giliran nelayan kita dibuatkan mesin listrik dan perahu2 yang canggih sehingga dapat menangkap ikan, sehingga ikan kita dapat mensejahterakan rakyat dan tidak dicuri asing. saya usul untuk setiap pencuri, kapalnya dan isinya disita, malingnya suruh pulang sendiri. penanganannya jangan berbelit2 sehingga dapat segera di eksekusi. tolak perjanjian bilateral tentang pencurian ikan yang sangat bodoh, misalnya dengan malaysia yg isinya kalau tdk salah kewajiban kedua fihak untuk tdk menangkap nelayan yg mencuri ikan diwilayahnya. berapa luas laut indonesia dan berapa malaysia. tentu saja fihak malaysia akan lebih banyak mendatangi laut kita yg jauh lebih luas !

    Posted by andimustafa | 17 September 2012, 9:31 am
  61. tadinya mau nulis tentang petani di luar padi dan tebu.. tapi mungkin lain kali saja, (mutusin baca lagi MH ini bisi ada yg kelewat)

    Posted by tedi kp | 17 September 2012, 9:37 am
  62. beras menumpuk 3,6 juta ton di gudang-gudang bulog… pak Dahlan, jgn lupa mengoper bola umpannya ke jurusan/prodi sains-teknik dan lembaga penelitian di seluruh Indonesia… pastinya Bulog akan butuh teknologi penyimpanan bahan makanan yg mantab pula… suhu, kelembaban, tikus, serangga pasti jadi musuh yg bisa merusak kualitas bahan yg disimpan…

    Posted by Novrian Eka Sandhi | 17 September 2012, 10:42 am
  63. Abah DIs, You’re My next President. Ditunggu gebrakan berikutnya. sikat maling-maling, tikus-tikus di kementrian BUMN, biar cepet ngebut….. ayo. kami dukung!!!! G F DIs 2014 ( RI 1 )

    Posted by sofyan Usamah | 17 September 2012, 12:03 pm
  64. kalau bisa tidak cuma beras dan tebu, tetapi komoditas pertanian lain juga ditingkatkan produksinya

    Posted by sanji0ne | 17 September 2012, 12:43 pm
  65. Manajemen pangan nabi Yusuf:
    “Agar kamu bercocok tanam 7th berturut-turut secara sungguh2, kemudian apa yg kamu tuai hendaklah kamu biarkan ditangkainya kecuali sedikit unt kamu makan” mempunyai makna:
    1. Bercocok tanam secara sungguh2. Perspektif jangka panjang, pertanian harus diprogram secara sistematis, mulai dari hulu (pengadaan benih, pupuk, obat, irigasi, tenaga penyuluh) sampai hilir (panen & pasca panen). Domain pemerintah sangat jelas hrs mampu mensinergikan bumn pangan, deptan, akademisi & institusi pendukung untuk memetakan masalah pangan & solusinya kedepan.
    2. Biarkan ditangkainya. Perspektif jangka menengah agar menyimpan/mengawetkan pangan sbg stok menghadapi masa krisis. Peranan bulog selain sbg pengawal stok pangan jg harus mampu menjaga kestabilan harga. Dalam tataran swadaya masyarakat perlu juga dikembangkan koperasi & lumbung padi sbg ketahanan pangan lokal.
    3. Sedikit untuk kamu makan. Perspektif jangka pendek dgn membiasakan pola makan secukupnya berdasarkan kebutuhan (tdk konsumtif). Semua progam pangan akhirnya kembali kpd masyarkat sendiri. Swasembada pangan akan tercapai jika ada pemerataan pangan secara adil. Masyarakat mampu hrs menghindari sifat konsumtif demi saudara sendiri yg belum mandiri pangan.

    Dalam menghadapi masalah pangan, agama tdk mengajarkan untk berhutang atau mengimpor. Melainkan manajemen stok pangan yg diselenggarakan negara. Kedepannya ditingkat petani perlu diarahkan untuk bs berinvestasi (tdk hny bisa berhutang) dibidang pertanian. Sbg usaha meningkatkan taraf hidup & kemandirian petani.
    Salam sukses.

    Posted by Disfans | 17 September 2012, 12:59 pm
  66. Kenapa ya kalau baca tulisannya pak Dahlan, saya selalu menjadi optimis dengan masa depan Indonesia. Menjadi bersemangat untuk yakin bahwa Indonesia maju? Tapi, kalau baca berita2 di koran, rasanya jadi sebaliknya…? Kenapa pemimpin kita saat ini tidak bisa memberi harapan, semangat dan optimis?

    Posted by Mochamad Yusuf | 17 September 2012, 1:03 pm
  67. PT Sang Hyang Seri, PT Pertani, PT Pupuk Indonesia, Perum Bulog bermain dengan “total-football”… sebuah istilah yang pas sekali
    Pemain yang ahli di bidangnya masing – masing dan istiqomah up-grading

    Posted by Desi Anugrah | 17 September 2012, 1:13 pm
  68. Hati-hati kepada segala pejabat, agar tidak menjanjikan permintaan pak Dahlan, bisa jadi seperti pada lahan di Kaltim ini. Yang akan terus diingat oleh pak Dis. Karena sangat memberi harapan didepan, kenyataannya lahan tsb tidak/blm ada. Memang seharusnya kepala daerah sekarang lebih menguasai segala potensi yang mereka punyai.

    Posted by wahyu sugiharto | 17 September 2012, 1:14 pm
  69. Tulisan pak DIS selalu membawa semangat baru… mudah-mudahan menjadi kenyataan…. alhamdulillah apabila terjadi kini Indonesia sudah kembali ke zaman lalu gemah ripah loh jinawi..

    Posted by dewi syahrul | 17 September 2012, 1:37 pm
  70. Maaf.
    Pt. Berdikari nyang jualan meja kursi ame asuransi sapi ntuh ikut senggol2an ape kagak ye? Kan kotorannye sapi bise buat pupuk?
    Maaf

    Posted by Mpok Minah | 17 September 2012, 2:08 pm
  71. syukurlah kl panen tahun ini menggembirakan….
    petani menjadi bisa tersenyum…

    Posted by Beyond Steel | 17 September 2012, 2:48 pm
  72. sudah sembuh to pak?

    Posted by JualBesi&Baja | 17 September 2012, 2:56 pm
  73. Pertanian indonesia yang sebenarnya sangat potensial
    dari segi iklim, alam yang luas dan mungkin bakat yang di turunkan nenek moyang kita adalah merupakan harta karun terpendam dan perlu kita sukuri dengan kerja keras untuk kemajuan di bidang ini
    karena penting untuk pangan negara kita supaya terjamin.
    Selalu mendukung langkah Bapak Dahlan Iskan terutama untuk memajukan sektor pertanian kita 🙂

    Posted by orderdesign | 17 September 2012, 3:11 pm
  74. Yg sy tahu kerikil bukan bahan oplosan beras. Bisa jadi selama proses penggilingan (slep) padi mjd beras & packingnya tdk dlm kondisi bersih (tercampur kerikil)

    Posted by Disfans | 17 September 2012, 3:40 pm
  75. Sori mlorot. Komen buat cap mangga & koreksidiri diatas

    Posted by Disfans | 17 September 2012, 3:54 pm
  76. siiiiiiiiiiiiiip

    Posted by azham kkhairan | 17 September 2012, 4:06 pm
  77. “Semua barang harus ada di semua kios. BUMN mana pun pemiliknya.”. Awas!!!! ini perintah Pak Bos… siap-siap diinspeksi secara random (acak) dan mendadak di sudut-sudut penjuru nusantara.

    Posted by Djoko Sawolo | 17 September 2012, 4:41 pm
  78. biar rame :
    sy kira tadiny pa dahlan ini sering turun k lapangan (TKP), tp stlh baca buku harianny ini (laporan) sy jd agak ragu tentang gosip itu 😦
    sy seorang PETANI, namun semua laporan d buku harian ini semata hanya teoritis yg tidak valid secara de facto…mari kita mulai menguak fakta :
    1. “Bulog pun mengerahkan “pasukan semut” yang merayap ke desa-desa dan ke sawah-sawah di seluruh Indonesia”
    agak GELI gmn gitu baca ini 😀 ..satu hal yg perlu kita ketahui, mngkin mksd dr pa dahlan ini adlh CALO atau TANGKULAK yg sering nongkrong d sawah ketika musim panen tiba. sambil coba menjatuhkan harga gabah para petani yg lelah selama 3-4 bln menggarap sawahny dengan biang keringat (sudah bkn pake kringat lg). kita jg harus tau bahwa harga gabah yg d patok pemerintah itu tidak sesuai dngn apa yg ada d TKP. contoh pemerintah mematok membeli gabah petani dngn haraga Rp. 4.400 (kurang lebih), namun kenyataannya harga kami hanya d beli paling BAGUS itu cuman Rp. 4.100…sedangkn yg kurang bagus bisa jatuh sampai Rp. 3.500…
    sy skrng ngerti knp pa dahlan mengatakan “pasukan semut”, ternyata pasukan semut disini artinya CALO atau TENGKULAK yah 😀
    2. ““Jaga-jaga” itu juga penting mengingat kecukupan beras tidak bisa disepelekan “misalnya, sekadar karena untuk gagah-gagahan.”
    😀 ternyata pa dahlan ini pintar comedy jg…satu hal yg perlu kita ketahui…ketika pemerintah mengimpor beras, terjadi ketersediaan pangan yg cukup d pasaran (tentu d gudang BULOG jg), ketika beras tersedia dlm jmlh cukup tentu itu menyenangkan bagi msyrkt Indonesia.
    Tp tentang apa yg d katakan oleh pa dahlan dengan mksd “gagah-gahan” ini menyakitkn bagi kami, bgmn tdk! jk jmlh beras membeludak d gudang (artiny dlm jmlh besar yg bisa d konsumsi masyarkt Indonesia) tentu ini PROBLEM bagi kami (Petani)…krn ketika jmlh beras lebih dr jmlh konsumsi msyrkt terjadi penumpukan, ketika terjadi penumpukan artiny pemerintah hanya membeli seperluny dr Petani, yg artiny lg petani menejrit krn harga gabahny JATUH TOTAL krn d jual kpd penadah yg hargany angin2an…
    3. “Bahkan, pada musim tanam mendatang, program BUMN yang disebut Gerakan Peningkatan Produksi Pangan Berbasis Korporasi (GP3K), dengan program yarnen alias bayar setelah panen, dinaikkan dua kali lipat”
    perlu diketahui, bahwa perogram ini d tingkat desa itu d pegang oleh para LINTAH DARAT, knp bisa begitu? yah tanya kan sj sm pa dahlan…bayar panen adalah istilah bagi penggarap sawah ketika mereka berhutang diawal tanam dan membayarny dengan bunga saat panen…itulah yarnen
    4. “Seluruh BUMN bidang pangan (PT Sang Hyang Seri, PT Pertani, PT Pupuk Indonesia, dan Perum Bulog) terjun secara “total-football”.”
    yg sy ketahui ada sebuah gudang yg telah porak poranda d ujung persimpangan kecamatan, dengan nama PT Pertani…MUBAJIR klw sy sebut itu, krn tanah dan bangunanny sudah tdk berpenghuni apa lg beroperasi…Perum BULOG pun tdk “total-football” melainkan TIKITAKA…yaitu menunggu UMPAN dr para tengkulak BESAR yg di bebani BULOG untuk MENYETOR gabah kering…biasany BULOG menyuruh/memandatkn kpd TANGKULAK BESAR untuk memberikan GABAH kering dengan jumlah yg telah disepakati (anehny UANG itu d setor d awal tentu dngn jumlah sesuai gabah yg harus d setor)…BULOG menyetorny dngn harga beli yg telah d sepakati pemerintah, namun setelah sampai d tangan tengkulak harga menjadi miring sprt CACING…entah bgmn ini mekanismeny…

    Posted by saeful | 17 September 2012, 4:57 pm
    • nunggu respon dan pencerahan atas komennya pak Saeful….

      Posted by cak soen | 17 September 2012, 6:12 pm
      • iya betul betul… saya juga ikutan boleh ya Om Cak Soen..
        Tapi Om Saeful.. ini beneran Om Saeful yang ‘itu’ kan Om? Koq agak2 belepotan gitu..
        eniwei, komen Om ini jadi masukan yang amat bagus nih.. Ayo ayoo.. para punggawa, bikin rame dong

        Posted by Tedi KP | 18 September 2012, 8:38 am
        • om teddy, betul, kebetulan saudara saya banyak yang di daerah karawang, ya begitulah kira kira keadaan dilapangan, meskipun saya yakin tidak seluruhnya berlaku untuk di semua daerah

          Posted by saeful | 18 September 2012, 9:54 am
    • sudah, langsung aja tunjuk hidung: hal-hal yg disebut bang Saeful kayak begitu tuh terjadi di kabupaten mana, kecamatan mana, desa mana??? biar pak Dahlan langsung bisa melacak daerah situ wilayahnya Bulog divre berapa dan siapa kepala gudangnya. mungkin ada baiknya pak Dahlan menyebutkan daerah mana saja yg sdh terjadi pertandingan ‘total football’ yg dimaksud…

      Posted by Novrian Eka Sandhi | 17 September 2012, 7:26 pm
    • Selama belasan tahun dilupakan oleh pemerintah, secara de facto memang begitu itu keadaan pertanian di lapangan…
      Hal itu lah yang ingin dibongkar oleh Pak Dahlan.
      Setelah kickoff di musim tanam dua bulan lagi, sama-sama kita wasiti pertandingan ini.
      Ada penyelewengan? Kesalahan? Kekeliruan? dan Kejahatan? Segera informasikan. Bisa melalui blog ini. Berikan rincian kronologis yang jelas serta tempat kejadiannya.

      Posted by M. Erick Antariksa SH | 17 September 2012, 8:47 pm
    • integritas mas saeful sangat saya percaya, perlu diteluri fakta2 yg disampaikannya. silahkan mas saeful dibongkar habis begitu juga teman2 lainnya. Jadi DI juga tidak terkecoh oleh laporan ABS.

      Posted by daya setiawan | 17 September 2012, 9:01 pm
    • Bagus sekali tulisan Bung SAEFUL … pencerahan, pembanding. Perlu ditindaklanjuti langsung oleh Pak Dis … agar kapok oknum bawahan yang melakukan penyimpangan ..

      Posted by Djoko Sawolo | 18 September 2012, 8:49 am
    • 1. Boleh tau Pak, harga yg ditetapkan pemerintah, misal Rp. 4,400/kg gabah, adalah harga dimana? Pinggir sawah atau Gudang Bulog.
      2. Pemerintah mengurus seluruh rakyat Indonesia, baik yang petani maupun bukan petani. Sampai saat ini setau saya data yg dimiliki oleh Deptan, BPS dan Bulog untuk hasil panen petani masih saling berbeda. Sehingga sangat wajar jika pemerintah juga menjaga rakyat Indonesia yg bukan petani. Tetapi dengan melihat daya serap beras yg sudah di beli Bulog saat ini 2,6 jt dibandingkan tahun sebelumnya, pendapatan petani seharusnya sudah ada perbaikan di banding tahun sebelumnya pula.
      3. Yamen memang mempunyai kemiripin dengan lintah darat. Malah saya kira Pak Dis menggambil ide dari para lintah darat tsb. Kalau anda menjual barang dengan cash, maka akan berbeda harga jualnya ketika anda menjual dengan kredit atau mundur di belakang. Ini sangat wajar. Malah aneh kalau harganya sama ( ini tugas pemerintah dengan pemberian subsidi). Dan ada perbedaan yg sangat jelas antara yamen dan lintah darat. Di yamen seHARUsnya ada pembinaan dari BUMN (dari pemilihan bibit, pemakaian pupuk dan pengolahan sawah. Malah seharusnya pembinaan koperasi pun harus dilakukan oleh BUMN) yg mana Lintah Darat sama sekali tidak mengurus hal ini.
      4. Namanya baru permulaan, tiada gading yg tak retak.

      Menurut saya, KUD adalah kuncinya. Ketika kita mau membangun masyarakat, dan bukan orang perorang, maka KUD sebagai salah satu pilar ke MASYARAKAT an harus diberdayakan. Ketika KUD bisa dikelola dgn managemen modern dan nafasnya adalah perbaikan petani ( bukan nafas 2014) semoga petani akan jaya.

      Posted by uyung | 18 September 2012, 11:10 am
    • Sekedar ingin menambahkan :

      Pernah terbesit keinginan untuk memajukan pertanian & perternakan di Indonesia tetapi minimnya informasi dan komunikasi dari pemerintah membuat saya kesulitan untuk bersungguh-sungguh terjun untuk memajukan sektor pertanian

      Kesulitan – kesulitan yang ada :

      1. Sesungguhnya petani masih “SULIT MENDAPATKAN KREDIT” baik dari koperasi maupun dari bank
      2. Walaupun pemerintah sudah mematok harga untuk komoditas – komoditas yang ada, tetapi “HARGA
      YANG DITERIMA DILAPANGAN” sesungguhnya tidak pernah sesuai yang dianjurkan oleh pemerintah.
      3. Pemerintah tidak pernah membuat “PERENCANAAN DAN KONTROL TANAM”. Disini saya merasa para petani
      seolah-olah ditipu oleh pemerintah, bagaimana tidak? Sebagai contoh, karena dilapangan kekurangan
      kedelai, pemerintah menghimbau masyarakat menanam kedelai dan alhasil banyak yang menanam kedelai
      dan pada saat panen pemerintah tidak bisa menyerap hasil panen petani sehingga petani terpaksa menjual
      hasil panen kepada Tengulak dengan harga yang sangat miring. Miris bukan?
      4. “SUBSIDI BELUM BENAR-BENAR DIRASAKAN OLEH PETANI”

      Posted by Ahliank | 19 September 2012, 2:55 pm
    • saya sangat setuju dengan temuan yang kita temukan dan menjadi kwajiban kita untuk menyampaikan sebagai bhan informasi kepada semua pjbat BUMN yang berkompeten. Kalau perlu kita tunjuk lokasi pas nya biar cross cek nya mudah. Yang kita pahami bersama … yang disampaikan bung DIS adalah pola kerja yang akan dan sedang mulai berjalan/ dilaksanakan. dan semua orang tahu bahwa masih banyak yang amburadul di lapangan. semuanya kan butuh proses, tidak mungkin sebuah kebaikan akan terbentuk dalam waktu singkat. mari kita sebarkan harapan ( HOPE ) ini sekaligus mengawalnya bila kita bertepatan tahu/ bersinggungan dengan permasalahan yang dibahas. ini butuh partisipasi kita semua ……

      Posted by zaenal | 19 September 2012, 6:06 pm
  79. ninggali JejaKKKKK dari Balikpapan…. Jadi Pengen Pulang kampung dan menjadi PETANI………….

    Posted by Ridwan Fajar | 17 September 2012, 5:21 pm
  80. Mas komennya kok blepotan, gak runtut spt biasanya

    Posted by Disfans | 17 September 2012, 5:24 pm
  81. sekarang pada fokus di pangan beras & bulog.
    pernah di bahas disini dulu masalah garam….
    dan kmrn sudah agak lama saya lihat di tv sekitar 3 mingguan kurang lebih
    sodara2 kita yg di Madura teriak-teriak tentang garam ekspor
    tlg untuk di bahas lg
    Terima kasih.

    Posted by kawulo alit PJKA (pulang jum'at kembali ahad) | 17 September 2012, 5:25 pm
  82. Ninggalin jejak dulu…

    Posted by 2nrae | 17 September 2012, 5:48 pm
  83. Pasukan semut…Malu aku malu….pada semut merah…yg berbaris di sawah…menatap’ku curiga seakan poenuh tanya?sedang apa di sini…..Membaca MH jawab’ku….xixixi..baru tahun ini bapak’ku tersenyum bangga dengan hasil kerja keras’nya…Pabrik gula pabrik gula membeli tebu dri petani tebu ssuai dan transparan dengan rendemen dan harga’nya…trima kasih pak dahlan yg membuat petani tebu seperti bapak’ku lebih merasa di hargai keringat dan kerja keras’nya di sawah…salam Dis’mania,Dahlanisti,Di’lovers sebumi Nusantara..

    Posted by wongcilik | 17 September 2012, 6:37 pm
  84. @pakde membuat pakan ternak skala kecil bs menguntungkan karena kebanyakan bahan bakunya gratis, tanpa ongkos kerja & transportasi. Namun kekurangannya nilai gizi tdk terukur & tidak awet.
    Untuk ternak skala besar semua hrs terukur dgn manajemen lbh rumit, menyangkut biaya & hasil produksi serta distribusi. Shg masalah harga pd salah satu komponen menjadi sensitif.
    Solusi yg bs coba adalah mengembalikan ke siklus alam secara terkontrol. Dalam artian agar efektif, usaha peternakan hrs satu paket dgn pertanian karena saling menunjang. Limbah pertanian adalah pakan ternak & limbah ternah adalah pupuk pertanian. Sistem ini sdh dilakukan oleh nenek moyang kita, dan terbukti bs berswasembada pangan.
    Semoga bermanfaat

    Posted by Disfans | 17 September 2012, 6:57 pm
    • betul mas disfans namun kekurangannya nilai gizi & tdk awetnya itu saya yakin bisa diatasi kalo kita out of the box misal asam amino bisa diambil dari minyak jangkrik atau ulat kandang (pakan burung & ikan yg bisa dibudidayakan) sedangkan ampasnya (dari tubuhnya)bisa jd tambahan pakan krn kandungan proteinnya tinggi sekali,utk masalah awet dikurangi aja kandungan airnya jd dibawah 15%, paling murah dgn cara dijemur,mau cepat & tdk terkendala cuaca ya..di oven.
      suatu usaha apapun bila ingin berhasil dengan aman memang harus terukur plus manajemen yg baik,dan utk mslh harga justru kita harus bisa ber swa sembada di byk hal spy bisa menurunkan biaya produksi yg dikarenakan selalu tergantung pd bahan baku (komponen) dari luar yg biasanya bisa menimbulkan kelangkaan,salah satu contoh langkah nyata mengatasinya ya..persis spt yg diurai p.dis di mh kali ini.
      utk sistim siklus bagus tp utk skala kecil kalo besar investasinya akan besar sekali krn ada 2 usaha.

      sangat menarik,diskusi di blog seperti ini jarang lho mas..dan bisa jd nanti dengan tema yg beda seperti mslh garam,perikanan,angkutan, dll. (kecuali energi he..he..he..)

      Posted by pakde | 17 September 2012, 8:13 pm
  85. Sy sangat setuju jik program swasembada daging dijadikan satu paket dgn program pertanian & perkebunan. Spt program sapi-sawit atau sorgum di padang savana, selain memaksimalkan potensi, jg ramah lingkungan

    Posted by Disfans | 17 September 2012, 7:20 pm
    • mestinya presiden yg mikirin itu, lalu bikin menterinya kompak supaya bisa sinergi…

      Posted by Novrian Eka Sandhi | 17 September 2012, 7:29 pm
      • Mas Pakde, Mas Disfans, Mas Novrian dan mas-mas yg lain…

        Selama ini kita sering melihat “kebingungan” para petani skala kecil (pedesaan/perumahan) maupun “petani” skala besar (perkebunan sawit, tebu, teh, tembakau, cengkeh, karet dsb…) menyangkut masalah proses budidaya (mulai dari pembukaan lahan sampai dengan panen) dan pemasarannya…

        Contoh paling sering terjadi adalah kelangkaan pupuk. Hampir setiap proses penanaman para petani (terutama yang berskala kecil) sering mengeluh kelangkaan pupuk. Padahal secara sederhana kita semua tahu bahwa pupuk merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari pertanian yang notabene bagian keseharian sebagian besar masyrakat kita. Yang membuat miris, kelangkaan pupuk seolah-olah (bahkan ada tuduhan) disengaja oleh oknum tertentu demi keuntungan pribadi….

        Mas-mas sekalian… Saya membayangkan kalau para pemimpin kita “di sana” berkomitmen bahwa semua yang dilakukan demi kemakmuran rakyat, alangkah indahnya. Bayangkan, misalnya seluruh menteri (yang berkaitan dengan pertanian dari proses dan pemasarannya) saling bahu membahu, alangkah indahnya… Berkaitan dengan ilustrasi di atas misalnya, khususnya masalah pupuk, kelangkaan yang menyengsarakan petani diatasi dengan MoU antar Menteri bahwa petani akan diberi jaminan tdk lagi ada kelangkaan pupuk dan jaminan hasil pertanian tidak akan pernah mengalami anjloknya harga… Saya yakin seyakin-yakinnya bahwa hal tersebut bisa dilakukan dengan catatan semua punya komitmen yang sama untuk menyejahterakan rakyat…

        Mohon maaf…

        Salam…

        Posted by Hibatillah's SH | 20 September 2012, 1:43 pm
        • mas hibatillah saya juga bingung dengan pola pikir dan tingkah laku masyarakat kita khususnya petani mengenai pupuk!?#*/$…haruskah kita selalu menggunakan pupuk kimia?..(urea,npk,za,dll.) padahal kita tau dampak jangka panjang penggunaanya pada lahan/tanah jadi jelik dan kejadian kelangkaan dan mahalnya pupuk tsb sdh berulang kali terjadi tp kenapa selalu diulangi terus ya?…
          kalo hal itu menimpa saya, saya akan cari alternatif lain dan out of the box,selama yakin bisa dan ada kemauan pasti berhasil mengatasi masalah yg ber ulang2 itu,bukankah sekarang telah banyak yg menggunakan pupuk organik,dan hasilnya jg byk yg sdh membuktikan keberhasilannya baik itu bikinan sendiri maupun beli jadi. bahkan obat2annya pun sdh byk yg buat secara herbal/alami (non kimia),dan kalo bisa jgn terlalu tergantung pemerintah saat ini krn blm ada yg keliatan nyatanya,kecuali ada niatan yg kuat dari mereka utk sungguh2 membantu para petani ini,tentunya kecuali p.dis dlm hal ini (semoga).

          Posted by pakde | 20 September 2012, 7:53 pm
          • Pakde, saya sependapat dengan sampean…

            Para petani kita pasti jago “merekayasa” segala hal untuk pertanian. Mulai musim tanam sampai pemeliharaan (pemupikan)… Saya pernah berkomunikasi dengan nelayan tradisional yg biasa “timbul tenggelam” di tengah samudera, lautan lepas dengan alat perlengkapan kapal (perahu) yang sangat sederhana… Mereka yakin dengan kemampuan mereka sendiri karena alam telah menempanya sejak mereka lahir. Saya yakin di bidang pertanian (dan bidang lain juga) kemampuan mereka juga pasti hebat. Yang bikin miris, mereka sengaja “tergantung” pada kelompok tertentu utk kepentingan kelompok tersebut… Istilah seramnya “mafia”…

            Saya respek sama orang-orang yang berpikir dan bertindak out of the box utk “menabrak” segala sesuatu yang membelunggu kemajuan dan kesejahteraan… Saya mengagumi yang dilakukan Pak DI bukan semata-mata karena beliau seorang menteri, tetapi yg dilakukannnya simple, tdk bertele-tele, ga ambil pusing penilaian orang lain, sepanjang yakin yang dilakukan utk kepentingan banyak orang, jalan terus…

            Alhamdulillah, saya punya banyak teman seideologi di sini…

            Posted by Hibatillah's SH | 21 September 2012, 11:17 am
        • penyebab kelangkaan pupuk lebih kepada penggunaan pupuk yg serentak, dalam waktu pendek dan skala sangat luas. sedangkan berapa sih kapasitas gudang dan distribusinya. kalau saja petani mau menyetok pupuk barang 2 sak per petani sebelum penggunaan, maka kelangkaan tidak terjadi. ini terutama terjadi pada daerah tadah hujan.

          Posted by adhi | 21 September 2012, 5:39 pm
    • Indonesia negara agraris, dan mayoritas makan beras. Dengan koordinasi yang solid diantara BUMN pangan dan kerjasama yang mutual simbiosis dengan Petani diharap Indonesia akan kembali swasembada beras. Tapi ada hal yang penting lagi, bahwa kita hidup di negara “Tongkat dan Kayu jadi Tanaman” untuk itu kita perlu mulai action DISVERSIFIKASI PANGA, dan mensosialisasikan kuliner sumber karbohidrat selain dari beras. Sehingga ketahanan pangan kita bisa suitable jika ada emergency beras.

      Posted by Jack | 17 September 2012, 9:55 pm
  86. hebat,,semangat.Semoga manajemennya dapat ditingkatkan 🙂
    semangat Laskar Semut, “jangan senggol-senggolan” lagi, apalagi kalo di jalan, bisa jatuh tuh 😀
    Hamasah…..

    Posted by Rizky Maharja | 17 September 2012, 9:42 pm
  87. @pakde di mh sebelumnya sy pernah mengusulkan, untk meningkatkan sektor peternakan, pemerintah hrs memperlakukannya sama spt sektor pertanian. Jika dipertanian pemerintah bs all out dgn memberi subsidi & menjaga stabilitas harga, tp kenapa tdk disektor peternakan?
    Pemerintah bs memulai dgn memberi subsidi biaya pakan (yg bs sampai 60% dr biaya produksi) spt subsidi pupuk pd pertanian. Atau pemerintah jg perlu mendirikan pabrik pakan ternak & menjual dgn hrg terjangkau. Juga perlu memberikan kemudahan kredit dgn sistem yarnen spt pd pertanian. Jk tdk, prinsip ekonomi yg berlaku. Usaha yg menguntungkanlah yg bertahan. Dan sektor peternakan selamanya tdk akan mandiri, karena msh dianaktirikan.

    Posted by Disfans | 17 September 2012, 9:53 pm
    • usul yg bagus mas disfans..memang harusnya peternakan bisa bersanding dgn pertanian tp masalahnya pemerintah (bumn) kayaknya belum punya pabrik pakan ternak yg bisa membantu kebutuhan para peternak seperti pupuk,benih dan obat utk para petani,hal ini bisa jd krn anggapan pemerintah hasil peternakan bukanlah kebutuhan pokok seperti beras dan bila subsidi dikelurkan utk peternak saat ini yg diuntungkan bukanlah peternak tp produsen pakan ternaknya yg notebene adalah para pengusaha besar dan kebanyakan investor asing.

      Posted by pakde | 18 September 2012, 5:25 am
      • Saya juga setuju penyelarasan porgram juga dilakukan antara pertanian dengan peternakan sehingga hasilnya pertanian dan peternakan bisa maju bersamaan. Namun penyelarasan program menurut saya tidak hanya pada pertanian dgn peternakan saja namun juga bisa lintas sektoral yg lainnya. Bidang Industri dan perumahan misalnya, pembangunan industri dan perumahan yg pesat saat ini selain membuat saya gembira namun juga membawa keprihatinan bila lahan-lahan pertanian yg subur dan potensial menopang lumbung pangan kita berubah menjadi lahan industri maupun perumahan.

        Bukankah sebaiknya lokasi industri, perluasan kota dan daerah pemukiman di lokalisir, bila lahan tersebut tdk mencukupi maka model pembangunannya tdk lagi meluas namun meninggi. Sepertinya bila program industri dan perumahan tdk selaras dgn pertanian maka program pembukaan lahan pertanian baru akan mjd sia-sia, di tahun-tahun mendatang jumlah lahan akan terus berkurang. Akhhirnya akan ada terus program buka lahan baru yg ujung-ujungnya giliran hutan-hutan kita yg merana.

        Posted by TORO | 18 September 2012, 10:05 am
  88. Permisi numpang lewatt.. ,saya adalah anak petani,lahir dan besar di desa yang mayoritas penduduknya adalah petani.Dari sekian banyak permasalahan pertanian yang di uraikan PakDis,ternyata sekarang bertambah satu lagi… yaitu langkanya tenaga kerja untuk menggarap lahan pertanian yang ada!.Seperti yang saya ketahui pertanian kita sekarang masih dikerjakan secara tradisional,yang membutuhkan banyak tenaga kerja.Dari mulai menggarap lahan untuk persiapan tanam,menanam benih padi,sampai memanennya itu butuh banyak tenaga kerja.Sedangkan semakin hari anak-anak petani semakin berkurang yang mau meneruskan profesi orang tuanya menjadi petani..(ada yang mau jadi buruh tani? he..he..he..)sehingga yang terjadi adalah kelangkaan tenaga kerja,contohnya ketika musim tanam(tandur boso jowone)petani yang memiliki sawah kadang harus berebut mencari orang untuk tandur.Dan kelangkaan tenaga kerja ini menjadikan upah buruh tani semakin mahal… Jadi perlu di pikirkan juga masalah penyediaan tenaga kerja.

    Posted by akbarrisgiawan | 17 September 2012, 10:22 pm
  89. Sent from my Nokia phone

    Posted by iwinnawantiana | 18 September 2012, 3:02 am
  90. Permasalahan kurangnya tenaga kerja pd sektor pertanian bs diatasi secara mekanis dgn teknologi pertanian. Masalah yg lebih utama adalah paradigma bahwa usaha pertanian tdk prospektif & membanggakan bagi generasi muda, karena melihat nasib ortunya. mereka lebih suka bekerja di sektor formal & industri, padahal sektor pertanian sangat prospektif & padat karya. Perlu ditumbuhkan jiwa enterpreneur pertanian pd generasi muda terutama lulusan pendidikan pertanian & kedokteran hewan. Perlu disadarkan bahwa ‘habitat’ mereka dipedesaan bukan diperkotaan. Jargon ‘lebih baik jadi juragan tani drpd jadi buruh pabrik’ perlu digaungkan untk menandingi ungkapan ‘bisa usaha apa saja selain pertanian’

    Posted by Disfans | 18 September 2012, 6:46 am
    • Saya setuju bung DISFANS,bahwa untuk mengatasi masalah kekurangan tenaga kerja ini dengan teknologi,dan saya setuju juga dengan mengubah paradigma itu adalah jalan keluar agar generasi muda kembali bersemangat menjadi petani… ,dan yang jelas mengubah paradigma itu lebih sulit dari pada mengajarkan teknologi kepada petani,butuh waktu lebih lama dan juga siapa yang akan mengajarkan perubahan itu?.Sementara seperti yang kita tahu bahwa di sekolah sekarang mengajarkan pola pikir menjadi pekerja atau pegawai…

      Posted by akbarrisgiawan | 18 September 2012, 3:40 pm
  91. Tiap kali saya baca tulisan pak dahlan ini, tak terasa tangis haru dan bangga keluar menetes tak terasa, MH serasa tambahan gizi berharga untuk rakyat negara ini, tulisan ini sangat terasa untuk memotivasi diri, jika d̶̲̥̅̊υ̲̣̥l̶̲̥̅̊υ̲̣̥ bung karno dengan orasinya, mungkin DI dengan MH ήγª, yaAllah barokahillah kami, negara kami, saudara2 kami, untuk pak DI barokallahu fiik

    Posted by gabriel | 18 September 2012, 9:34 am
  92. Kenyataannya masih banyak tengkulak yang berkeliaran membeli hasil panen petani dengan harga rendah. Bulog entah kemana. Kalau sudah begitu, petani yang memeras keringat tengkulak yang lebih banyak memanen hasilnya.

    Posted by hantowidyastomo | 18 September 2012, 10:00 am
  93. Produksi beras th 2011 sebesar 66 jt ton, sementara stok beras bulog th ini 3,1 jt ton. Jadi beras yg beredar diluar bulog msh sangat besar. Mekanisme pasar beras berlaku disini. Keberadaan para tengkulak, pengepul, & pedagang akan selalu ada sbg matarantai distribusi.
    Indonesia menganut sistem ekonomi pasar bebas (liberal) bukan komunis. Yg menyerahkan sistem ekonomi pd mekanisme pasar, termasuk penentuan harga. Fungsi bulog yg terpenting adalah menjaga stok pangan (beras). Bulog akan membeli kelebihan beras ketika panen raya & menjualnya ketika paceklik. Selain itu juga sbg pengontrol (bkn penentu) harga beras. Bulog akan menjual beras dgn harga murah (subsidi) ketika harga cenderung naik.

    Posted by Disfans | 18 September 2012, 2:18 pm
  94. I love Diz day…..

    Posted by wongcilik | 18 September 2012, 5:41 pm
  95. Penentuan harga beli gabah/beras oleh bulog akan selalu menjadi dilema & polemik. Disatu sisi jika terlalu murah akan merugikan petani, disisi lain jika terlalu mahal akan memberatkan masyarakat. Hal itu terjadi karena pemerintah memandang masalah bersumber dr harga gabah/beras saja. Padahal perekonomian kita menganut sistem pasar bebas. Pemerintah tdk bs mematok harga beras tanpa memonopolinya.
    Solusi yg bs diterapkan adalah merubah sudut pandang permasalahan yg sebenarnya, bukan pd penentuan harga tp pd marjin yg diperoleh petani dan daya beli masyarakat. Bagi petani, dr usaha pertaniannya yg terpenting adalah memperoleh keuntungan. biarpun harga murah, asal msh untung tdk jd masalah. Dan keuntungan terbaik yaitu dr kenaikan hasil produksi bkn dr kenaikan harga jual. Sementara bagi konsumen masalah harga adalah relatif. Walau sudah murah (spt bbm bersubsidi) tapi jika daya beli kurang maka akan terasa mahal. Begitu juga sebaliknya.
    Untuk itu program pemerintah seharusnya fokus pd peningkatan produksi beras & daya beli masyarakat. Peningkatan produksi dgn cara efisiensi produksi. Peningkatan daya beli dgn cara efisiensi birokrasi.
    Salam sukses.

    Posted by Disfans | 18 September 2012, 7:52 pm
    • Benar, penentun harga gabah bisa menciptakan polemik. Pemerintah tdk bisa memonopoli pasar, namun rasanya kesejahteraan petani juga perlu diperhatikan, bukan semata petani asal untung tdk peduli untungnya berapa. Kalau keuntungan petani minim, misalnya untuk daerah terpencil dimana belum tercover Bulog maka gabah tidak dibeli bulog melainkan oleh tengkulak baru oleh tengkulak dijual ke bulog, maka ada margin keuntungan yg berkurang dari petani. Keuntungan yg minim dari hasil pertanian akan membuat taraf kesejahteraan petani tdk meningkat sehingga mungkin akan membuat generasi penerusnya kurang tertarik melanjutkan usah pertanian dan berpaling ke usaha lainnya yg memberikan keuntungan lebih.

      Mekanisme penjualan gabah dari petani ini yg mungkin juga perlu kita perhatikan, jangan sampai petani terus-terusan hanya bisa menjualnya ke tengkulak karena keterbatasan tenaga/akses bulog ke patani-petani daerah terpencil misalnya. Menurut saya keberadaan koperasi petani asal dikelola dengan baik bisa menjadi solusi penjembatan petani dengan Bulog. Slogan Koperasi; “Dari Anggota Untuk Anggota” yang dulu sempat bergaung hebat dan berjaya akan kembali bergema.

      Untuk daerah yg sdh tercover bulog shg bulog bisa langsung bekerja sama dengan petani tentunya sdh akan memberikan harapan baik bagi kesejahteraan mereka tanpa campur tangan tengkulak.

      Yang belum sempat disebutkan dalam MH kali ini, Apakah semua kabupaten dan kecamatan di Indonesia sudah tercover oleh BUMN pangan? seandainya ada yg belum tercover bagaimana penanganannya?

      Semoga pada kickoff total football BUMN pangan pada 2 bulan yg akan datang kita bisa mendapatkan gambaran yg lebih jelas dan kita semakin semakin semangat sbg negara agraris kita bisa melihat petani-petani kita menjadi juragan-juragan pertanian di negeri sendiri.

      Posted by TORO | 19 September 2012, 9:22 am
  96. like Dis

    Posted by piber | 18 September 2012, 10:23 pm
  97. Dua minggu kemarin saya jalan jalan ke Subang, padi disana sudah ditanam dengan metode SRI. SYSTEM RICE INTENSIFICATION ini terbukti mampu menurunkan biaya tanam padi dan meningkatkan produksi secara signifikan. Jadi petani lebih untung. Ketika jalan jalan ke kediri, malang hingga jember, belum terlihat sistem SRI ini. Apakah Pak Dahlan sudah mengetahui sistem SRI, mungkin bisa mengundang DR. Mubiar Purwasasmita dari Teknik Kimia ITB, untuk berdiskusi dan berbagi pengalaman.

    Posted by Papa Dido | 19 September 2012, 8:09 am
  98. hormat kami dari angkatan petani kecil.

    Posted by pundung kingdom | 19 September 2012, 9:10 am
  99. Hebat dan salut buat kepemimpinan Pak DI,semoga dimasa yg akan datang kita tidak perlu impor pangan(beras,kedelai,sapi,garam dll),masukan,saran/penyuluhan dan pengetahuan manajemen sangat perlu diberikan pada petani.Juga sebaiknya Bulog tetapkan harga beli hasil pertanian pada saat mulai menanam agar saat Panen Raya petani tdk dirugikan dan petani tau akan hasil dan menanam yang cocok dan menguntungkan.Indonesia Merdeka 2014 dengan Proklamator Pak Dahlan Iskan,Indonesia Jaya 2015 di Pimpin Pak Dahlan Iskan semoga bapak tetap sehat dalam lindungan Tuhan yg maha kuasa.Luuuuuuuuar biaaaaaaaasa.

    Posted by toga | 19 September 2012, 9:19 am
  100. Keunggulan pola tanam padi sistem SRI (system rice intensification):
    1. Hemat penggunaan air, hny 50% dari cara konvensional. Karena sawah tdk perlu digenangi cuma dijaga spy basah & lembab.
    2. Hemat pemakaian bibit, cuma sekitar 10% dr cara tradisional. Karena jarak tanam lbh lebar dgn rumpun tanam lbh sedikit.
    3. Hasil panen meningkat min 20%. Bisa sampai 100% tergantung kesuburan tanah.
    4. Efisien dlm pemakaian pupuk, apalagi secara organik akan sangat mengurangi biaya pupuk.

    Secara keseluruhan sistem SRI dpt mengurangi biaya produksi namun meningkatkan hasil produksi/margin keuntungan. Inilah yg disebut efisiensi produksi padi.

    Posted by Disfans | 19 September 2012, 10:49 am
  101. Sungguh tulisan2 mingguan bapak sangat saya tunggu2, karena sangata menginspirasi. saya do’akan pak Dis selalu deberikan kesehatan oleh Allah swt

    Posted by D Jailani | 19 September 2012, 11:29 am
  102. Sepakat, untuk meningkatkan ‘daya tawar’ petani perlu membentuk organisasi semacam koperasi atau kelompok tani. Jangan hny mengandalkan bulog saja yg jangkauannya sangat terbatas. Fungsi koperasi sebenarnya sama spt bulog dlm skala lokal. Koperasi bs menampung padi anggotanya & menjualnya ketika harganya menguntungkan. Koperasi juga bs memutus mata rantai distribusi yg panjang dgn menjual beras langsung kekonsumen ato bekerja sama dgn pedagang.

    Posted by Disfans | 19 September 2012, 11:46 am
    • Ingat lho Bang DISFANS .. membentuk semacam Koperasi, bukan “Kuperasi”…

      Posted by Djoko Sawolo | 19 September 2012, 4:46 pm
      • Jadi gatel pingin usil….

        Saat ini lagi marak yang namanya kUperasi, dimana seorang atau sekelompok orang yg punya modal atau setidaknya punya modal nekat. bikin lembaga keuangan mikro dg mengurus legalitas hukum dg bentuk koperasi. Anggotanya cukup pinjam sejumlah KTP sbg syarat dasar keanggotaan (atau mungkin jg pesen ama tkg foto kopi aja dr pada susah2 minjem, tahu beres). Ijin keluar dg nama Koperasi Simpan Pinjam, jualan uangpun sdh bisa dimulai. Kalau kurang modal pinjam di bank biasanya mau berapa jg dikasih, tinggal nego suku bunga pinjaman
        minta keringanan nol koma sekian persen dg suku bunga yg berlaku. Trs dilepas kpd kreditur diatas bunga bank, kreditur otomatis dijadikan anggota. Anggotanya ya petani, bakul tempe, tukang tempe dan golongan yg selevel itu. Jangan harap anggota akan sejahtera. Setiap hari mandi keringat kerja keras hasilnya buat ngangsur kreditan tiap bulan. Ujung-ujungnya yg sejahtera ya cuma si empunya KUPERASI itu tadi. Naudubillahi mindzalik!

        Posted by Satrio Hatmoko | 19 September 2012, 7:42 pm
    • pengalaman KKN lalu, teman2 menemukan beberapa temuan, bahwa kelompok tani yang seharusnya, seyogyanya, menjadi wadah petani untuk mendapat kemudahan dan fasilitas bantuan dari pemerintah, malah beberapa oknum pengurusnya menjual bantuan pupuk dan bibit tembakau atau benih padi yang sedianya diberikan cuma2 kepada petani. Masih dijual di bawah harga pasar sich, tapi ya tetap juga namanya korupsi. Ada juga yang hanya diberikan kepada pihak2 tertentu saja sedangkan yang lain harus beli…

      payah deh!

      Posted by Wong Asor | 23 September 2012, 3:34 pm
  103. Nyambung lagi.
    Untuk mengatasi kekurangan fungsi bulog, kedepannya akan diterapkan sistem KBI (kliring berjangka indonesia). Pembahasan KBI ada pd MH sebelumnya. Sebuah sistem gudang resi yg memberikan modal kerja dgn jaminan hasil pertanian. Jadi petani bisa menyimpan hasil pertaniannya digudang pemerintah ketika harga turun & mengambilnya setelah harga menguntungkan. Selain memperoleh jaminan harga, petani jg memperoleh modal kerja selama hsl pertaniannya blm terjual.

    Sy berharap gudang resi ini nantinya ada ditiap kab/kecamatan karena bs mengatasi masalah tengkulak yg bnyk dikeluhkan petani. Hebat bukan? Meski bkn ide asli pak Dis, tapi patut kita dukung sgl usaha kearah sana.
    Jadi gak sabar menunggu pak Dis memproklamasikan ‘kemerdekaan’ Indonesia th 2014.

    Posted by Disfans | 19 September 2012, 1:08 pm
  104. Urung rembug,

    Saya adalah salah satu pengurus GAPOKTAN, informasi yang kami dapatkan mengenai program GP3K dan pinjaman lunak masih ada kendala bagi para petani, yaitu dengan pinjaman kurang dari 5juta per hektare para petani masih harus menyerahkan sertifikat/jaminan, dan paket produk yang diberikan bukan merupakan produk yang tidak semua petani menggunakan. Mohon agar hal ini dapat dibantu agar para petani dapat menjaga/membantu mencapai target yang sudah ditetapkan.

    Saya penah mengikuti pelatihan di Roemah Kelinci Bandung, apabila sistem manajemen tertutup roemah kelinci tersebut diterapakan pada pertanian, maka Insyah Allah para petani akan sejahtera.

    Posted by Kka Kusnanto | 19 September 2012, 2:13 pm
  105. Pak Kus … penyerahan sertifikat/jaminan dimaksudkan agar petani lebih disiplin dalam mengelola pinjamannya. Contoh : misalnya Pak Kus berhutang Rp100 juta dengan menyerahkan sertifikat/jaminan, maka Bpk akan bersungguh-sungguh mengelola pinjaman tsb.
    Setahu saya, si peminjam baik kaya atau ekonomi terbatas, laki – perempuan, tua – muda, abangan atau santri. Kecenderungannya menginginkan agar sang Pemberi Pinjaman memiliki sifat seperti “kasih ibu”, hanya memberi tak harap kembali.

    Posted by Djoko Sawolo | 19 September 2012, 4:44 pm
  106. Puas2in menikmati suguhan MH oleh Pak dahlan, semoga 2 tahun terakhir ini merupakan jangka waktu yg cukup untuk jadi momentum pembentukan karakter bangsa yg bermartabat dengan moto Kerja, kerja, kerja !!!

    Setelah 2014 saya tidak yakin Pak Dis masih bertahan jadi menteri apalagi menjadi presiden, kadang “Takdir Tuhan” harus digapai dengan ikhtiar, apalagi untuk posisi Presiden.

    Rasa pesimisme ini bukan tidak beralasan, krn sampai sekarang tidak ada parpol yg meminang Pak Dis untuk menjadi capres 2014…Apa jadinya nanti kalao presiden terpilih, yg notabene orang parpol, benar2 tidak memikirkan rakyat bnyk??

    Semoga pada saat kelam tersebut, virus2 MH sudah menyebar sangat luas bahkan bermutasi puluhan kali pada individu2 yg bergerak di bidang swasta dan Usaha2 Kecil Menengah untuk mengimbangi kelakuan2 birokrat kurup dan politikus busuk.

    (kompormeledug,com)

    Posted by Ricky | 20 September 2012, 6:58 am
    • Kalau sudah takdir, kemana mau lari? Mas Ricky, sudah ada lho parpol yang siap menjadi kendaraan. Partai Kebangkitan Bangsa Indonesia Baru (PKBIB) pimpinan Yenny Wachid, siap mengusung pasangan Mahmud MD – Dahlan Iskan menjadi Capres-Cawapres 2014. Kita tunggu saatnya saja.

      Posted by mito | 21 September 2012, 4:20 pm
  107. Aljamdullah saya ucapkan u Indonesia. Semangat oak dahlan semoga kerja keras Ini mendapat ridho dari ALlah swt.

    Posted by Anna | 20 September 2012, 8:18 am
  108. @jack difersifikasi pangan memanfaatkan sumber karbohidrat selain beras sdh didepan mata. Mahasiswa IPB sdh bs membuat mesin beras analog. Cara kerjanya dgn mencetak bahan baku spt singkong, ketela, sagu dll, menjd berbentuk beras. Produknya sementara msh dijual di supermarket krn harganya lebih mahal. Tdk menutup kemungkinan kedepannya bs diproduksi massal dg harga yg seimbang.

    Posted by Disfans | 20 September 2012, 3:18 pm
  109. Mas hibatilah & pakde kenapa nasib petani tdk pernah sejahtera, salah satunya krn selalu dijadikan objek pihak lain. Objek politik, objek program, objek eksperimen, juga objek ‘kuperasi’ .hehehe. Padahal peranan petani sangat besar, sbg penyokong ketahanan nasional.
    Sy usul, spy petani bs menjadi subjek perlu diadakan kompetisi antar kelompok tani binaan bumn. Kompetisi dalam perolehan padi rata2 perhektar tertinggi tiap kelompok tani. Pemenang akan memperoleh biaya pembinaan. Dan yg terpenting kiat2 sukses bertani bs ditularkan petani sendiri.

    Posted by Disfans | 20 September 2012, 9:34 pm
  110. biar ayam ga kelaparan d lumbung padi….

    Posted by muh mundir | 21 September 2012, 6:22 am
  111. Terjalinnya mutual simbosis antara Petani dan BUMN Pangan adalah langkah awal untuk menyesejaterahakan Petani, alangkah tambah prospektifnya kesejateraan rakyat pedesaan, jika dilibatkan dan dibimbingnya Koperasi – koperasi Desa oleh BUMN. Sehingga KUD bukan KETUA duluan URUSAN DUWIT, tapi apa seperti yang diamanatkan oleh UUD 45. Sehingga mimpi KUD sebagai kekuatan Ekonomi bisa real. Sekedar contoh kemampuan KUD bisa mengeksport produknya ke manca negara.

    Posted by Jack | 21 September 2012, 10:22 am
  112. ….gara-gara kmrn libur PILKADA…kupikir hr ini hr senin…. dr pagi nungguin MH…… cape deh..ternyata msh hr Jum’at…..

    Posted by yuni | 21 September 2012, 11:52 am
  113. Wah gmn jdinya klw semutpun sdh marah…

    Posted by sagoba | 21 September 2012, 9:21 pm
  114. lama gak maen kesini 😀

    kangen MH juga kangen pak Dis di twitter, sayang karena sering di bully jd mutung pake twitter

    Posted by akal sehat | 22 September 2012, 5:27 am
  115. Ayo swasembada………..

    Posted by Tukang Dodolan | 22 September 2012, 3:00 pm
  116. Pilkada Jakarta membuktikan:
    1. Parpol nggak penting, selain buat daftarin calon.
    2. Figur dan peran (kerja) lebih penting
    3. Isu SARA udah gak laku
    4. ………………………………………………….

    siapa mau nyambung?

    Posted by novi | 22 September 2012, 6:39 pm
  117. mimpi Beras Indonesia di Expor ke seluruh benua

    Posted by ard | 22 September 2012, 10:25 pm
  118. Mantap banget bang iskan opini-opininya…
    semoga dengan tulisan diatas dunia pertanian indonesia lebih maju lagi….

    Posted by Resep Masakan | 22 September 2012, 11:28 pm
  119. ikut imam yang baik ,,,yakin selamat

    Posted by zakaria | 23 September 2012, 11:58 am
  120. MH senin besok bahas apa ya?

    Posted by apasaja | 23 September 2012, 4:22 pm
  121. Abses disini aaahhhh.. Walaupun terlambat. Dengan perut kenyang + hati tentrem menuju bangsa yang mandiri. Dan semoga jurusan pertanian di PT-PT yang sempat kehilangan pamor kembali diminati oleh anak, saudara, ponakan dan anak-anak muda yang dekat dengan kita. Supaya tambah banyak lagi ahli-ahli pangan yang bisa mengamankan ketahanan pangan di negeri ini sampai berpulu, beratus tahun dan masa-masa selanjutnya. Terselip doa (selalu) untuk kesehatan pak Dis dan lindungan Allah SWT untuk beliau. Aamiin.

    Posted by akadarisman | 24 September 2012, 6:57 am
  122. Semoga Allah mendukung Rencana-rencana kerja anda PAk…..Barokallah…..Amin….

    Posted by Fuad Abu Amar Amsyari | 27 September 2012, 3:20 pm
  123. kapan pak rencana ekspansi BUMN pertanian ke NTT disini juga ada kabupaten Nagekeo dan Ngada di flores, kabupaten sumba timur dan sumba tengah di sumba yg punya tanah luas

    Posted by ez13 | 20 Oktober 2012, 12:35 pm
  124. dan mohon sosialisi program pangan yang berpihak kepada masyarakat kecil lebih gampang di akses
    ………..

    Posted by Pipik Jpkulon Tea | 27 Desember 2012, 12:59 pm
  125. pa mohon bantuannya agar saluran irigasi di kabupaten sukabumi propinsi jawa barat di bangun terus, karena 99 persen petani……

    Posted by Pipik Jpkulon Tea | 27 Desember 2012, 1:01 pm
  126. Dreaming is the first step that you have to make. While the act is the next step that you have to do

    Posted by PAULA ABDUL | 10 Februari 2015, 3:17 am

Tinggalkan Balasan ke Disfans Batalkan balasan