>>
Anda sedang membaca ...
Catatan Dahlan Iskan, Manufacturing Hope

Kursi Feodal Bertabur Puntung Rokok

Manufacturing Hope 4
Senin, 12 Desember 2011

Gaji dan fasilitas sudah tidak kalah. Kemampuan orang-orang BUMN juga sudah sama dengan swasta. Memang iklim yang memengaruhinya masih berbeda, namun plus-minusnya juga seimbang. Apakah yang masih jauh berbeda? Tidak meragukan lagi, kulturlah yang masih jauh berbeda. Di BUMN pembentukan kultur korporasi yang sehat masih sering terganggu.

Terutama oleh kultur saling incar jabatan dengan cara yang curang: menggunakan backing. Baik backing dari dalam?maupun dari luar. Backing dari dalam biasanya komisaris atau pejabat tinggi Kementerian BUMN. Tidak jarang juga ada yang menunggangi serikat pekerja. Sedangkan, backing dari luar biasanya pejabat tinggi kementerian lain, politisi, tokoh nasional, termasuk di dalamnya tokoh agama.?

Saya masih harus belajar banyak memahami kultur yang sedang berkembang di semua BUMN. Itulah sebabnya sampai bulan kedua ini, saya masih terus-menerus mendatangi unit usaha dan berkeliling ke kantor-kantor BUMN. Saya berusaha tidak memanggil direksi BUMN ke kementerian, melainkan sayalah yang mendatangi mereka.

Sudah lebih 100 BUMN dan unit usahanya yang saya datangi. Saya benar-benar ingin belajar memahami kultur manajemen yang berkembang di masing-masing BUMN. Saya juga ingin menyelami keinginan, harapan, dan mimpi para pengelola BUMN kita. Saya ingin me-manufacturing hope.?

Dengan melihat langsung kantor mereka, ruang direksi mereka, ruang-ruang rapat mereka, dan raut wajah-wajah karyawan mereka, saya mencoba menerka kultur apa yang sedang berkembang di BUMN yang saya kunjungi itu. Karena itu, kalau saya terbang dengan Citilink atau naik KRL dan kereta ekonomi, itu sama sekali bukan untuk sok sederhana, melainkan bagian dari keinginan saya untuk menyelami kultur yang lagi berkembang di semua unit usaha.?

Kunjungan-kunjungan itu tidak pernah saya beritahukan sebelumnya. Itu sama sekali bukan dimaksudkan untuk sidak (inspeksi mendadak), melainkan untuk bisa melihat kultur asli yang berkembang di sebuah BUMN. Apalagi saya termasuk orang yang kurang percaya dengan efektivitas sidak.

Karena itu, kadang saya bisa bertemu direksinya, kadang juga tidak. Itu tidak masalah. Toh, kalau tujuannya hanya ingin bertemu direksinya, saya bisa panggil saja mereka ke kementerian. Yang ingin saya lihat adalah kultur yang berkembang di kantor-kantor itu. Kultur manajemennya.

Dari tampilan ruang kerja dan ruang-ruang rapat di BUMN itu, saya sudah bisa menarik kesimpulan sementara: BUMN kita masih belum satu kultur. Kulturnya masih aneka ria. Masing-masing BUMN berkembang dengan kulturnya sendiri-sendiri. Jelekkah itu” Atau justru baikkah itu” Saya akan merenungkannya: perlukah ada satu saja corporate culture BUMN” Ataukah dibiarkan seperti apa adanya” Atau, perlukah justru ada kultur baru sama sekali”

Presiden SBY benar. Ada beberapa kantor mereka yang sangat mewah. Beberapa ruang direksi BUMN “beberapa saja” sangat-sangat mewahnya. Tapi, banyak juga kemewahan itu yang sebenarnya peninggalan direksi sebelumnya.

Salahkah ruang direksi BUMN yang mewah” Belum tentu. Kalau kemewahan itu menghasilkan kinerja dan pelayanan kepada publik yang luar biasa hebatnya, orang masih bisa memaklumi. Tentu saja kemewahaan itu tetap salah: kurang peka terhadap perasaan publik yang secara tidak langsung adalah pemilik perusahaan BUMN.

Kemewahan itu juga tidak berbahaya kalau saja tidak sampai membuat direksinya terbuai: keasyikan di kantor, merusak sikap kejiwaannya dan lupa melihat bentuk pelayanan yang harus diberikan. Namun, sungguh sulit dipahami manakala kemewahan itu menenggelamkan direksinya ke keasyikan surgawi yang lantas melupakan kinerja pelayanannya.?

Di samping soal kemewahan itu, saya juga masih melihat satu-dua BUMN yang dari penampilan ruang-ruang kerja dan ruang-ruang rapatnya masih bernada feodal. Misalnya, ada ruang rapat yang kursi pimpinan rapatnya berbeda dengan kursi-kursi lainnya. Kursi pimpinan rapat itu lebih besar, lebih empuk, dan sandarannya lebih tinggi.

Ruang rapat seperti ini, untuk sebuah perusahaan, sangat tidak tepat. Sangat tidak korporasi. Masih mencerminkan kultur feodalisme. Saya tidak mempersoalkan kalau yang seperti itu terjadi di instansi-instansi pemerintah. Namun, saya akan mempersoalkannya karena BUMN adalah korporasi.

Harus disadari bahwa korporasi sangat berbeda dengan instansi. Kultur menjadi korporasi inilah yang masih harus terus dikembangkan di BUMN. Saya akan cerewet dan terus mempersoalkan hal-hal seperti itu meski barangkali akan ada yang mengkritik “menteri kok mengurusi hal-hal sepele”.

Saya tidak peduli. Toh, saya sudah menyatakan secara terbuka bahwa saya tidak akan terlalu memfungsikan diri sebagai menteri, melainkan sebagai chairman/CEO Kementerian BUMN.

Efektif tidaknya sebuah rapat sama sekali tidak ditentukan oleh bentuk kursi pimpinan rapatnya. Rapat korporasi bisa disebut produktif manakala banyak ide lahir di situ, banyak pemecahan persoalan ditemukan di situ, dan banyak langkah baru diputuskan di situ. Saya tidak yakin ruang rapat yang feodalistik bisa mewujudkan semua itu.

Saya paham: kursi pimpinan yang berbeda mungkin dimaksudkan agar pimpinan bisa terlihat lebih berwibawa. Padahal, kewibawaan tidak memiliki hubungan dengan bentuk kursi. Susunan kursi ruang rapat seperti itu justru mencerminkan bentuk awal sebuah terorisme. Terorisme ruang rapat.

Ide-ide, jalan-jalan keluar, keterbukaan, dan transformasi kultur korporasi tidak akan lahir dari suasana rapat yang terteror. “Terorisme ruang rapat” hanya akan melahirkan turunannya: ketakutan, kebekuan, kelesuan, dan keapatisan. Bahkan, “terorisme ruang rapat” itu akan menular dan menyebar ke jenjang yang lebih bawah. Bisa-bisa seseorang yang jabatannya baru kepala cabang sudah berani minta agar kursi di ruang rapatnya dibedakan!

Tentu saya tidak akan mengeluarkan peraturan menteri mengenai susunan kursi ruang rapat. Biarlah masing-masing merenungkannya. Saat kunjungan pun, saat melihat ruang rapat seperti itu, saya tidak mengeluarkan komentar apa-apa. Juga tidak menampakkan ekspresi apa-apa. Saya memang kaget, tetapi di dalam hati.

Yang juga membuat saya kaget (di dalam hati) adalah ini: asbak. Ada asbak yang penuh puntung rokok di ruang direksi dan di ruang rapat. Ruang direksi yang begitu dingin oleh AC, yang begitu bagus dan enak, dipenuhi asap dan bau rokok.

Saya lirik agak lama asbak itu. Penuh dengan puntung. Menandakan betapa serunya perokok di situ. Saya masih bisa menahan ekspresi wajah kecewa atau marah. Saya ingin memahami dulu jalan pikiran apa yang kira-kira dianut oleh direksi seperti itu. Apakah dia merasa sebagai penguasa yang boleh melanggar peraturan? Apakah dia mengira anak buahnya tidak mengeluhkannya? Apakah dia mengira untuk hal-hal tertentu pimpinan tidak perlu memberi contoh?

Soal rokok ini pun, saya tidak akan mengaturnya. Sewaktu di PLN saya memang sangat keras melawan puntung rokok. Tetapi, di BUMN saya serahkan saja soal begini ke masing-masing korporasi. Hanya, harus fair. Kalau direksinya boleh merokok di ruang kerjanya, dia juga harus mengizinkan semua karyawannya merokok di ruang kerja mereka. Dia juga harus mengizinkan semua tamunya merokok di situ.

“Kursi feodal” dan “puntung rokok” itu terserah saja mau diapakan. Saya hanya khawatir jangan sampai “nila setitik merusak susu se-Malinda”. Bisa menimbulkan citra feodal BUMN secara keseluruhan. Padahal, itu hanya terjadi di satu-dua BUMN. Selebihnya sudah banyak yang sangat korporasi.(*)

Dahlan Iskan
Menteri  BUMN

Diskusi

225 respons untuk ‘Kursi Feodal Bertabur Puntung Rokok

  1. Yang sangat terasa feodal beneran adalah BUMN perkebunan , Pabrik2 Gula dibawah kendali PTPNX / PTPNXI.
    Ruaaaaaar biasa. Bapak harus menyisir ke sana.
    Selamat memasuki rimba belantara feodalisme.

    Posted by optimis_indah | 12 Desember 2011, 9:14 am
  2. Puntung rokok ?? betul pak….walaupun ada Peraturan Gubernur DKI no 88 th 2010 , rokok di ruangan kantor masih saja berlanjut….bravo pak dis…jalan terus turba nya…salam

    Posted by nunun | 12 Desember 2011, 9:19 am
  3. se-Malinda? setelah baca tulisan yang serius, saya terkekeh dengan suksesnya..

    Posted by ~Amela~ | 12 Desember 2011, 9:21 am
  4. Pak Dahlan yang terhormat. Jadilah Presiden RI pak. Saya berdoa kepada Tuhan. Terlepas dari singkatnya pendalaman saya mengenal bapak, saya mengharapkan bapak utk mau berjalan mengikuti takdirNya, bahwa hati itu diberikan Tuhan utk memimpin Indonesia… Amin

    Posted by Davis Busin | 12 Desember 2011, 9:29 am
    • mas davis saya sependapat dengan anda soal pencapresan pak Dis, tapi kalo RI 1 agak sulit ya karena tu jatah partai. yang lebih rasional adalah RI 2 seperti pak Adam Malik yang juga seorang wartawan.

      Posted by andre007 | 12 Desember 2011, 10:10 am
    • mas davis saya spendapat dg anda tentang pencapresan pak Dis tuk RI 1 tapi itu berat karena RI 1 jatahnya partai yang lebih rasional adalah RI 2 seperti pak Adam Malik yang juga seorang wartawan

      Posted by andre007 | 12 Desember 2011, 10:12 am
      • kalo pak DIS “hanya” jadi RI 2 takutnya hanya buat dagangan partai pengusung, begitu terpilih beliau dikebiri supaya hanya ngikutin kemauan partai…kasihan beliau

        Posted by bani | 27 Desember 2011, 8:55 am
    • Bung davis saya sangat sependapat dengan anda Pak Dahlan Iskan harus jadi presiden 2014, jika tidak negara ini akan semakin hancur akibat banyaknya mismanajemen dalam tata kelola pemerintahan,sangat jarang bahkan mungkin cuma pak Dahlan sebagai pejabat yang memiliki sikap humble,egaliter dan memecahkan masalah secara praktis tidak berbelit2. Untuk Bung Andre007 Pak Dahlan bisa jadi presiden asal UU Presiden dilakukan uji materill ke Mahkamah Konstitusi,agar presiden dapat dipilih dari non partai…..jika ada gerakan rakyat harus berubah agar pa dahlan iskan dan tokoh sekelas pak dahlan bisa menjadi pemimpin negeri ini…saya akan bergabung untuk jadi volunteer…negara ini tidak akan berubah menjadi baik jika rakyatnya tidak mau melakukan perubahan….semoga ada jalan untuk kearah sana dan saya dipertemukan dengan orang – orang yang memiliki visi yang sama…mumpung masih ada sisa waktu 3 tahun lagi….

      Posted by neneng | 13 Desember 2011, 2:56 am
      • Kalau butuh valunteer, seluruh PPI disemua negara yang akan saya mintakan dukungan untuk hal yang seperti ini, karena pemimpin seperti ini yang kita butuhkan untuk membawa kemajuan bagi Indonesia tercinta.

        Posted by Afif | 13 Desember 2011, 3:01 pm
      • jangan-jangan, pak DI jadi inspirator saja. kasihan kan pak DI sudah tua dan sakit sakitan, biar saya saja yang jadi presiden 😀

        presiden kelompen capir, kelompok pencaci dan pencibir

        Posted by mfaisal | 15 Desember 2011, 10:51 am
    • Amin….saya juga setuju bung Davis….

      Posted by Alex | 5 Januari 2012, 3:58 pm
    • pak dahlan jangan tergoda tawaran menjadi presiden …. beginilah kita ketika tergugah terpesona melihat tokoh seperti Pak Dahlan sudah mulai menggoda beliau dengan tawaran amanat yang lebih berat, jangan ya pak Dahlan fokus saja pada amanah di depan mata ingat ya pak… biarkan seperti air mengalir … Insya ALLAH dengan kesungguhan hati keihlasan yang tetap terjaga ALLAH SWT akan menempatkan Bapak di tempat yang mulia ….

      Posted by yeni ritawati | 6 Januari 2012, 9:40 pm
    • Setuju pa Dis.. saya dukung bapa jadi Presiden… jangan Wapres ya… 😀

      Posted by dany | 11 Januari 2012, 12:59 pm
    • btl mas davis…klw pak Dis jadi presiden…sy mau kok jd wakilnya….hehehe

      Posted by bahtiar umar | 2 Maret 2012, 11:46 am
  5. yang merasa ada asbak diruangannya dan baca tulisan ini, ada dua kemungkinan

    1. berhenti merokok diruangan itu dan meminta maaf kepada semua staffnya
    2. mencari sejuta alasan untuk pembenaran dan merasa hanya mendapat tegusran dan bisa dilanjutkan

    Posted by shayun | 12 Desember 2011, 9:33 am
  6. bukan hanya 1 dua pak…. bumn tempat saya bekerja, feodal dan ‘kekeluargaannya’ sangat terasa. dan sharing dari beberapa teman yang bekerja di bumn lain pun juga mengalami hal yang sama di tempat kerjanya.

    bumn butuh figur spt bapak… semoga bapak bs menjadikan bumn menjadi lbh baik dan berkualitas. 🙂

    Posted by lurah kawi | 12 Desember 2011, 9:45 am
  7. setujuuuuuuu pak

    Posted by andre007 | 12 Desember 2011, 10:13 am
  8. okeee pak setujuu

    Posted by andre007 | 12 Desember 2011, 10:14 am
  9. LUAR BIASA!
    saya setuju dengan Davis!
    dengan segala hormat, pak Dahlan mohon kesediaannya menjadi Presiden RI. sya salah seorang yang putus harapan dengan masa depan bangsa ini. namun dengan adanya Bapak Dahlan dan Bapak Jusuf Kalla itu merupakan angin segar tokoh di negeri ini.
    jarang ada pemimpin yang berani dan hebat seperti bapak.

    bukan hanya kursi, tapi segala bentuk feodal dalam segala aspek harus ditiadakan.

    Posted by arifrp | 12 Desember 2011, 10:20 am
  10. satu kutipan bapak yang saya suka, bahwa Pak Dahlan memposisikan diri sebagai SEO Kementerian BUMN. Great prespective………..

    Posted by icesz | 12 Desember 2011, 10:43 am
  11. Pak Dahlan…. ayo terus maju pak…. Kami mendukung anda dengan doa kami

    Posted by Sulton | 12 Desember 2011, 10:47 am
  12. Pak Dis sampean layak dapat 9 bintang..

    Posted by Arekarek | 12 Desember 2011, 10:59 am
  13. “nila setitik merusak susu se-Malinda”
    udah serius2 baca kena dalam tanda kutip ini saya jadi terkekeh…… tulisan khas pak DI….

    Posted by iqbal | 12 Desember 2011, 11:15 am
  14. Setiap membaca catatan kecil Pak Dahlan, saya melalu melihat sebenarnya ada harapan untuk merubah negeri ini.
    Semoga Bapak tetap sehat dan melakukan banyak perubahan di semua BUMN, sehingga BUMN bukan menjadi benalu yg akan menggerogoti APBN kita tapi mengahasilkan dana.
    Untuk attitude para direksi yang selama ini bersikap sebagai raja di setiap perusahaan, semoga berubah dengan adanya kunjungan Bapak.
    Saya sangat berharap Bapak bisa merubah wajah transportasi umum di bawah semua BUMN sehingga memberikan kenyamanan pada kita rakyat kecil yang mengggunakan.
    Semoga Bapak diberi kesehatan sehingga akan lebih banyak memberikan karya terbaik untuk negeri ini.
    Semoga Bapak dapat menularkan gebrakan-gebrakan ini kepada Mentri yg lain. Bravo Pak !

    Posted by Nina | 12 Desember 2011, 11:27 am
  15. “Nila setitik rusak susu se-Malinda”, keren-keren Pak Dahlan,catatan serius tapi tidak meninggalkan selera humor/srimulatan. Di tempat kerja saya (swasta jepang) budaya disiplin,dan mungkin budaya 5S bisa di terapkan di BUMN.

    Posted by Anang Rohmad S | 12 Desember 2011, 11:42 am
  16. pak DIS, mengingat “Budaya / Kultur Perusahaan” sebagian BUMN yg sudah ada sudah mengurat daging di perusahaan BUMN tsb, apakah bisa dilakukan perubahan secara drastis ??? apalagi untuk perusahaan BUMN peninggalan jaman Belanda yg prinsip feodalisme-nya masih kuat dan kental….selain “Terorisme Ruang Rapat” ada juga BUMN yg menjalankan “Terorisme Ruang Makan / Kantin Karyawan” dan Atasan yg kurang berbudaya padahal dari Ruang makan / Kantin bisa timbul ide-2, solusi masalah perusahaan dan lahirnya transformasi kultur korporasi…. semoga pak DIS selalu di rachmati dan di berkahi Allah SWT… Amin Allohuma amin.

    salam,

    Posted by Leo Hendroyono | 12 Desember 2011, 12:28 pm
  17. “,..saya baru mengenali dan membaca beberapa artikel beberapa media dan tulisan apak iskan,saya merasa bangga,ada orang seperti pak iskan,mau berbuat sesuatu yang beraarti untuk negeri ini, kultur feodalisme memang sangat sulit menghilangkannya,tetapi dgan hadir filosopi dan contoh dr pak iskan,berharap rakyat indonesia bisa perlahan mengubahnya,mulai dari diri sendiri,saya adalah contoh ketidakpuasan korporat dan feodalisme ,saya bekerja dimalaysia,yang notabenenya selalu melecehkan harga diri bangsa,tetapi saya bangga bahwa diri sya masih dihargai,akan profesionalisme kerja,mungkin saya mash beruntung dari tenaga kerja indonesia lainnya,dinas yang selalu keluar masuk indonesia,mendapati instansi yang masih feodal,terutama immigrasi dan cukai, saya banyak melihat TKI yg susah payah mengais rezki dinegeri orang,masih slalu diminta uang oleh oknum2 tersebut,dikarenakan TKI yang tidak mengerti apa2 tentang hukum.Saya berharap ada orang seperti bapak Dahlan,untuk membenahi Tata Pemerintahan Negeri yg saya cintai ini,Doa saya agar bpak selalu diberikan kesehatan,memberikan terobasan2 yng dapat mengubah indonesia menjadi lebih baik.Malaysia boleh,kita harus lebih boleh…..

    Posted by Kabul Abdullah | 12 Desember 2011, 12:37 pm
    • setuju pak Kabul, terutama TKI non formal, dari pada bikin iklan di Detik.com buang buang aung mendingan Cak Imin itu kluyuran sana ke Airport,dan penampungan TKI yg belum diberangkatkan jadi tahu persoalannya.

      Posted by Erust | 12 Desember 2011, 6:45 pm
  18. pak, jadi presiden besok ya…… qiqiqiqqi….. biar susu sebelanganya gak rusak…

    Posted by Black AppLe | 12 Desember 2011, 1:46 pm
  19. Semoga Allah senantiasa memberi kesehatan dan kekuatan iman kepada pak Dis, sehingga terus bisa berbuat sesuatu demi bangsa ini.
    Aamiin,..

    Posted by stmikmb | 12 Desember 2011, 1:49 pm
  20. Sholihin Hasan
    Salam sukses buat Bang Dahlan…
    ada pola pikir pesantren yang menurut saya bisa untuk melengkapi tulisan Bang Dahlan. Yakni : almuhadhotu alalqodimis sholeh wal akhdzu bil jadidil ashlah, artinya pertahankan hal-hal lama yang masih baik sambil terus mencari hal-hal baru yang lebih baik lagi.
    Upaya bang Dahlan untuk melihat kultur BUMN adalah bagian dari pengamalan pemikiran pesantren tersebut. Semoga keberadaan BUMN kita makin berkembang.

    Posted by wongnu | 12 Desember 2011, 2:20 pm
  21. Tengkiyu Tuhan, kau masih memberi tempat bagi orang2 seperti Beliau ini di pemerintahan. Semoga bs bermanfaat bagi rakya indonesia. Semoga memang benar “THE RIGHT MAN IN THE RIGHT TIME, & THE RIGHT PLACE”

    Posted by dams | 12 Desember 2011, 2:36 pm
  22. YA ALLAH…….hamba mohon lindungilah pak dis dalam setiap langkahnya……………
    lindungi dari rencana buruk birokrat birokrat yg terkutuk AAAAMMMIINNN……!!!!!

    Posted by RYAN | 12 Desember 2011, 3:29 pm
  23. Mantavvvvvvvvv

    Posted by Ridwan Fajar | 12 Desember 2011, 4:05 pm
  24. Tulisan yang santai diakhir, banyak direksi yg kena, tapi banyak pula yg masih membela diri mencari pembenaran.
    saya usul pak, bagaimana kalau dalam event BUMN award, ada kategori BUMN dg puntung rokok terbanyak atau kategori yg bisa memberi efek jera sampai kebiasaan” buruk tsb bisa dihilangkan.
    saya terus terang juga heran, tulisan pak Dis kan dibaca dijaringan Jawa Post Group, masak sih tidak ada direksi yg malu. SUNGGUH KETERLALUAN !!! Apa harus disebut nama BUMNnya secara terus terang?
    Terus berjuang pak Dis, do’a kami selalu untuk bapak untuk membenahi BUMN.

    Posted by Areks | 12 Desember 2011, 4:52 pm
  25. Aku yakin kok masih banyak yg seperti pak DIS ini, cuma karena kebanyakan bukan bekas wartawan yg notabene ga bisa menulis jadinya kiprah mereka ga ter ekspos.
    Tp do’aku agar Allah memberi umur yg barokah bagi pak dis

    Posted by rudiyanto | 12 Desember 2011, 5:17 pm
    • Saya sangat mendukung langkah kerja Pak DIS yang seperti ini. Sepertinya juga perlu dicontoh oleh pejabat lain.
      Rakyat ingin tahu apa yang sedang dikerjakan oleh para pemimpinnya. Dengan menuangkan ke dalam tulisan (apalagi gaya tulisan yang menarik), akan menjawab keingintahuan rakyat tersebut. Tentu semuanya harus sesuai dengan kenyataan di lapangan. tidak ada kebohongan..

      Kadang-kadang, terkesan, yang bekerja di kabinet pak SBY cuma Pak DIS saja.
      Kenapa ?
      Bukan karena para menteri tersebut tidak bekerja, tetapi karena kurang komunikasi dengan rakyat….

      Posted by Daniel | 15 Desember 2011, 1:54 pm
  26. gara gara sering baca tulisan bapak sy jd mulai tertarik menulis.. Kmaren sy coba dan kata temen2 tuliasan sy bagus & mengalir.. Trims pak.. Bapak boleh jd presiden asal ada satu syarat.. Harus tetap menulis minimal 3x sbulan..

    Posted by yudhy | 12 Desember 2011, 5:41 pm
    • tapi ngak tega kalo pak DIS jadi R1 terlalu banyak intrik2 politik di dalamnya …… terus bekerja ya pak semoga selalu di berikan kemudahan oleh Allah dalam menyelesaikan urusan BUMN yang saya yakin super duper rumit 🙂 …..

      Posted by fifi | 2 Januari 2012, 7:32 pm
  27. “Kursi feodal” dan “puntung rokok” jangan sampai “nila setitik merusak susu se-Malinda” ha ha ha…. mbak meli dah pake silikon cak DI piye toh sampeyan iki….. para direksi BUMN baca gak ya tulisa cak DI! atau memang dah pada budeg, padahal dah ada Peraturan Gubernur DKI no 88 th 2010.

    Posted by Erust | 12 Desember 2011, 6:40 pm
  28. pak saya punya usah souvenir, barangkali ada perusahaan bumn bapak yang perlu souvenir hubungi saya ya…piss…

    Posted by deden hapsari | 12 Desember 2011, 8:39 pm
  29. Nila setitik merusak susu se-Melinda. Nila setitik merusak susu se-Luna Maya. Nila setitik merusak susu se-Nani Wijaya. Hahaha. Maklum Menteri lulusan Srimulat.

    Posted by M.A. Madjidi | 12 Desember 2011, 8:59 pm
  30. saya selalu mengikuti tulisan dari pak Menteri Dahlan Iskan. tidak pernah bosan dan selalu runut ceritanya.

    salam
    http://www.ekolumajang.com

    Posted by eko-kpknl-jember | 12 Desember 2011, 9:43 pm
  31. Resiko jdi pejabat itu ya ga akan terlalu kaya dengan yang swasta…saya kira prespektif itu wajar..karena manjadi abdi negara kan berkorban untuk negara

    Posted by Ir. Andri Wiwanto | 13 Desember 2011, 2:22 am
  32. HORAS MEDAN,
    NO COMENU PASTI ADA YANG AKAN BERUBAH DAN ADA YANG TERKEKEH !
    TEPUK DADA TANYA SELERA HOI HOI

    Posted by Surya Tarmizi Kasim | 13 Desember 2011, 5:32 am
  33. Bung Dahlan memiliki hati seorang anak muda Tionghoa. Anak muda Tionghoa itu menghayati ajaran guru Kongzi/Confucius, yang berkata: 其身正不令而行. 上如果正,不令下而行. Terjemahan bebasnya kira-kira seperti ini “Jika atasan jalannya lurus dan memberi contoh yang benar, tanpa diperintahpun, bawahan akan mengikutinya”.

    Beberapa kutipan Kongzi, saya yakin bung (“hati”) Dahlan, pernah membaca, menghayati ataupun malah sudah mempraktekanya: 孔子曰、君子有三畏、畏天命、畏大人、畏聖人之言。Confucius said:”The gentleman stands in awe of three things. He is in awe of the Decree of Heaven. He is in awe of great men. He is in awe of the words of the sages. Jun zi you san wei; 君子有三畏; gentleman takut akan tiga perkara: 1. wei tian ming (畏天命) takut pada mandat sorga, tak berani tak menjalankannya atau menunda-nundanya; 2. wei da ren(畏大人) takut pada pembesar; 3. wei sheng ren zhi yan (畏聖人之言) takut pada perkataan orang suci.

    Jun zi na yu yan, er min yi xing;君子欲 於言,而敏於行;gentleman slow in talking but diligent in doing; gentleman tak fasih berkata-kata tetapi mengerjakan semua hal dengan rajin, gesit, teliti, dan sungguh-sungguh; dia lebih pandai menjalankan apa yang dia ketahui ketimbang menuturkan teorinya.

    Jun zi qiu zhu ji; 君子求諸己;A gentleman demands from himself; gentleman selalu menuntut diri begitu rupa, menunaikan semua tugas dengan baik. Xiao ren qiu zhu ren; 小人求諸人;small man only demands from others; small man selalu menuntut dan mempersalahkan orang lain. Jadi, orang yang selalu menuntut, mendisiplin, mengintrospeksi diri adalah gentleman, dan orang yang hanya tahu menuntut orang lain, dirinya sendiri tak melakukan apapun adalah small man. 

    Shuo zhi bu yi dao, bu shuo ye; 說之不以道,不說也;kecuali kebenaran tak ada hal lain yang dapat membuatnya senang atau puas. Jun zi yu yu yi, xiao ren yu yu li; 君子喻於義,小人喻於利;seorang gentleman, meski merugi tetap memperjuangkan kebenaran dan keadilan. Tapi small man, hanya mengutamakan profit.

    Jun zi zhou er bu bi, xiao ren bi er bu zhou ; 君子周而不比,小人比而不周;gentleman menyatu dengan semua orang, bukan membentuk klik, kelompok eksklusif. Sebaliknya small man hanya berkumpul dengan orang-orang tertentu, tak mau tahu dengan yang lain. Jadi, gentleman memperhatikan masyarakat secara menyeluruh, utuh, sedangkan small man hanya mementingkan segelintir orang yang baik dengannya.

    Jun zi cheng ren zhi mei; xiao ren fan shi; 君子成人之美。小人反是; gentleman always accomplish other’s goodness; makes others more perfect; gentleman menyempurnakan keindahan orang lain sementara small man terbalik, tak senang melihat orang lain sukses.

    Sumber: Buletin Pillar.

    Tidak terlalu banyak Jun zi didunia ini sekarang, juga ditanah air kita tercinta. Bung Dahlan, andakah Jun zi yang dinanti-nantikan ibu pertiwi yang sedang berduka?

    Sincere Lin

    Posted by Sincere Lin | 13 Desember 2011, 6:06 am
  34. Arti Penting Sebuah Kursi Pimpinan bagi Dahlan Iskan

    REP | 12 December 2011 | 23:51 170 12 1 dari 1 Kompasia

    Dalam tulisan terbarunya, “Kursi Feodal Bertabur Puntung Rokok” di Jawa Pos, 12 Desember 2011, Menteri BUMN Dahlan Iskan antara lain menceritakan pengalaman dan pandangannya ketika melakukan inspeksi mendadak (sidak) di beberapa BUMN. Khususnya di ruang-ruang kerja direksi, dan ruang-ruang rapatnya.

    Memasuki bulan kedua masa kerjanya sebagai Menteri BUMN sudah lebih dari 100 BUMN dan unit usahanya yang Dahlan datangi.

    Sebenarnya, kata Dahlan, dia tidak bermaksud mengadakan sidak. Dia tidak percaya dengan efektifitas sidak. Yang dia maksudkan dengan mengunjungi beberapa BUMN tanpa pemberitahuan lebih dulu, termasuk ruang kerja direksinya adalah dia ingin merasakan sendiri lingkungan dan kultur asli yang ada di BUMN-BUMN itu apa adanya. Bagaimana suasana dan lingkungan kerjanya, ruangan kerjanya, gaya manajemen yang diterapkan direksi, dan seterusnya.

    Dalam kunjungannya itu Dahlan melihat sendiri kebenaran yang pernah dilontarkan SBY bahwa ada ruang kerja beberapa direksi BUMN yang sangat mewah. Bahkan menurut Dahlan bukan hanya sangat mewah, tetapi “sangat-sangat mewah.” Tetapi di antaranya kemewahan itu merupakan warisan direksi sebelumnya.

    Kemewahan ruang kerja direksi BUMN tersebut, menurut Dahlan, masih bisa sedikit ditolerir kalau disertai dengan kinerja yang sangat hebat pula. Tetapi kemewahan tersebut pada prinsipnya tetap saja adalah salah. Karena ruang kerja yang terlalu mewah berpotensi untuk membuat direksinya tidak peka dengan masyarakat luas, terbuai oleh keasyikan surgawi dan melupakan kinerja pelayanannya.

    Namun dari semua kondisi ruang rapat kerja dan direksi BUMN itu yang menjadi fokus perhatian Dahlan Iskan justru kursi pimpinannya! Di samping masalah kebiasaan merokok di sana.

    Di beberapa BUMN, Dahlan melihat di ruang kerja dan ruang rapatnya berpenampilan feodal. Hal tersebut terlihat karena kursinya. Di ruang-ruang rapat itu kursi pimpinannya berbeda sekali dengan kursi-kursi lainnya. Kursi pimpinan itu lebih tinggi sandarannya, lebih besar, dan lebih empuk.

    Menurut Dahlan kondisi seperti itu sangat tidak tepat. Sangat tidak bersifat korporasi. Masih mencerminkan sifat feodalisme. “Saya tidak mempersoalkan kalau yang seperti itu terjadi di instansi-instansi pemerintah. Namun saya mempersoalkannya karena BUMN adalah korporasi,” tulis Dahlan.

    Korporasi itu berbeda dengan instansi, kata Dahlan. Kultur agar setiap BUMN betul-betul menjalankan fungsinya sebagai korporasi inilah yang harus dikembangkan. Oleh karena itu dia berjanji akan terus cerewet mengenai hal-hal seperti ini. Karena sejak awal dia sudah bertekad dan mengatakan bahwa dia akan lebih mengfungsikan dirinya sebagai CEO Kementerian BUMN daripada sebagai seorang Menteri BUMN.

    Menurut Dahlan, efektifitas sebuah rapat tidak ditentukan oleh bentuk kursi pimpinan rapatnya. Efektifitas sebuah rapat akan terjadi jika di situ muncul berbagai ide-ide, kreatifitas-kreatifitas, dan sebagainya yang dapat memecahkan berbagai masalah.

    Dahlan mengatakan bahwa dia paham kalau kursi pimpinan dibuat berbeda (lebih bagus) daripada kursi-kursi lainnya itu mungkin dimaksud untuk menciptakan kewibawaan bagi sang pimpinan. Tetapi kewibawaan itu tidak ada hubungannya dengan bentu kursi. Bahkan sebaliknya, susunan kursi seperti itu justru mencerminkan bentuk awal sebuah “terorisme ruangan rapat.”

    1323738522953050367

    Kursi pimpinan yang lebih besar, tinggi dan empuk, hanya menciptakan terorisme ruang rapat. Ilustrasi (sumber: http://www.home-designing.com)

    “Ide-ide, jalan-jalan keluar, keterbukaan, dan transformasi kultur korporasi tidak akan lahir dari suasana rapat yang terteror. ‘Terorisme ruang rapat’ hanya akan melahirkan turunannya: ketakutan, kebekuan, kelesuan, dan keapatisan. Bahkan “terorisme ruang rapat” itu akan menular dan menyebar ke jenjang yang lebih bawah. Bisa-bisa seseorang yang jabatannya baru kepala cabang sudah berani minta agar kursi di ruang rapatnya dibedakan!” Tulis Dahlan.

    Meskipun dia bilang, tidak akan membuat sebuah peraturan menteri tentang kursi di ruang rapat, tentu saja dengan adanya pernyataannya seperti ini akan membuat para direksi BUMN yang kebetulan mempunyai kursi-kursi seperti itu akan gerah juga. Besar kemungkinan kursi-kursi tersebut akan segera diganti dengan yang lebih standar.

    Pernyataan pandangan Menteri BUMN Dahlan Iskan tentang kursi ini tentu saja secara tak langsung seharusnya membuat para direksi BUMN itu tahu diri dan menafsirkannya sebagai suatu perintah tak langsung dalam rangka memperbaiki kinerja BUMN yang dipimpinnya.

    Mungkin saja ada direksi BUMN yang diam-diam mengomel di dalam hatinya, “Menteri kok ngurus sampai ke masalah kursi segala!”

    Tetapi kemungkinan seperti itu sudah diantisipasi Dahlan. Dia bilang dalam tulisannya itu, mungkin akan ada yang bilang, kok menteri mengurus hal-hal yang sepele. Tetapi, “saya tidak perduli,” katanya. Karena seperti yang dikatakannya bahwa gaya kepimpinannya itu adalah gaya kepimpinan seorang CEO. Dan CEO yang baik tentu saja juga akan memperhatikan hal-hal yang menurut pandangan orang lain merupakan hal-hal yang sepele, tetapi, menurut pandangan seorang CEO itu termasuk masalah yang harus diperhatikan serius.

    Apakah hanya dengan sebuah kursi pimpinan yang lebih tinggi sandarannya, lebih besar bentuknya. dan lebih empuk kursinya, akan bisa membuat seseorang itu merasa lebih keren, lebih hebat dengan demikian menjadi lebih berwibawa?

    Setidaknya Dahlan Iskan pernah merasakan perasaan seperti itu. Sebuah pengalaman pribadinya beberapa dekade lalu dengan sebuah kursi direktur di sebuah ruang kerjanya, yang mampu mengubah pandangan hidup dan prinsip kerjanya. Yang kemudian menjadi salah satu prinsip dan kultur kerja yang dia terapkan di Jawa Pos ketika menjadi pimpinan dan kemudian CEO di sana. Kultur kerja dengan bentuk dan ukuran kursi yang dia terapkan itu telah menjadi bagian dari kultur kerja di Jawa Pos, yang dapat disebutkan sebagai bagian dari kesuksesan Jawa Pos menjadi seperti sekarang ini.

    Pengalaman tersebut adalah ketika dia menjadi Kepala Biro Majalah Tempo untuk Surabaya di tahun 1970-an. Kantor Biro Majalah Tempo waktu itu adalah sebuah kantor yang sangat sederhana. Tepatnya, sangat jelek, tulis Dahlan Iskan dalam salah satu bab di bukunya yang berjudul Warisan “Go!” Eric Samola (Jaring Pena, 2009).

    Kantor Biro Tempo itu terletak di sebuah gang di kampung dekat rumah sakit Dr. Soetomo. Yakni Gubeng Airlangga Gang II, Surabaya. Dahlan-lah yang mencari, memilih, dan memutuskan rumah yang sangat sederhana itu sebagai kantor Biro Tempo. Dia hanya diperintahkan kantor pusat Tempo di Jakarta untuk mencari tempat yang pantas untuk tempat tinggal dan kantor Biro Tempo. Dan, menurut Dahlan, pada waktu itu rumah itu sudah dianggap pantas untuk orang sekelas dia, yang berasal dari keluarga miskin di sebuah desa di Magetan.

    Selain berfungsi sebagai kantor Biro Tempo, rumah kontrakkan itu juga menjadi tempat tinggal Dahlan Iskan bersama keluarganya. Menurut Dahlan, rumah yang sekarang itu masih jauh lebih baik daripada kantor kontrakan Biro Tempo sebelumnya, yang terlatak di sebuah gang sempit berkelok-kelok di belakang pasar Kertajaya; terjepit di antara rumah-rumah dan tempat-tempat kos kumuh.

    Tidak ada air ledeng di rumah itu. Untuk keperluan air sehari-hari diambil dari sebuah sumur yang dipakai bersama empat keluarga di sana. Rumah itu juga dikontrakkan tanpa perabot apapun. Sehingga untuk tidur bersama keluarganya, hanya dipakai sebuah kasur yang dihampar di lantai.

    Kantor yang kedua, meskipun masih termasuk jelek, masih lebih baik daripada yang pertama itu. Kantor itu berupa sebuah rumah yang dindingnya depannya mepet ke gang itu. Lantainya semen yang sudah ditambal sana-sini. Kantor itu sebetulnya tidak layak disebut sebuah kantor, karena sebetulnya hanya sebuah rumah tangga yang sangat kecil, yang bagian depannya difungsikan sebagai kantor Tempo Surabaya. Dahlan Iskan, istri, dan kedua anaknya yang masih kecil-kecil tinggal bersama di sana.

    Ruang tamu Kantor Biro Tempo Surabaya itu juga adalah ruang tamu keluarga Dahlan Iskan. Pintu depan satu-satunya adalah juga pintu untuk lalu-lalang orang seisi rumah, orang-orang Tempo, dan tamu-tamunya.

    Dari ruang tamu ke ruangan untuk kantor itu harus melewati satu pintu triplek tanpa kusen. Dinding-dinding kamar yang dipakai untuk kantor Tempo itu juga terbuat dari triplek yang dicat biru asal jadi.

    Di ruang sempit yang menjadi kantor Tempo itu ada empat meja dan satu rak besi untuk menyimpan dokumen. Ruangannya sangat panas meskipun sudah ada kipas angin yang dihidupkan keras. Plafonnya juga sangat rendah. Ruangan itu juga berdebu, karena sepeda motor yang lewat di sana menerbangkan debu jalanan dan banyak yang masuk ke sana. Antara lain masuk melalui jendela kaca krepyak yang hanya ditutupi kalau hujan.

    Nah, dalam kondisi seperti itulah, Eric Samola (alm.), Direktur Utama PT Grafiti Pers, penerbit Majalah Tempo waktu itu datang berkunjung. Kepala Biro Tempo untuk Surabaya, Dahlan Iskan yang sangat memuja dan menghormati Eric Samola merasa sangat canggung. Dia tidak tahu harus berbuat apa, harus bicara apa, harus melaporkan apa, karena menang tidak ada yang bisa dilaporkan.

    Eric Samola yang menunjukkan Dahlan Iskan untuk memimpin Jawa Pos, dan kelak kemudian menjadi semacam mentor dan sahabat karib Dahlan Iskan itu, hanya berada di sana sekitar 10 menit untuk melihat kondisi kantor tersebut. Sepuluh menit itu sudah dirasakan lama sekali oleh Dahlan. Karena terlihat Eric merasa gerah, dan tidak nyaman di sana. Mungkin di dalam hatinya juga berpikir, kenapa bisa Dahlan memilih ruangan kantor seperti ini. tetapi Eric sama sekali tidak mengungkapkan perasannya itu. Dia, mungkin tidak mau membuat Dahlan merasa bersalah atau kecewa.

    Eric Samola, tulis Dahlan Iskan di buku tersebut, tidak sempat duduk di sana. Tepatnya tidak bermaksud mau duduk. Lebih tepat lagi, tidak tahu harus duduk di mana. Bukan karena tidak ada kursi, tetapi memang tidak ada kursi untuk duduk seorang sekelas Eric yang begitu dihormati Dahlan. Di situ hanya ada sebuah kursi tamu kelas murahan yang sudah jeglong di bagian pantatnya.

    Dahlan mengaku, kelak ketika dia mengingat kembali peristiwa itu dia merasa malu. Bukan malu karena ruang kantor yang jelek itu, tetapi tentang keinginan bermewah-mewah dalam suasana miskin seperti itu. Kursi kerjanya adalah sebuah kursi direktur yang tinggi dan bisa diputar; kursi bos. Perasaan malu itu bertambah lagi mengingat betapa kampungannya sikapnya waktu itu. Baru menjadi kepala biro dengan kantor yang begitu sederhana, sudah mau tampil seperti bos supaya kelihatan berwibawa, dengan kursi seperti itu.

    Itulah rupanya yang menjadi titik tolak pemikiran Dahlan Iskan terhadap sebuah kursi seorang pimpinan. Kursi mewah tidak akan mampu membuat seorang pimpinan menjadi lebih cakap dan berwibawa. Semua kemampuan itu terletak sepenuhnya pada diri orang tersebut. Kursi sama sekali tidak ada kaitannya dengan itu. Bahkan kursi mewah, besar, tinggi, dan lebih empuk daripada yang lain hanya menciptakan sebuah jarak antara pimpinan dan bawahannya. Di dalam ruangan rapat susunan kursi seperti itu hanya menciptakan “terorisme ruangan rapat” sepertiyang sudah disinggung di atas.

    Sejak itulah ketika Dahlan Iskan ditunjuk Eric Samola menjadi pimpinan Jawa Pos, kemudian Direktur Utama Jawa Pos, dan akhirnya CEO Jawa Pos, sampai pensiunnya dari sana, ada sebuah aturan khusus bagi semua pimpinan Jawa Pos Grup tentang kursi mereka: Tidak boleh ada satu pun pimpinan di Jawa Pos Grup yang mempunyai kursi kerjanya yang tingginya melebihi punggungnya! Kalau hanya bisa berputar, itu boleh.

    Mungkin menurut pandangan Dahlan Iskan yang kemudian ditularkan kepada para penerusnya itu bahwa dengan memakai kursi kerja seperti ini, maka secara rata-rata, di antara kursi para pimpinan, bahkan sampai ke direktur utamanya, dengan staf di bawahnya bisa dikatakan setara. Dengan begitu bisa juga tercipta adanya perasaan kebersamaan, sehingga terikat suatu ikatan yang kuat dalam bersama-sama berpikir bebas dan kreatif dalam bekerja demi kemajuan Jawa Pos. Tanpa mengurangi kewibawaan seorang pimpinan, dan rasa hormat bawahan kepadanya.

    Tanpa kursi direksi/pimpinan yang harus mewah, lebih tinggi, lebih besar, dan lebih empuk, Dahlan Iskan sebagai bos Jawa Pos telah membuktikan telah sangat sukses membuat Jawa Pos menjadi sangat besar seperti sekarang ini. Dan, sukses pula menularkannya kepada para penerusnya.

    Kini, Dahlan Iskan sebagai Menteri BUMN akan menularkan “ilmu tentang kursi pimpinan”-nya itu kepada semua BUMN yang ada di Indonesia. Tinggal, apakah para direksi BUMN itu mau ditulari ataukah tidak.

    Kita semua doakan dan dukung semoga Dahlan Iskan, sosok seorang pimpinan yang langka di Indonesai ini akan juga sukses besar sebagai Menteri BUMN. Sehingga BUMN-BUMN itu benar-benar menjadi korporas-korporasi sehat, besar dan sukses. Demi kemakmuran dan kesejahteran bangsa ini. Amin. ***

    Sumber : http://ekonomi.kompasiana.com/manajemen/2011/12/12/arti-penting-sebuah-kursi-pimpinan-bagi-dahlan-iskan/

    Posted by Rachmad WW | 13 Desember 2011, 9:05 am
  35. Saya tahu blog ini justru dari isteri saya, sangat luar biasa dan mencerahkan. Luar biasa karena untuk sekelas menteri tidak gengsi ngeblog dg akun gratisan. *kaya bermanfaat, miskin bermartabat*

    Posted by Mashuri | 13 Desember 2011, 9:34 am
  36. Nah, ketahuan lagi, betapa raja2 feodal bertebaran di seluruh pelosok Nusantara. BUMN yg mestinya rasional-positivis ternyata jumud juga. [Kang Dahlan mestinya perlu juga diajak melongok ‘BUMN’ lain, yakni PTN, yg ditengarai setali t]iga uang!] Selain jumud, tampaknya banyak juga yg sewenang2 sbgmn tampak dari indikasi merokok di ruang ber-AC itu.

    Mungkin ada hikmah di balik semua ini. Jika BUMN bisa ditata dg baik, dg ijin Tuhan, bakal besar dampaknya bagi bangsa Indonesia. Atau malahan: menata Indonesia justru harus dilakukan dg menata BUMN dulu…

    Terus berjuang, Kang Dahlan….

    Posted by Felicia Wahdan | 13 Desember 2011, 10:22 am
  37. Kaget dalam hati (tanpa ekspresi), ko bisa ya?? ingat WARISAN GO SAMOLA (Judul Buku, Penulis Dahlan Iskan) Go Go Go… Bravo Pak DIS…

    Posted by Haris Al Khawaris | 13 Desember 2011, 11:09 am
  38. Pak DI, hampir semua tulisannya bagus, tapi kalo boleh saran, Susu Se-Malinda-nya mending tukar dengan kata-kata lain. Khawatir kalo ada yang tersinggung membacanya.

    Posted by Jafar Ahmad | 13 Desember 2011, 11:26 am
  39. Pak Dahlan, soal rokok, jangan dibiarkan sesuai selera direksi (kalau direktur boleh merokok maka semua karyawan dan tamu boleh merokok). Kasihan dong yang bukan perokok, bisa sakit paru2 karena kerja di BUMN.
    Harusnya tegakkan larangan merokok di dalam gedung tidak peduli dia boss atau kroco. Masa semua dikorbankan?

    Posted by fauziah | 13 Desember 2011, 11:42 am
    • Pak dahlan biarkan sesuai selera direksi saya kira justru itu bentuk larangan keras bahasa jawanya “Nglulu”. saya yakin setelah ini para direksi di BUMN mikir mikir untuk ngrokok di ruangan ber – AC.

      Atau bisa jadi, setelah membaca tulisan pak DIS ini, mereka hanya berhenti untuk tidak membeca tulisan ini lagi. Hehehehe….

      Posted by lek aris | 15 Desember 2011, 5:29 pm
      • Setuju pak Lek, Cak DI ini klo marah cuma diem trus balik kiri grag! inget tulisannya “klo orang sering di beri arahan akan jadi BEBEK” jadi klo para direksi punya hati pasti tersungging atau memang para direksi ini hrs sering di arahkan ya….wek…wek…wekkk….

        Posted by Erust | 19 Desember 2011, 6:21 pm
  40. two thumbs up lah pokoknya buat Pak DIS ….mengalir terus…tanpa mengikuti arus….

    Posted by Nurisman isman | 13 Desember 2011, 12:00 pm
  41. Semoga sehat selalu pak DIS, terus berjuang dengan hati…
    do’a kami menyertaimu

    Posted by m_romi | 13 Desember 2011, 12:30 pm
  42. manthab pak.. memang harus dilakukan perubahan dasar dan persepsi…
    nice touch and keep spirit to change cultur

    Posted by pocam | 13 Desember 2011, 6:23 pm
  43. Ditunggu kedatangannya di perusahaan kami pak 🙂 berharap terjadi perubahan yg lbh baik khusunya di tempat saya bekerja 🙂

    Posted by astrid | 13 Desember 2011, 6:23 pm
  44. Sangat menyentuh pak, kami akan terus mendukung bapak sebagai CEO kementrian BUMN

    Posted by maykel david | 13 Desember 2011, 6:39 pm
    • Setuju kalipun….Ayo pak maju terus masih banyak yang bisa kita sumbangkan untuk negara ini melalui BUMN. apalagi perkebunan. Karena perkebunan besar yang murni milik bangsa kita adalah PTPN, selain harus mencapai keuntungan yang maksimal juga puya tugas untuk mengembagkan wilyah pedesaan.

      Posted by Ulin Ginting | 14 Desember 2011, 12:59 pm
  45. Kenapa Pak Dis dipilih jadi Menteri BUMN??????
    1. Hanya Pak Dis yang sukses dalam memimpin PLN dibanding yang lainnya.
    2. Hanya Pak Dis yang bisa bikin untung BUMN dibanding yang lainnya.
    3. Hanya Pak Dis yang mampu mengekspos dirinya, pemikiran2 startegik dan keberhasilannya.
    3. Hanya Pak Dis yg punya metodelogi unik dalam menguraikan masalah dan punya keberanian dalam memberikan shock terapi.

    Posted by Dedi | 13 Desember 2011, 10:36 pm
  46. tutur kata yg indah nan berisi, brhiaskan keilmuan mndalam dn rangkaian kata-kata yg indah. dn sedikit sentuhan humor d akhir tulisan. salut untuk pak Dis, masyarkat mnantimu pak…

    Posted by Rumambay | 13 Desember 2011, 11:56 pm
  47. selalu ditunggu tulisanya bossss dahlan……………….penggemar sejati

    Posted by marthadikrama | 14 Desember 2011, 5:52 am
  48. Mantap, Pak Dahlan RI satu…………………
    dan memajukan Indonesia jaya
    powered by http://www.mbemas.com

    Posted by Sholdip | 14 Desember 2011, 6:52 am
  49. pemimpin yang baik yang memberikan teladan bagi yang dipimpinnya…bukan hanya ucapan tapi yang terpenting tindakan.
    melihat beberapa direksi BUMN ada yang bersifat “feodal” menandakan belum adanya kemampuan memimpin yang “pas”…
    saya sebagai rakyat melihat pak dahlan iskan, mungkin ada yang sebagian menyebut sok sederhana, tapi dalam kenyataan kita bisa melihat sendiri kepemimpinan seperti ini lah yang lama dinanti masyarakat indonesia.
    selamat dan semangat pak dahlan 🙂

    Posted by adiekeputran | 14 Desember 2011, 8:01 am
  50. Semoga Pak Dahlan Iskan masih mau membaca komentar yang dibaca pembacanya, tidak hanya menulis artikel2 yang baru.
    Tulisan ini sangat bagus, namun kenapa masalah budaya merokok dalam kantor dibiarkan pada masing-masing pimpinan Pak? Memang sih seharusnya bapak2 direktur yth sudah dewasa dan menyadarinya, tapi saya tentu mengharap Bapak sebagai Meneg BUMN dapat lebih menegaskan hal tsb. Apalagi telah adanya peraturan yang melarang merokok di dalam gedung.
    Saya sendiri pernah mendengar bahwa membiarkan berarti secara tidak langsung mendukung, apabila para pimpinan tsb memang berhati batu tidak merasa, maka kalau bukan bapak siapa lagi yang bisa menegur dan menegakkan peraturan.

    Posted by yudhisti | 14 Desember 2011, 8:20 am
  51. tulisannya keren…

    Posted by izalcyber | 14 Desember 2011, 8:59 am
  52. Tambahan untuk bung dedi ;
    6. Dan hanya Pak Dis yang bisa memimpin negeri ini .!!!!!!
    Semoga Allah senantiasa menjaga kesehatan pak Dis….amin

    Posted by Qohar | 14 Desember 2011, 9:34 am
  53. Semoga Allah selalu melimpahkan keberkahan, kesehatan dan panjang umur kepada Pak DIS…. Sehingga anak bangsa ini bisa merasakan dan melihat bahwa kita masih punya harapan… setelah selama ini mungkin sudah muncul perasaan “berhenti berharap”

    Posted by indah | 14 Desember 2011, 11:00 am
  54. blognya bagus, jgn lupa mampir http://duaribuan.wordpress.com

    Posted by duaribuan | 14 Desember 2011, 11:01 am
  55. MULAI OB S/D DIRUT BUMN..YANG TIDAK BISA DI BINA,.. BINASAKAN SAJA,,,,PAK…KAMI DI BELAKANG

    BAPAK,,SUDAH TERLALU LAMA NEGERI INI /BUMN CARUT MARUT..KAMI YAKIN DI TANGAN BPK SEMUA AKAN

    BERUBAH…….

    Posted by david sunarko | 14 Desember 2011, 11:23 am
  56. kl dg tulisan bpk ini,ternyata BUMN yg di singgung tdk melakukan perbaikan…..benar pAK pecat saja pejabat seperti itu..atau di mutasikan yg sekiranya membuat mereka outttttttttt dg sendirinya….

    Posted by david sunarko | 14 Desember 2011, 11:38 am
  57. Kami butuh Pak Dis sebagai CEO Republik ini (Presiden)…, sudah terlalu lama Republik ini berduka…, Republik ini butuh pemimpin seperti Pak Dis…

    Semoga Allah SWT selalu memberikan kesehatan dan kemudahan bagi Pak Dis dalam menjalankan tugas-tugasnya…

    Sukses selalu Pak Dis.., Semanggattt..!

    Kerja! Kerja! Kerja!

    Posted by Rakyat Jelata | 14 Desember 2011, 12:06 pm
  58. semoga yg berniat sirik jelek thd beliau p DI di bukakan hidayah..atw di adzab dulu oleh Nya..keep going p DI

    Posted by setyatri | 14 Desember 2011, 12:57 pm
  59. setuju, saya pernah ke salah satu BUMN yang tentu tidak bisa saya sebutkan, masa rapat pada ngerokok, sedangkan kami2 yang sebagai vendor kebetulan bukan perokok, padahal direksi juga bukan, jelas2 sudah ada perda larangan merokok di ruangan tertutup…..

    Posted by Adi | 14 Desember 2011, 1:06 pm
  60. nila setitik merusak susu se-Malinda. wkwkwk.

    Posted by mastyo | 14 Desember 2011, 2:12 pm
  61. kultur memang belum tentu diubah dengan waktu singkat, masih banyak juga BUMN yang menerapkan kerja setiap hari harus pake seragam, buat orang berfikir semua harus seragam, dan seragam nya biasanya dibiayai oleh perusahaan, jadinya buang-buang anggaran, selain itu jadi terkesan tidak kreatif.

    Posted by celekit | 14 Desember 2011, 3:28 pm
  62. Berikan kursus membaca kepada mereka yang merokok di ruang ber ac pak !
    Berikan angket kepada para pelanggannya bagaimana kinerja BUMN tersebut,kemudian suruh dia (para direksi perokok itu) untuk membaca dihadapan anak buahnya !
    Tegakkan sportifitas dan produktifitas ! Tq

    Posted by Teguh Sunaryo | 14 Desember 2011, 3:54 pm
  63. Ayo Pak DI, semangat! [kalau disingkat seperti itu, rasanya Pak DI harus juga berkiprah secara langsung di PT DI suatu saat]

    Saya baru beberapa kali baca tulisan-tulisan & memoar-memoar Pak DI, & saya suka banget. Gaya penulisan yang ringan dan tetap sesuai kaidah bahasa ini saya kira memenuhi 2 manfaat: menghibur dan mendidik.

    Dari obrolan2 sore dengan teman-teman sekolah yang kini bekerja di berbagai perusahaan dan instansi, memang budaya & sistem kerja antara perusahaan swasta asing, swasta lokal, BUMN, dan PNS ini ibarat bumi-langit. Ada yang berbasis senioritas, yang satu berbasis prestasi. Yang satu berorientasi pada pencapaian & kinerja, satunya berputar di kisaran politik dan politisasi masalah.

    Dari obrolan-obrolan lepas banyak pula saya jumpai orang-orang yang berpandangan bahwa negara ini sudah tamat, bahwa apabila hendak maju negara ini harus dibangun lagi dari nol. Harapan saya adalah bahwa tampilnya sosok seperti Anda bisa membuktikan bahwa pendapat orang-orang tersebut salah.

    Posted by hanif | 14 Desember 2011, 4:26 pm
    • Satu kata dan perbuatan itulah sosok pak Dis yang saya kenal beliau dalam hal apa saja,semoga Allah SWT selalu memberi petunjuk dan kesabaran dalam membenah BUMN yang penuh onak yang tidak mudah diperbaiki,kita kawal kerja,kerja,kerja beliau bravo pak Dis

      Posted by Surya Tarmizi Kasim | 14 Desember 2011, 6:59 pm
  64. Saya penggemar berat tulisan dan tindakan Pak Dahlan Iskan.
    Pak Dahlan Iskan piawai dalam mengeluarkan ideanya melalui tulisan-tulisan yang mudah dicernak oleh masyarakat. mudah-mudahan pimpinan kita bisa mencontoh kiat beliau dalam berkreasi dengan lebih berkomunikasi dengan masyarakat dan berani membuat keputusan secara cepat yang membuat kita terkesima. Media masa adalah alat komunikasi yang murah, meriah dan langsung. Seringlah pemimpin kita tampil di media masa sehingga masyarakat mengerti apa yang diinginkan dan jangan takut dikritik. Buatlah tulisan-tulisan atau pernyataan, karena dengan tulisan-tulisan dan pernyataan yang menarik / pesan yang diinginkan bisa dibaca oleh masyarakat atau atasan/ bawahan pimpinan dalam waktu tidak begitu lama seperti yang dilakukan oleh pak dahlan iskan.
    Saya tak sabar menunggu tulisan-tulisan beliau setiap kali membuka internet terus “ketik dahlan iskan” pasti mendapatkan berita dan tulisan tentang dahlan iskan, juga tulisan beliau dibaca berulang-ulang yang berisi isi hati beliau disertai dagelan segar, baru yang lain seperti kecanduan dahlan iskan. he he

    Posted by Fajar | 14 Desember 2011, 8:04 pm
  65. SEMOGA ALLAH SELALU MELINDUNGI DAN MEMBERI KESEHATAN BUAT PAK DIS….. AMIIIIN!!!

    Posted by AGUS MULYANA | 14 Desember 2011, 8:34 pm
  66. lanjutkan Pak!

    Posted by reka denny marsen | 14 Desember 2011, 9:46 pm
  67. Tulisan ini sangat menarik karena bagaimana seorang Dahlan Iskan mencoba menelaah secara perlahan dan mendalam sebuah fenomena “feodalisme” bukan hanya sekedar memahami keberadaan feodalisme itu sendiri.
    Beliau sangat ingin mendalami kultur kultur yang berbeda yang pada akhirnya ingin mengubah bukan sekedar paradigma dan pencitraan tetapi lebih dari itu adalah tentang produltivitas, efektivitas, keterbukaan, senergi yang utuh dalam sebuah perusahaan BUMN
    Semoga Pak Dahlan Iskan benar2 bisa menjadikan BUMN sebagai lembaga yang penuh citra positip, produktif dan sinergis
    Bravo Pak Dahlan…

    Posted by Subagiyo | 14 Desember 2011, 11:09 pm
  68. Teman2..bagaimana kalau kita buat gerakan di Facebook Untuk Mendukung Pak DIS Menuju RI 1

    Posted by Eddy suyitno | 15 Desember 2011, 12:14 am
  69. maju terus Pak Dahlan, saya harap bapak bisa menjadi katalisator perubahan birokrasi seluruh koorporat maupun instansi di negara ini. saya harap sebelum menduduki RI1 Pak Dahlan nantinya bisa memperbaiki di pos-pos kementerian lainnya terutama kementerian yang kurang terlihat kinerjanya. Kerja Kerja Kerja…!!!

    Posted by m0ojojojo | 15 Desember 2011, 12:32 am
  70. Jadi ini toh maksud bapak ‘merakyat’ :). untuk memahami kultur. Luar biasa pak.

    Salam

    Posted by Pandu Aji Wirawan | 15 Desember 2011, 4:47 am
  71. Benar Pak Isekan…sy sempat ngobrol dg kary. BUMN bbrp hr sbelum pak isekan ditunjuk jd menteri…dia cerita bahwa kalo ada pimpinan BUMN pusat brkunjung ke daerah,pimpinan BUMN daerah senang campur susah, senang karna bs PDKT ( carmuk ) dan unjuk gigi kemampuan..susahnya karna hrs biayai makan, hotel, entertain dan yg terakhir oleh-oleh…lha kalo oleh-olehnya buah rambutan 5 kilo mungkin oke…lha kalo lukisan ato benda seni lainnya…wah…TERLALU….Feodal banget…
    Maju terus pak Isekan….

    Posted by iqbal | 15 Desember 2011, 6:08 am
  72. Pak Dis, semoga sehat slalu. bekerja bekerja dan bekerja.

    Posted by Lia Serdam | 15 Desember 2011, 7:29 am
  73. BUMN yg kulturnya feodal memang msh ada pak DI, walaupun jumlahnya g banyak, ini saya alami sendiri, karena saya pernah dan masih bekerjasama dg salah satu BUMN, kulturnya g sprt di perusahaan swasta, kurang profesional, selalu ada dan lain-lainnya, entah oknum atau memang sudah kulturnya sprt itu saya g tau. Ayo pak, bikin sehat kultur BUMN.. Maju terus pak DI.

    Posted by nova | 15 Desember 2011, 8:06 am
  74. Terima kasih atas langkah awal Pak DIS yang sangat mendasar dan terarah yaitu mengenal dengan baik kondisi setiap BUMN. Saya pun sebagai seorang insan BUMN dari awal melrasakan apa yang Pak DIS lihat. Memang begitu pak, bahwa BUMN itu msh tengah-tengah antara gaya Instansi/PNS yang birokratis/feodal dengan Swasta yang profesional/profit oriented. Dan bahwa kultur di kebanyakan BUMN tumbuh liar dan tidak di-develop khusus sebagai kultur dalam rangka menunjang arah korporasi (visi) sebagai entitas bisnis. Kultur yang berkembang macam ini kebanyakan atau lebih cepat menularkan sisi-sisi negatif-nya daripada positif-nya. Hal ini berlanjut pada terbentuknya perilaku dan mentalitas insan di beberapa BUMN yang kulturnya liar tersebut yang kontraproduktif dan minim profesionalisme-nya. Liarnya perkembangan kultur di beberapa BUMN ini menyebar subur melalui keteladanan pimpinan dan lemahnya penegakkan reward and punishment. Di beberapa BUMN jangan heran jika melihat sampai karyawan terendah pun bisa bebitu bangga dan pongah dengan perilaku dan mentalitas yang tidak kontributif dan bahkan menghambat kelangsungan kerja di perusahaan. Banyak pimpinan yang tidak berdaya memgendalikannya karena sistematis dan hirarkisnya pengembangan kultur (negatif) melalui keteladanan yang dilihat dan ditiru oleh bawahan. Sekian dulu komen saya pak. Jujur saya baru buka blog bapak setelah membeli beberapa buku bapak dengan keinginan untuk menteladani gaya kerja bapak. Dan terus terang sebagai orang muda dan duduk di level manajemen tingkat menengah saya sangat antusias mengikuti sepak terjang bapak sejak di PLN dan (puji syukur) bapak dipercaya sebagai CEO BUMN Corporation. Salam sukses.

    Posted by Aris Kadarisman | 15 Desember 2011, 1:17 pm
  75. Pak Dahlan Iskan, bangga sekali dengan kepemimpinan beliau; sosok pemimpin yang sangat dibutuhkan bangsa kita saat ini , sosok yang lebih mengutamakan bagaimana dapat menjalankan amanah besar menjadi Conductor besar atas 141 BUMN daripada meributkan status, kekuasaan, citra diri. Fenomena kepemimpinan bangsa kita lebih berat pada urusan mengejar kemampanan kekuasaan untuk memastikan kenikmatan surgawi dunia yang sesaat. Seorang pemimpin yang berorientasi pada upaya menghasilkan nilai tambah menjadi bisa produktif, efektif, decisive, dan berenerji positif, karena tidak terbebani oleh upaya-upaya mempertahankan kekuasaan yang seringkali menghabiskan enerji. Beliau ingin tetap menjadi manusia apa adanya tanpa dibebani oleh atribut status. Sementara itu banyak sekali di sekeliling kita manusia-manusia yang sudah seperti robot, karena kehilangan kelengkapan dimensi dirinya.
    Senang sekali dengan gaya & prinsip kepemimpinan Pak Dahlan Iskan bahwa penting sekali untuk menyelami budaya masing-masing BUMN dengan langsung berkunjung ke hampir semua kantor-kantor BUMN. Tidak ada yang bisa menggantikan full dimension rapport untuk mendapat pemahaman budaya sebuah organisasi selain berada di tengah-tengahnya dan berinteraksi secara full dimension (intelektual, fisik, visual, audio, aroma dsb). Pak Dahlan bisa mendapatkan insight tentang BUMN itu ketika mencium bau rokok di ruang Direksi. Beliau juga menangkap makna below the lines dari susunan kursi rapat sebagai ungkapan budaya feodalisme yang masih kental di lingkungan BUM (suka sekali dengan istilah beliau “teorisme ruang rapat”.
    Suara hati dan pikiran Pak Dahlan sangat kental menyuarakan optimisme dan pengharapannya sebagai upaya mengejawantahkan ‘manufacturing hope’ bahwa kita semua bisa, hanya tinggal menghilangkan tembok-tembok kebiasaan, stigma-stigma yang selama ini membelenggu kreatifitas, inovasi, terobosan banyak warga bangsa, termasuk warga BUMN, Bukankan kita semua diberikan bekal yang sama oleh Sang Maha Pencipta, hanya hasilnya tergantung pada proses asupan dan pengolahannya.
    Pak Dahlan sungguh seorang transformational leader yang sudah bertekad untuk memberikan yang terbaik kapasitas dirinya bagi kemashalatan bangsa, leader yang berani dan tegas dalam mengambil langkah-langkah perubahan yang tidak terkena beban hidden agenda atau agenda titipan. Belajar dari Pak Dahlan, kita semua tidak perlu harus minta kepada Sang Maha Pencipta untuk mendapatkan kesempatan ke 2 dalam memaknai eksistensi diri. Kita selalu dapat mulai setiap saat, dimana saja dan dalam peran diri kita apa saja.
    Sejalan dengan profesi dan komitmen saya, sangat tertarik mengamati fenomena kepemimpinan Pak Dahlan Iskan, ingin menjadikan beliau sebagai model kepemimpinan bangsa kita yang belakangan ini sangat langka.
    KUDOS (istilah saya untuk ungkapan hebat) PAK DAHLAN. Semoga Allah Swt terus mengijikan beliau untuk melakukan transformasi pada bangsa Indonesia, bangsa yang telah dititipi wilayah yang kaya, namun belum cukup pandai maupun bijak dalam mengolahnya, karena masih seringkali sibuk dengan hal-hal yang kurang hakikat atau superfisial.
    Salam hormat Tini Moeis

    Posted by Tini Moeis | 15 Desember 2011, 1:53 pm
    • bravo ibu….. anda salah satu pembaca blog ini yang bijak menanggapinya. tulisannya jg sama2 bisa menumbuhkan bahwa kita bangsa indonesia bisa lebih baik.

      Posted by syaif | 15 Desember 2011, 4:20 pm
      • Manufacturing positive energy (baik berupa hope, efficacy (self confidence), resilency, optimisme = HERO) lebih sangat dibutuhkan dalam situasi sekarang ini, dari pada delivering negative energy (baik berupa cacian, kebencian, fitnah, kekerasan, konflik dlsb). Semoga semakin berjayalah energi positif dalam kehidupan kita sehari-hari. Media sangat berperan dalam membentuk positive society atau negative society….

        Posted by boyrasb | 18 Desember 2011, 7:46 am
    • “KUDOS (istilah saya untuk ungkapan hebat)”
      Istilah saya??? Berbohong itu dosa loh, plagiat juga hukumnya haram kayaknya… TINI MOEIS, anda yakin kata “KUDOS” itu adalah istilah milik anda?

      Posted by Wajib Nama | 15 Januari 2012, 12:09 am
  76. Salam hormat Pak Dis.
    Kalau untuk BUMN2 feodal itu sebaiknya jangan hanya dikasih himbauan saja tapi harus direformasi manajemen, kalau perlu direvolusi sekalian. Di BUMN perkebunan, sistem perekrutan staf nya harus dibersihkan, jangan berdasarkan backing. Bahkan perekrutan karyawannya, masak ada sich Sarjana rela kerja nyadap karet atau dodos sawit? itu hanya terjadi di perkebunan BUMN karena kata backing nya “sabar dulu ya, tunggu kesempatan diangkat jadi staf yang penting masuk dulu”.
    Salut untuk Pak Dis

    Posted by Amridahlan | 15 Desember 2011, 9:11 pm
  77. Pak Dahlan, terima kasih.. ternyata masih ada “orang indonesia itu” .. kami mendukung pak, putus tuntas semua kemubaziran di BUMN. Dan terpenting pak, menjelang pemilu agar diamankan korps bapak dari menjadi sapi perahan “toke-toke” Senayan… terima kasih pak, semoga Allah SWT senantiasa melindungi dan mencerahkan dalams setiap upaya bapak untuk kemakmuran negeri ini.. amin

    Posted by Aththaar | 16 Desember 2011, 9:15 am
  78. Salut Pak Dahlan,
    Pengamatan bapak sangat jeli dan tajam…
    Puntung rokok dan kursi adalah 2 hal yg remeh dan cenderung diabaikan namun disiitu terbaca budaya orang2 sekitarnya. Bapak sebaiknya menegur dengan tegas akan hal tersebut
    karena jajaran direksi BUMN kita sudah seperti kerbau di cocok hidung
    perlu di pukul agar bisa jalan

    Posted by Java Steel Pipe | 16 Desember 2011, 11:44 am
  79. Dahlan Iskan beberkan rencana besarkan BUMN

    Kamis, 15 Desember 2011 22:22 WIB

    Jakarta (ANTARA News) – Menteri BUMN Dahlan Iskan mengungkapkan tiga rencananya dalam membesarkan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) untuk kemakmuran rakyat yaitu BUMN di sektor pangan, properti, dan transportasi.

    “Saya punya rencana besar mewujudkan BUMN yang kuat dan mampu mengalahkan swasta,” kata Dahlan di sela acara “Mandiri Economic Forum”, di Jakarta, Kamis.

    Menurut Dahlan, saat ini keinginan yang paling dekat di pikirannya adalah meraksasakan BUMN Pangan demi menjaga ketahanan pangan dari kemungkinan terjadinya krisis pangan.

    “Selama ini dalam kondisi normal kita masih mengimpor beras karena ketergantungan dari negara lain. Bagaimana jika Thailand, Vietnam, India, dan China tiba-tiba tidak bisa memenuhi permintaan beras dari Indonesia. Ini bisa membuat kita kesulitan pangan,” ujarnya.

    Untuk itu mantan Direktur Utama PT PLN ini bertekad membangun BUMN Pangan dengan mensinergikan tiga BUMN (Sang Hyang Seri, Pertani, dan Pusri) untuk mencetak 1 juta hektare lahan baru pertanian hingga 2014.

    “BUMN akan turun tangan dengan pendekatan korporasi untuk menyelesaikan berbagai kendala dalam pengembangan ketahanan pangan,” ujarnya.

    Pada bidang transportasi, Dahlan menuturkan akan membangun industri kapal pengangkut komoditi seperti BBM, minyak sawit, dan batu bara.

    “Sinergi BUMN di sektor transportasi dapat dilakukan antara PT Bukit Asam, dan BUMN perkapalan lainnya. Selama ini BUMN terlalu banyak yang menyewa kapal hingga triliunan rupiah untuk mendistribusikan hasil komoditi,” tegasnya.

    Untuk itu ditambahkan Dahlan, sudah saatnya dibuat industri kapal dengan skema jaminan pembiayaan.

    Dari sisi infrastruktur Dahlan melihat bahwa saat ini yang harus cepat-cepat dikembangkan adalah Pelabuhan Tanjung Priok.

    “Pelabuhan ini sangat strategis karena menjadi lalu lintas kapal dan barang dalam jumlah sangat besar. Selain juga mengembangkan Pelabuhan Minyak Sawit Kuala Tanjung,” katanya.

    Ia menggambarkan betapa saat ini infrastruktur logistik Indonesia belum memadai yang mengakibatkan terjadinya ekonomi biaya tinggi.

    Infrastruktur

    Sementara itu pada transportasi darat Dahlan berpikiran mengembangkan jalur transportasi kereta api dapat mengatasi kendala distribusi barang dan jasa yang selama ini terhambat karena keterbatasan jalan.

    “Dalam dua tahun ke depan kita harus menyelesaikan pembangunan “double track` jalan kereta api Jakarta-Surabaya,” tuturnya.

    Dahlan juga menyoroti distribusi migas terutama dari Jawa Timur ke Jawa Barat serta di sejumlah wilayah lainnya di Indonesia.

    “Pembangunan LNG receiving terminal dan pipanisasi gas trans Jawa saya akan paksakan dapat diselesaikan dalam dua tahun. Selain menampung untuk kebutuhan gas dalam negeri, terminal ini juga bisa dimanfaatkan untuk keperluan ekspor,” tegasnya.

    Sementara itu pada sektor properti, Dahlan mengungkapkan bahwa saat ini banyak aset tidak produktif BUMN yang jika dikelola secara korporasi akan memberi keuntungan yang sangat besar bagi negara.

    “Potensi kelolaan aset non produktif BUMN yang bisa mencapai sekitar Rp500 triliun itu dapat digarap dan dikembangkan Perum Perumnas dan PT Kereta Api Indonesia,” ujarnya.

    Secara keseluruhan diutarakan Dahlan, jika mimpi tersebut tidak direalisasikan sekarang juga maka Indonesia akan diserbu asing dan tidak bisa memanfaatkan pertumbuhan ekonomi.

    “Jika semua itu dilaksanakan sesuai jadwal, dan ditambah dengan masuknya Indonesia dalam investment grade pada semester I 2012 maka ke depannya bisa dibayangkan bahwa ekonomi Indonesia akan luar biasa bagus,” katanya.
    (T.R017/Z002)

    Editor: Ruslan Burhani

    sumber : http://www.antaranews.com/berita/289082/dahlan-iskan-beberkan-rencana-besarkan-bumn

    Posted by administrator | 16 Desember 2011, 2:04 pm
  80. Kamis, 15 Desember 2011 , 14:54:00
    Dahlan Iskan Hapus Jabatan Staf Ahli dan Staf Khusus

    JAKARTA – Dinilai hanya menambah anggaran dan tumpang tindih fungsi, Menteri BUMN Dahlan Iskan menghapus jabatan staf ahli dan staf khusus direksi serta dewan komisaris/dewan pengawas. Ketentuan ini berlaku mulai 1 Januari 2012. Sedangkan staf ahli/staf khusus yang diangkat pejabat di bawah direksi ditiadakan paling lambat 1 Juli 2012.

    “Direksi dan pejabat di bawah direksi, serta dewan komisaris/dewan pengawas tidak diperkenankan untuk mengangkat staf ahli maupun staf khusus atau nama lainnya yang sejenis,” tegas Dahlan Iskan, Kamis (15/12).

    Menyikapi efisiensi anggaran, Dahlan meminta seluruh kegiatan perusahaan harus direncanakan dengan baik dalam Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan (RKAP). Pengesahan RKAP dan RKA Program Kemitraan serta Program Bina Lingkungan yang menjadi kewenangan dewan komisaris/dewan pengawas harus dilakukan sesuai Anggaran Dasar.

    Adapun pelaksanaan kegiatan yang telah direncanakan dalam RKAP, di antaranya untuk investasi wajib didukung dengan studi kelayakan. Program kerja juga difokuskan pada efisiensi, efektivitas, produktivitas, serta pertumbuhan dan perkembangan nilai perusahaan.

    “Seluruh BUMN dalam setiap program kerjanya mesti berpatokan pada Good Corporate Governance, ketaatan kepada peraturan perundang-undangan, serta untuk kepentingan dan tujuan perusahaan. Di samping menghindari tindakan-tindakan yang menimbulkan benturan kepentingan (conflict of interest) dan intervensi di luar mekanisme korporasi dalam setiap perencanaan serta pelaksanaan kegiatan perusahaan,” bebernya.

    Ketentuan mengikat lainnya, tambah Dahlan, anggota dewan komisaris/dewan pengawas BUMN hanya diperkenankan menjabat pada satu BUMN saja. Untuk selanjutnya, Kementerian BUMN akan melakukan penataan sesuai kebijakan tersebut. (esy/jpnn)

    sumber : http://www.jpnn.com/index.php?mib=berita.detail&id=111320

    Posted by administrator | 16 Desember 2011, 2:04 pm
  81. Ini Mimpi Dahlan Iskan untuk BUMN
    Idris Rusadi Putra – Okezone

    JAKARTA – Menteri BUMN Dahlan Iskan mempunyai mimpi akan memajukan BUMN-BUMN untuk mensejahteraan rakyat. Dahlan bercerita akan membesarkan BUMN mulai dari BUMN pangan, transportasi hingga properti.

    Dahlan mulai menceritakan impiannya untuk membangun BUMN pangan raksasa. Dengan adanya BUMN pangan raksasa ini pada tahun 2014 akan ada 600 ribu hektare lahan baru pertanian.

    “Beras enam juta ton. Dan BUMN akan turun tangan dan pendekatan beras secara korporasi. Dengan demikian mudah-mudahan bisa di perbaiki,” ungkap Dahlan dalam acara Mandiri Economic Forum di Hotel Dharmawangsa, Jakarta, Kamis (15/12/2011).

    Bukan hanya pangan, di bidang transportasi, Dahlan mengatakan akan membangun industri kapal untuk mengangkut minyak, sawit dari PT Bukit Asam Tbk. Karena selama ini sambungnya BUMN menyewa kapal untuk pengangkutan ini yang menelan biaya triliunan rupiah.

    “Kenapa kita tidak buat industri kapal, dan kita gantikan dengan itu. Karena pasar kita tahu, dan tinggal skema pendanaannya saja. Tetapi modalnya akan kembali dengan sewa kapal tersebut,” jelas Dahlan.

    Kemudian sisi infrastruktur seperti pelabuhan, Dahlan mendesak agar pelabuhan kali baru Tanjung Priok bisa diselesaikan dengan cepat. Karena pelabuhan ini menampung lalu lintas yang cukup besar. “Dan Pelabuhan Sawit Kuala Tanjung. Biaya logistik kita sekarang masih menduduki nomor 75 dibawah Vietnam dan Malaysia,” tukasnya.

    Di sisi lain, untuk transportasi darat, Dahlan mengatakan angkutan barang dan jasa bisa berpindah ke kereta api karena ini dapat meringankan beban jalanan di Indonesia. “Karena PT Kereta Api memiliki tanah strategis di seluruh kota,” imbuhnya.

    Dan untuk Infrastruktur pipa gas, dari Jawa Timur ke Jawa Barat. Dahlan berencana akan membangun receiving terminal besar untuk Kakarta. Dan juga pipa gas Trans Jawa, kata Dahlan harus selesai dalam dua tahun. “Jadi bisa dialirkan ke kawasan yang kurang pasokan. Terminal LNG Arun,” pungkasnya. (wdi)

    sumber : http://economy.okezone.com/read/2011/12/15/320/542889/ini-mimpi-dahlan-iskan-untuk-bumn

    Posted by administrator | 16 Desember 2011, 2:07 pm
  82. Cara Agar BUMN Lepas dari Intervensi Politik
    Senin, 12 Desember 2011

    VIVAnews – Kementerian BUMN mendorong agar perusahaan-perusahaan BUMN dapat menerbitkan obligasi. Tujuannya, agar perusahaan bisa terhindar dari intervensi pihak ketiga dan partai politik.

    “Dengan penerbitan obligasi ini dapat mendorong perusahaan BUMN lebih transparan dan dapat dipertanggungjawabkan kepada publik,” kata Menteri Negara BUMN Dahlan Iskan di Jakarta, Senin 12 Desember 2011.

    Intervensi tersebut, kata Dahlan, bisa seperti permintaan proyek atau yang lain. “Meskipun itu sebenarnya bukan intervensi, karena hanya sebatas permintaan,” katanya.

    Menurut Dahlan, dengan menerbitkan obligasi, tata kelola perusahaan BUMN menjadi lebih baik karena di-rating dan mengikuti aturan pasar modal. “Sehingga harus lebih baik,” katanya

    Selain itu, alasan lain adalah memperbaiki persepsi publik terhadap perusahaan BUMN. Dahlan mengatakan, saat ini masyarakat meragukan kinerja BUMN, termasuk BUMN yang telah profesional sekali pun.

    “Untuk menumbuhkan persepsi publik, kalau BUMN sudah menerbitkan obligasi berarti sudah transparan,” katanya. “Profesionalismenya jangan diragukan lagi.” (eh)
    • VIVAnews

    sumber : http://bisnis.vivanews.com/news/read/271529-cara-agar-bumn-lepas-dari-intervensi-politik

    Posted by administrator | 16 Desember 2011, 2:27 pm
  83. Selain Pak Dahlan masih ada orang2 seperti beliau, punya visi dan pemikiran unik, punya bukti bukan omong kosong, walaupun mereka nggak terlalu bisa mengekspos diri, tetapi berlian tetaplah berlian. salah satunya adalah,

    Emirsyah Satar

    http://executive.kontan.co.id/v2/ceo_talk/read/83/Emirsyah-Satar

    So, masih banyak orang2 indonesia yang selevel dengan Pak Dahlan, biarkan Pak Dahlan bekerja dgn caranya, jgn diganggu dengan isu2 politis untuk jd presiden lah atau apapun itu, kita dukung beliau untuk bersih2 serta melipat gandakan LABA BUMN. jika beliau sukses, star to Pak Dahlan.

    Pak Dahlan, ditunggu Inovasinya untuk PT. Pos Indonesia, bagaimana caranya biar tuh BUMN untung ditegah persaingan global sekarang….

    Posted by Dedi Hidayat | 16 Desember 2011, 4:11 pm
  84. good job sir .

    Posted by MULYADI | 16 Desember 2011, 4:37 pm
  85. Saya Merindukan figur seperti Pak Dahlan…….! Semoga setiap langkahnya Selalu dalam lindungannya…….! Amin

    Posted by Kuswanto | 16 Desember 2011, 7:01 pm
  86. Pak Dahlan Iskan yang terhormat

    Saya mau saran , untuk dapat mengetahui lebih banyak lagi tentang kultural BUMN ada baiknya di tanyakan juga kepada pekerja yang sudah mengundurkan diri dari BUMN.

    semoga bermanfaat

    smoga Indonesia tambah baik

    salam

    Posted by handoko | 16 Desember 2011, 7:12 pm
  87. pa menteri ternyata tdk ketinggalan melewatkan berita ttng Malinda…. beserta susunya…. 😀

    Posted by edi w | 16 Desember 2011, 11:08 pm
  88. Pak Dahlan, terima kasih atas tulisannya yang inspiratif. Tetapi menurut saya sebaiknya pernyataan” Hanya, harus fair. Kalau direksinya boleh merokok di ruang kerjanya, dia juga harus mengizinkan semua karyawannya merokok di ruang kerja mereka. Dia juga harus mengizinkan semua tamunya merokok di situ.”, sebaiknya pendekatan tersebut bukan mengenai Fair-nya, sebaiknya berdasarkan alasan kesehatan. Bila Bapak berkeyakinan tidak baik untuk kesehatan maka pendekatannya yah melarang secara total. Semoga Bapak selalu diberikan kesehatan,amin

    Posted by handy | 17 Desember 2011, 6:36 am
  89. Mohon maaf pak DIS… Mungkin tidak ada korelasi dengan tulisan diatas… Namun saya hanya mencoba memberi informasi…
    Kebetulan rumah orang tua saya berada di depan PLTD Labuhan Sumbawa kab. Sumbawa NTB… Ada salah seorang pekerja bangunan yang bekerja disitu menceritakan kalo bangunan yang dibangun baru getaran bangunannya lumayan besar ketika 3 mesin dari 6 mesin terpasang dioperasikan… Ntah bagaimana rasa getaran ketika 6 mesin dioperasikan… Thanks pak DIS… Sukses slalu…

    Posted by Indra Gunawan | 17 Desember 2011, 10:09 pm
  90. Saya mendukung visi bapak dalam infrastruktur khususnya mengembangkan kereta api. Saya berharap tahun 2013 jalur “double track” sudah dapat digunakan. Saya usul Pak Dahlan, mengapa jalan tol hampir tiap tahun selalu dibangun, tetapi jarang saya dengar PT KAI membangun jalur rel baru ataupun merevitalisasi jalur yang ada untuk menunjang infrastruktur. Saya hanyalah orang awam, tetapi yang saya sering baca di media bahwa membangun jalan tol menghabiskan dana lebih besar dan banyak lahan produktif pertanianpun akan terkena dibandingkan jika yang dibangun adalah rel kereta api, apakah benar ya Pak Dahlan ?? Pada intinya saya salut dengan langkah bapak membenahi sektor pangan (agraris), pelabuhan (maritim) dan infrastruktur jalur kereta api (darat).

    salam kenal Pak Dahlan

    Posted by dannyprasetyo | 18 Desember 2011, 12:41 pm
  91. Tp kenapa PLN d tinggal bapak jadi sering mati lampu sekarang bulan ini sudah 2 kali,,,

    Posted by ipoel | 18 Desember 2011, 1:07 pm
  92. pak…. saya cuma titip jaga kesehatan bapak ya!!… semoga Allah melimpahkan kesehatan yg sempurna biar bapak bisa terus membuat terobosan dan gebrakan yg kita tunggu2 di semua sektor!!.. wasslam

    Posted by dewo1234 | 19 Desember 2011, 12:00 am

  93. saya salah seorang administratur di perhutani unit 3 jawa barat. Tiap hari senin saya wajibkan diri saya untuk membaca tulisan bapa, dan tiap jumat dalam rapat evaluasi di tingkat KPH selalu saya sebarkan ke teman2. saya menantikan betul sentuhan bapa di perhutani, selamat datang pa DI.

    Posted by budi shohibuddin | 19 Desember 2011, 2:00 pm
  94. Tetep sehat, Bapak … PR Bapak tentu sangat bany mumbuhkan konsistensi perubahan adalah hal terbaik .. Khusus tentang rokok, saya setuju menghilangkan rokok dari kancah formal BUMN Indonesia

    Posted by ekabees | 20 Desember 2011, 10:07 am
  95. Baca catatan2nya dahlan iskan di harian jawa pos…tulisan yang ringan tapi padat..menyentuh persoalan tapi tidak membosankan..bahasa yang ringan dan tidak kehilangan rasa humor…layak sering2 dibaca….ini salah satu contohnya…

    Posted by Suhandi Lubis | 20 Desember 2011, 11:56 am
  96. Bagus juga nih Pak Dahlan

    Denda Rp 100 Ribu bagi Perokok di Mapolsek Pamulang Harus Ditiru
    http://www.detiknews.com/read/2011/12/20/102535/1795251/10/denda-rp-100-ribu-bagi-perokok-di-mapolsek-pamulang-harus-ditiru?n990102mainnews

    Jakarta – Polsek Pamulang mengeluarkan aturan tegas mengenai rokok. Siapa pun yang merokok sembarangan di lingkungan mapolsek itu akan didenda Rp 100 ribu. Aturan tegas ini perlu ditiru polsek-polsek lainnya.

    “Itu merupakan lompatan ke depan yang sangat bagus sekali dan harus diikuti oleh polsek-polsek lainnya. Itu harus diapresiasi,” kata aktivis anti rokok, Ketua Bidang Penyuluhan dan Pendidikan Lembaga Menanggulangi Masalah Merokok (LM3), Fuad Baradja kepada detikcom, Kamis (20/12/2011).

    Fuad menjelaskan aturan tegas di Polsek Pamulang ini bisa jalan jika kapolseknya tidak merokok. Yang menjadi masalah biasanya pimpinan justru merokok sembarangan sehingga diikuti bawahannya.

    “Ini memang tergantung pimpinannya. Saya yakin pimpinan di Polsek Pamulang tidak merokok sehingga bisa menerapkan aturan ini,” sambungnya.

    Fuad menjelaskan merokok tidak dilarang. Namun yang menjadi masalah adalah merokok di sembarang tempat sehingga menggangu orang lain. “Masalahnya adalah kalau merokok dilakukan di sembarang tempat,” imbuhnya.

    Kapolsek Pamulang, Kompol Zulkifli Muridu, mengatakan penertiban kawasan dilarang merokok ini terinspirasi kebijakan Presiden dalam rangka pencanangan gerakan Indonesia bersih.

    “Untuk tahap awal kita akan denda Rp 100 ribu. Ke depan bisa Rp 200 ribu. Ini sudah disepakati bersama dengan para anggota. Ini berlaku juga untuk mereka yang datang ke polsek. Karena kami sudah pasang larangan,” ujarnya, Senin (19/12).

    Posted by handy | 20 Desember 2011, 12:05 pm
  97. andai saja para pemimpin di negeri ini memiliki jiwa dan sikap seperti pak Dahlan yang mau melihat kondisi dilapangan langsung dan mencari solusi dari setiap masalah. Saya sangat yakin Indonesia tidak akan butuh waktu lama untuk menjadi negara maju, makmur bagi semua rakyatnya.

    Posted by Bambang Supriyanto | 20 Desember 2011, 3:06 pm
  98. Dahlan Iskan Jamin Dua Tahun Ruwetnya KRL Jabodetabek Kelar
    Selasa, 13 Desember 2011 21:57 WIB

    LENSAINDONESIA.COM. Naik kereta api kelas ekonomi, ternyata bukan hal baru bagi Dahlan Iskan. Ia mengakui, jauh sebelum menjabat Menteri Negara BUMN, Big bos Jawa Pos Group ini ternyata kerap menaiki salah satu model transportasi alternatif murah yang banyak dipilih warga untuk berbagai tujuan.

    “Saya sudah sering naik kereta api ekonomi, bukan hanya kemarin. Belum lama ini, sekitar dua bulan lalu, bersama keluarga, saya naik kereta ekonomi selama dua jam dari Leces (Probolinggo) menuju Surabaya,” ujar Dahlan pada lensaindonesia.com sebelum Rapat Kerja dengan Komisi VI di Gedung DPR, Jakarta, Senin malam, (12/12/2011) kemarin.

    Seperti diketahui, mantan Dirut PLN tersebut Senin pekan lalu melakukan pantauan langsung rute Kereta Rel Listrik (KRL) trayek Depok menuju Jakarta, dengan menaiki langsung kereta api kelas ekonomi tanpa AC. Rupanya, ia dapat merasakan langsung bagaimana permasalahan dan keluhan terhadap layanan kereta api.

    “Saya harus tahu benar permasalahan yang dihadapi dan dirasakan, baik bagi pengelola maupun bagi pengguna, sebelum memutuskan kebijakan,” terang Dahlan.

    Mengurus permasalahan kereta api di Indonesia (KAI) diakui memang tidak mudah. Diperlukan komitmen dan kerja keras untuk membenahi KAI agar sesuai dengan kebutuhan ideal masyarakat.

    “Tidak mudah, tapi saya optimis dalam dua tahun ini bisa membenahi, salah satunya dengan menambah kapasitas rangkaian gerbong,” jelas Dahlan yang enggan di panggil Pak Menteri.

    Hal itu karena, lanjut Dahlan, kalau harus menambah frekuensi keberangkatan memang sudah tidak mungkin lagi.

    “Bayangkan kalau tiap tiga menit sekali ada keberangkatan kereta. Mungkin setiap persimpangan jalan dengan rel kereta sudah tidak sempat lagi dibuka, tutup aja terus. Sementara jika harus membuat underpass di setiap jalur persimpangan jalan dengan kereta akan memakan cost besar,” tegas Dahlan. esa/LI-06

    sumber : http://www.lensaindonesia.com/2011/12/13/ini-dia-dahlan-iskan-jamin-dua-tahun-ruwetnya-krl-jabodetabek-kelar.html

    Posted by administrator | 21 Desember 2011, 8:17 am
  99. Tetap Semangat Bapak Dahlan,
    Semoga Tuhan selalu Melindungi Bapak yang tengah berjuang demi Ibu pertiwi tercinta.
    semangat Bapak akan saya jadikan Suri toladan dalam kehidupan.

    Terimakasih.
    Kerja, Kerja, dan Kerja…

    Posted by ilhan kuriawan raharjo | 21 Desember 2011, 5:57 pm
  100. go go go pah dahlan….vote dahlan iskan untuk RI 1..jujur aq punya HOPE seandainya pak dahlan punya kesempatan untuk menjadi Preseiden Indonesia tahun 2014…pasti akan banyak yang akan direformasi…

    Posted by caderabdul | 21 Desember 2011, 5:58 pm
  101. Bagi yang berharap perubahan u Indonesia, mulai sekrang bentuk relawan Dahlan For Presiden 2014, wakilnya Ibu Ani Yudoyono….ok?

    Posted by hambali rasidi | 21 Desember 2011, 8:55 pm
  102. Dalam sejarah ekonomi negara tercinta ini pada waktu di jajah belanda dulu struktur masyarakat sudah terpilah menjadi 1) Feodal dan Penjajah/Amtenaar 2) Timur Asing (menghasilkan uang dan upeti) dan 3) Irlander/ Rakyat jelata. ( ingat cerita Prof Dr Emil Salim waktu mau masuk restoran tidak diperbolehkan karena tertulis irlander dan anjing tidak boleh masuk).
    Sekarang Amtenaar itu digantikan oleh Penguasa/ Kekuasaan , timur asing masih ada dan irlander masih ada berupa buruh/ PRT yang siap dimaki-maki / disisksa dll.
    Salah satu keinginan orang bergaya feodal ini adalah dengan adanya kekuasaan ada kesempatan, adanya kesempatan orang bisa berbuat baik bisa juga berbuat jahat.
    Duduk di kursi BUMN sangat empuk + gaya feodal. Dan ini memang menyenangkan inilah daya tarik para petualang dan anehnya gaya-gaya ini masih diamini oleh masyarakat kita ya mungkin sejak dulu sampai sekarang dicuci otaknya. Kita masih disungguhi baik dalam bertata krama, upacara-upacara, pernikahan dan lain-lain.
    Pak Dahlan Iskan perlu merubah gaya feodal semua ini agar BUMN bisa maju.

    Posted by Fajar | 22 Desember 2011, 12:56 pm
  103. masalah rokok ini kadang tidak selalu harus di-hitam-putihkan. Pemfasilitasian kebiasaan seseorang bisa diterima apabila hal tersebut memang layak. Misal yang bersangkutan memang seorang pemikir jitu yang akan menghasilkan solusi brilian dengan merokok (terdengar lucu tapi terimalah, begitu memang adanya kadang-kadang). Di kantor saya (perusahaan swasta) ada seorang manajer yang khusus ruangannya diberi exhaust extra karena dia perokok berat. Tapi karena direksi menganggapnya sebagai aset yang berharga, maka kebiasaannya difasilitasi. Namun cukup hanya di wilayah pribadinya, tidak sampai ke ruang rapat. Merokok adalah urusan pribadi, dan baik tidaknya merokok, exposure nya ditentukan oleh sejauh mana si perokok menghormati lingkungannya. Mengenai kultur feodalisme sendiri erat kaitannya dengan nepotisme ya pak. Karena kalau saya pikir, kultur seperti ini paling sulit diubah, kecuali oleh sebuah revolusi (pengubahan paksa) karena perubahan melalui regenerasi sepertinya hanya mimpi, kecuali ada seseorang agen perubahan yang juga didukung oleh pemegang posisi-posisi penting.

    Posted by quigonjean | 23 Desember 2011, 8:54 am
  104. Maju terus pak Dahlan. Tetap semangat. Baru kali ini ada Pejabat Menteri yang sangat waras menurutku. Paham dari mana memulai pembenahan kementerian BUMN. Berdoa agar kerja Bapak benar-benar berhasil. Karena kalau tidak, nasib rakyat Indonesia akan selalu susah seperti saat ini. Jangan sampai BUMN hanya jadi ‘sapi perahan’ para politisi dan markus2 proyek. Sukses untuk Pak Dahlan

    Posted by QL | 23 Desember 2011, 12:39 pm
  105. Pengamatan dan sikap yang bagus sekali Pak Dahlan.
    Anda selalu mencoba melihat ‘sisi dan sudut pandang lain’ dari fenomena yang Anda lihat.. dan tidak menghakimi sesuatu yang sifatnya subjektif..

    Wisdom is about the ability to see things from multiple angle… the more angle we cover the wiser we are..

    Mengenai kultur di BUMN saya menyarankan diterapkan sebuah kultur yang bersifat “Appraisals by Performance” alias “Merit based system”, beberapa BUMN sudah menerapkan hal ini dengan baik namun masih banyak yang tidak/belum. Sehingga dapat menggusur kultur ‘birokrat’ yang mengandalkan ‘relasi’,’kenalan’,’koneksi’,’backing’,’suku/etnis’ yang masih umum terjadi di dalam instansi pemerintahan akibat alasan ‘historis’.

    Masalah tersebut terjadi secara umum di seluruh dunia bukan spesifik Indonesia.
    Kultur “Telstra” (BUMN) sangat berbeda dengan Optus.
    Kultur “ZTE” (BUMN) sangat berbeda dengan Huawei.
    Kultur “AT&T” (BUMN) sangat berbeda dengan Verizon..

    Secara umum BUMN memang memiliki kultur yang relatif lebih birokratis dan tidak efisien dibandingkan korporasi swasta. Sehingga menimbulkan ke tidak efisienan dalam pengambilan keputusan atau bekerja.

    Secara historis, kekaisaran Mongolia pimpinan Genghis Khan tercatat sebagai salah satu pihak yang sukses menerapkan merit based system. Panglima perang penyerbuan ke Baghdad yang seorang Tionghoa (notabene orang ‘jajahan’) mendapatkan promosi ketika sukses menaklukan Baghdad. Sedangkan panglima perang penyerbuan ke Vietnam yang seorang Mongol dan ‘masih satu suku’ dihukum ‘pancung’ karena gagal.

    Tentu saya tidak menyarankan Reward & Punishment sebrutal itu untuk diterapkan di BUMN Indonesia.. :))

    Selamat Bekerja Bung Dahlan! Teruslah Berkarya bagi Indonesia!

    PS: Contoh kecil, mungkin sudah saatnya mempopulerkan kembali panggilan “Bung” untuk menggantikan “Pak”/”Bapak”..

    Posted by Fajar S | 23 Desember 2011, 1:50 pm
  106. Pak DIs , Bapak sangat meng-inspire kami , semoga Bapak selalu dilimpahi kesehatan .

    Posted by Kuncoro | 24 Desember 2011, 4:17 pm
  107. Bravo, What a great move, Pak Dahlan, bapak mempraktekkan a leader with no title, gebrakan selanjutnya untuk melihat action selanjutnya, seberapa cepat BUMN kita masuk ke dalam kancah FORTUNE 500!

    Posted by Cahyadi Kurniawan | 24 Desember 2011, 5:30 pm
  108. Dasar mengangkat kemajuan bangsa adalah badan yang sehat dan pendidikan yang memadai.t???
    Memang industri rokok sudah merasuk ke seluruh dunia, mereka melakukan lobby yang sangat canggih
    padahal indonesia konsumsi rokok itu jauh dari konsumsi telur, bahkan khusus untuk anaka balita, terlalu sering karyawan ribut gaji tidak cukup padahal merokoknya kuat, apakah merokok itu satu satunya “nikmat” yang bisa dinikmati rakyat???
    Sebagai banding, sebatang rokok sekarang harganya ekivalent dengan sebutir telur, waktu saya mash akitive di corporate, terlalu sering saya “ceramahkan” ke karyawan, berhentilah merokok, tukarlah ongkos rokok itu ke dalam konsumsi telur buat anak anda (teman saya ketua forte lampung, menunjukkan konsumsi telur kita masih jauh dari harapan, sebutir sehari…)
    Nah, bila anak balita kecukupan giji (protein) otakpun berkembang, sekolahpun tambah pintar, tentu pasti bisa kontribusi lebih di dalam masyarakat.
    Pak Dahlan sekarang iingkaran pengaruhnya mulai membesar, coba bayangi kalau di selruuh BUMN tidak merokok dan sebagai gantikan mulai memberi telur setiap hari satu butir ke putra putri mereka, niscaya dalam 10 tahun ke depan, generasi kita sudah jauh lebih maju, dan berpikir lebih jernih…

    Posted by Cahyadi Kurniawan | 24 Desember 2011, 5:38 pm
  109. Saya setuju saja dengan semangat 2011 Pak Dahlan. Tapi pak Dahlan juga harus ingat akan kesehatan. Kalau selama jadi CEO PLN bapak sudah keliling indonesia untuk meninjau pembangkit listrik berbagai model di seluruh sudut Indonesia. Sekarang setelah jadi Menteri BUMN apakah juga akan seperti itu ?
    Ingat pak, bapak pernah “Ganti Hati” ! . Ya alhamdulillah kalau ‘hati yang baru’ itu memberi semangat yang baru pula pada bapak. Tapi kalau ‘digladrah’ (dipakai berlebihan ) begitu bisa juga hati yang baru itu purik.
    Saya tidak berniat menyurutkan semangat pak Dahlan , tapi cuman ‘ngeman’ saja……
    Good luck deh Pak. Saya doakan bapak sehat selalu

    Posted by Intan | 25 Desember 2011, 6:11 pm
  110. Baru kali ini saya ngefans sama anggota Kabinet.
    Semoga dari anggota kabinet bisa menjadi orang nomer 1 di negeri ini.
    Demi untuk Indonesia yang lebih baik….

    Satu hal yang pasti, Pak DIs disukai karena kinerja dan perilakunya. Bukan karena
    ayah bunda atau nenek moyangnya.
    Maju terus pantang mundur Pak, jgn jadi org yg maju mundur pantang terus.

    Posted by Ruin | 26 Desember 2011, 9:39 am
  111. 2014 masih lama… mudah-mudahan pak Dahlan Iskan bisa berbuat sangat banyak dalam mengubah kultur managemen di seluruh BUMN negara ini. Selanjutnya Mentri-Mentri lainnya bisa meniru tindakan bapak untuk mengubah kultur PNS di departemen-departemennya. Semoga menjadikan Indonesia lebih baik.. Aminnnn

    *salah satu pegawai BUMN di negara ini

    Posted by ehem | 26 Desember 2011, 10:02 am
  112. hanya satu… semoga anda selalu di beri kesehatan…. mau jd RI berapa aja yang penting ada ikut berbuat….

    Posted by yamazaki | 27 Desember 2011, 8:39 am
  113. Melihat dan membaca pemikiran Pak Dahlan, menimbulkan inspirasi yang positif. Terima kasih Pak

    Posted by jarir | 27 Desember 2011, 10:05 pm
  114. tulisannya keren ada milis DI Fans Club ga ya?

    Posted by awani | 29 Desember 2011, 11:46 am
  115. Beri teguran Pak..biar nyadar. Kalau perlu yg menjabat direksi BUMN harus orang2 non perokok..wekekeke

    Posted by Tototapalnise | 29 Desember 2011, 4:41 pm
  116. Bravo Pak dahlan,

    bukti kalo bapak bisa mejadi harapan perbaikan bumn adalah saat terlintas begitu saja nama bapak dibenak saya ketika saya mengalami kerugian yang diderita akibat ketidak profesionalan kantor pos. Mungkin ini hanya hal kecil buat bapak tapi sangat besar dampaknyabagi kami.

    Saya kehilangan surat penting yang saya kirimkan lewat pos, yang berakibat batalnya rencana pernikahan kami. Sulitnya membuat surat2 tersebut tidak terlalu berarti daripada batalnya rencana pernikahan kami. Mungkinkah ini dikategorikan tuhan belum merestui? Atau Petugas pos (PT POS) belum merestui?,,,,,, dan banyak lagi cerita lain tentang bobroknya tanggungjawab pt pos yang bisa bapak baca diinternet.

    Posted by intansari | 30 Desember 2011, 8:37 am
  117. nih dia presiden saya 2014, ada seseorang yang mirip dengan pak DI, disaat menjabat kalo pekerjaan bukan urusan negara pantang menggunaan failitas negara termasuk vorejer, tapi sekarang namanya tenggelam seiring tidak menjabat lagi.

    Posted by fan | 30 Desember 2011, 5:48 pm
  118. Luar biasa, selalu spechless baca tulisannya Pak DI. 🙂 Karena stitik nila rusak susu se Malinda

    Posted by Uminaufal | 30 Desember 2011, 9:36 pm
  119. Kalo sudah membaca tulisannya Pak Dahlan, saya selalu merasa terbawa ke dalam pemikirannya dan saya selalu speechless. Lanjutkan pak!

    Posted by lintanghati | 30 Desember 2011, 10:42 pm
  120. Feodalisme bertabur puntung rokok, judul dan isinya sangat mengena, tiap detail kerakusan yang Bapak Tulis gampang dicari contohnya di setiap BUMN. Tetapi mohon perhatian, kepada Bapak Dahlan Iskan, Saran saya yang perlu diperbaiki dengan segera tidak hanya BUMN bangkrut atau merugi saja. justru BUMN dengan dengan keuntungan dan aset yang besar seharusnya menjadi prioritas untuk dikendalikan, karena dampak pengaruhnya sangat besar bagi negara, BUMN dengan keuntungan yang besar adalah incaran rampok dari dalam dan luarnegeri

    Posted by Ruwanto | 1 Januari 2012, 6:15 pm
  121. Saya suka sekali dng tulisan kali ini..
    Menurut saya kesimpulan yg ditarik pun mengena,,karna yg menjadi permasalahan utama di BUMN adalah kultur,,terutama “kultur saling rebut jabatan”…
    Saya harap suatu saat statement ‘utk dpt jabatan g perlu org “pintar” yg diperlukan hanya org yg “pintar2” ‘ dapat diubah.. (Cat : “pintar2” dlm hal ini konotasinya negatif,,cari muka,backing,injak sana sini,,dll)
    Statement tersebut kdng dng gamblangnya disampaikan oleh para senior ke para pegawai baru yg tentunya scr tdk lsng menjamin kelangsungan ‘kultur saling rebut jabatan’..
    Pegawai yg “pintar” yg berusaha utk tetap berpegang pada kultur korporasi yg sehat seringkali stuck di tempat (karir) yg pd akhirnya timbul kekecewaan yg membuat pegawai “pintar” tersebut tdk bekerja maksimal.. Hal tersebut baik itu secara lsng ataupun tdk lsng melemahkan mental & moral..
    Mohon maaf sebelumnya bila ada kata2 yg salah atau menyinggung..

    Posted by dee | 1 Januari 2012, 9:37 pm
  122. Feodalisme udah menjadi kebiasaan dari pemimpin kita baik swasta, bumn maupun pemerintahan. Satu contoh kecil aja. Jika pimpinan datang ke kantor, tas sekecil apapun pasti maunya di angkatin sama anak buahnya. Saya berharap dg adanya kunjungan ke bumn akan membuat praktek feodalisme semakin berkurang. Biar para direksi tidak hanya pamer kekuasaan, yg mana perusahaan yg dia pinpin selalu menerima subsidi. Gak malu kali ya minta subsidi (sedekah). Ke pemerintah pake dasi dan mobil mewah. Terima kasih.

    Posted by desmal | 2 Januari 2012, 9:46 am
  123. Mudah-mudahan bapak dapat selalu menjaga idealisme sucinya jangan terkotori oleh sistem yang telah bobrok. Semoga korupsi dan segala macam temannya berangsur-angsur berkurang. Maju terus pak…..kami, rakyat Indonesia kan selalu mendukung bapak.

    Posted by abdi | 2 Januari 2012, 3:59 pm
  124. Saya gak setuju kalo Pak Dahlan sebagai presiden RI. Soalnya gak bakalan bisa kemana-mana naik Ojek, KRL dan Bussway sendirian. dan pastinya semua yang di datanginya akan ABS, cari muka.
    Jika boleh usul justru jadi ketua DPR, karena sangat strategis dan dapat mengendalikan roda pemerintahan.

    Kalau Almarhum KH Zainudin MZ punya pesantren yang mencetak kader-2 dai sekapasitas beliau, kenapa anda tidak mencoba membuat semacam Dahlan Iskan Camp. Jika saya tidak bisa mendaftar karena faktor usia, maka akan saya “paksa” anak saya masuk Camp tersebut.

    Keep up great works bro!!!

    Posted by esumitra2008 | 3 Januari 2012, 11:31 am
  125. Salah satu penyebab msh banyaknya BUMN BUMN yang tidak maksimal kinerjanya karena main backing, feodal dan kaku….inilah cermin dari negara kita…yang punya kelebihan memanfaatkan backing buat mencari kepentingan pribadi….yang begitu musti segera ditindak pak, biar negara dan publik tdk terlali jauh di rugikan…..bagus juga dan setuju sama pak Dahlan….sebagai orang nomor satu di BUMN berani membuka bobrok nya sendiri, toh tujuan nya juga buat kebaikan, semoga dengan semakin terbukanya bapak sebagai menteri BUMN bisa membuat suasana BUMN kita menjadi lebih manusiawi dan bisa ikut memikirkan kepetingan publik…..terus maju pak Dahlan…..

    Posted by fikri | 4 Januari 2012, 8:04 am
  126. Gaya memimpin Pak Dahlan Iskan, selaku Menteri Negara BUMN menarik perhatian, yaitu dengan mencoba merasakan pelayanan publik seperti ke kantor naik kereta, ojek dan sebagainya. Paling tidak Meneg BUMN akan bisa memberi masukan kepada manajemen perusahaan pelayanan masyarakat untuk lebih berorientasi kepada pemakai jasa/produk yang akhirnya akan membawa manfaat bagi pengembangan korporasi.   Mudah-mudahan gaya kepemimpinan Meneg BUMN akan semakin mengarah kepada hal-hal yang fundamental dalam mengembangkan BUMN pada “paruh waktu akhir” perjalanan Kabinet yang sekarang sedang “berkuasa”.   BUMN sungguh suatu potensi yang luar biasa, yaitu dari segi pendapatan dan segala multiplier efeknya serta manfaatnya bagi masyarakat pada umumnya. Saya sering sekali mendengar kata-kata dari para pejabat BUMN seperti “Kita adalah BUMN…..”, entah mau mencerminkan rasa kebanggaan atau cara berfikir yang berbeda atau barangkali semangat kebal krisis…..  Di tempat lain saya mendengar “Wah..kami ini swasta pak….” Seakan-akan mencerminkan betapa ringkihnya perusahaan swasta tersebut, sehingga seperi siap dilindas oleh apa saja yang lewat….   Semangat “Wah kami ini swasta….” Ternyata tidak membuat para pengelola diam mengikuti arus kemana air mengalir tapi justru menjadi suntikan daya juang yang tinggi untuk bagaimana tetap hidup atau menjadi lebih dari sekedar hidup, bahkan memberi manfaat bagi masyarakat luas. Contoh saja: sekarang ini tersedia karcis murah naik pesawat yang dipelopori oleh usaha swasta. Inilah suatu contoh pengembangan usaha yang memberikan keuntungan kepada para pemegang saham dan juga memberi manfaat kepada masyarakat umum.   Meneg BUMN tentu mempunyai lebih banyak pengetahuan dalam hal ini karena memang beliau adalah enterpreuner sejati yang lahir dari kubangan lumpur swasta. Masayarakat sangat menaruh harap kepada Meneg untuk semakin memberdayakan pejabat-pejabat BUMN agar mengembangan BUMN sebagaimana halnya perusahaan swasta. Bagi sementara kalangan mengatakan bahwa mengelola BUMN lebih sulit karena banyak benturan-benturan yang membuat pengelola tdk bebas bergerak. Kalau memang demikian maka tugas Meneg untuk mengevaluasi hambatan yang ada serta mengajak setiap insan untuk berpikran swasta.   Saya sependapat dengan Meneg yang akan sidak ke BUMN. Saya mohon tidak sekedar datang mendadak tapi meminta para pengelola BUMN untuk membuat presentasi dadakan tentang fungsi pengelola, masalah yang dihadapi, rencana penyelesaian serta progressnya sampai di mana. Saya yakin Meneg akan mengetahui kwalitas pengelola dalam pada saat presentasi dadakan ini. Ini hanya sekedar contoh, bisa saja ditanyakan hal-hal lain yg harus dilakukan sendiri oleh pejabat tersebut. Kalau Meneg sudah mengetahui kwalitas pengelola, maka akan mudah mengerti apakah perusahaan ini akan berkembang atau tidak.    

    Posted by edi marjan | 4 Januari 2012, 9:05 am
  127. Pak DIS YSH
    perubahan kultur ‘instansi’ BUMN menjadi korporasi akan memerlukan energi yg sangat besar. Mengapa? karena BUMN sudah terlalu lama berwajah instansi + full birokrasi , sehingga sangat kaku dan feodal. Untuk meningkatkan /membentuk / merubah kultur di korporasi saja, masih menemukan beberapa kendala.
    Diperlukan agent of change yg ndablek, berani malu dan menjadi panutan para stake holder BUMN, dan yg pasti kriteria ini banyak dipunyai oleh generasi muda. Jadi kunci dari perbaikan kultur/manufacturing hope/pengentasan kerugian di BUMN adalah sistem recruitment para punggawanya. Kalo untuk jd direktur BUMN saja, harus sowan sana-sini ke partai dan para ‘tokoh’ , harus punya ‘modal’ kuat, koneksi banyak………akhirnya yaa seperti skrng.
    Kalo pak DIS berani, pola recruitment ‘fit n proper test’ ala DPR harusnya dirubah. cari sebanyak-banyaknya eksekutif muda baik dari dalam BUMN atau di eksternal spt perusahan2 MNC yg punya semangat korporasi, berikan ruang bergerak yg fleksibel, mintakan presentasi ide2 brilian dan agrement remunerasi yg jelas berdasarkan target performance nya. Sistem ‘fit n proper’ dilakukan oleh sebuat team profesional yg INDEPENDENT (akademisi, profesional, eks direksi, komisaris, pengamat, whoever, but not politician).
    Mungkin nama-nama spt pak Rhenald Kashali (akademisi), Pak Kuntoro (birokrat), Pak Sandiaga Uno (profesional) dan pakar2 terkait dg masing2 BUMN.

    Maaf jika sarannya dianggap lancang,

    Salam penuh hormat.

    Posted by Adrian | 4 Januari 2012, 11:19 am
  128. Pak Dahlan, terima kasih telah memberi harapan untuk Indonesia….

    Posted by sakti | 4 Januari 2012, 4:23 pm
  129. Bapak juga harus melihat langsung “budaya komisi” yang sangat merugikan, merajalela, dan sangat diskriminatif dan mengarah koruptif di BUMN industri perasuransian pak. Karena bila masalah ini bisa teratasi secara benar insya Allah saya yakin industri asuransi kerugian BUMN akan semakin terus maju secara signifikan. Silahkan Bapak melakukan kroscek sendiri atas masalah ini, insya Allah Bapak akan mengerti kenapa ini menjadi masalah krusial di BUMN yang bergerak di bidang / industri asuransi kerugian. Terima kasih atas perhatiannya pak. Wassalam. #PIPI (Pecinta Industri Perasuransian Indonesia)

    Posted by PIPI (Pecinta Industri Perasuransian Indonesia) | 4 Januari 2012, 7:24 pm
  130. Hmmm..BUMN mulai dari syarat masuk aja sudah ada diskriminasi…bubarkan saja BUMN yg tidak sehat dan merugikan Negara…

    Posted by ademurti | 6 Januari 2012, 9:30 am
  131. itulah tujuan presiden kita menaro bapak di kementrian BUMN, jadi jangan satu BUMN saja (Baca = PLN) yang merasakan dampak luar biasa ketika dipimpin pak Dis..

    lebih dari itu, semua BUMN di Indonesia akan jadi tonggak perekonomian bangsa yang akan membuat bangsa ini sejajar dengan bangsa lainnya, terutama terlebih dahulu mengalahkan tetangga sebelah (baca = malingshit)

    dan berharap bapak jadi presiden dan pemimpin untuk bangsa ini…

    Demi kemajuan bangsa dan negara ^_^

    Posted by Andika perdana | 6 Januari 2012, 2:39 pm
  132. Mungkin BUMN Perkebunan harus merubah “Tri darma perkebunan”

    Posted by Salam S.Rajab | 6 Januari 2012, 10:22 pm
  133. Corporate culture yang sudah kadug mendarah daging memang sulit diubah, tapi tiada yang tak mungkin di kolong langit ini selama Alloh Subhanahu wa Ta’ala mengizinkan.
    MAJU TERUS PAK!

    Posted by A. Pramana | 7 Januari 2012, 3:47 am
  134. Maju Terus Pak Dahlan Iskan……

    Posted by Barata | 7 Januari 2012, 8:14 pm
  135. Saya jadi ingin menunggu bapak DI datang ke Perkebunan Teh Pasir Nangka di Cianjur Jawa Barat, yang saya bayangkan, pak DI akan naik bus di sepajang jalan berkelok sejauh 60 km dari kota Cianjur dan melakukan sidak di kantor Perkebunan ini. Jika bapak DI merencanakannya, saya akan dengan senang hati menjadi guide dan menjadi ojek untuk bapak dengan gratis, hehehehe,,,

    Posted by Ikhsan Permana | 7 Januari 2012, 11:01 pm
  136. mantaf sekali pak DIS, semoga Allah SWT selalu menganugerahi kesehatan dan keselamatan kepada pak DIS, amien

    Posted by Batik S128 | 10 Januari 2012, 10:37 pm
  137. wah, salute untuk Pak Dahlan. Waktunya masih sempat menulis. Btw, kapan tidurnya pak? hehe..
    selamat ya pak. semoga tetap diberi kesehatan utk terus bisa menulis dan menyebarkan gagasan segar ke masyarakat

    Posted by pyandri | 12 Januari 2012, 3:12 pm
  138. Buat pak dahlan iskan, hebat pak..saya salut dengan bapak. Dengan bapak yang menjadi ceo kementrian BUMN, saya yakin kedepannya semua BUMN dapat berjalan dan berfungsi sebagaimana mestinya.

    TOP buat bapak.

    Posted by rudi irawan | 14 Januari 2012, 9:01 am
  139. salut, lut,lut,lut, sebuah keputusan yg sgt bijak, duduk sama rendah berdiri sama tinggi, intinya mana yg lebih efektif, mau merokok monggo.., mau tidak ya nda papa, soal kalo ada yg nyalonin jd presiden si.., hrs mau pak, bangsa ini sgt membutuhkan org” spt bapak, org yg pinter & bener, kalo hanya pinter …, banyak, kalo yg ga bener.., lebih banyak, salam ya.. buat malinda…, yg susunya sebelanga….

    Posted by abraham syai | 14 Januari 2012, 9:14 pm
  140. DON KARDONO
    Selasa, 27 Desember 2011
    Gaya Lama Cerita Baru

    PEKAN ini, hape saya berkali-kali dikontak kawan-kawan pimpinan media cetak di ibu kota. Ada yang BBM, SMS atau via telepon langsung. Mereka hanya ingin sekadar ngerumpi soal gaya Menteri Negara BUMN Dahlan Iskan, yang belakangan menjadi hot topic. Dari soal antre beli tiket KRL, berdesak-desakan di KRL, naik ojek ke Istana Bogor, sampai urusan makan Soto di warung sederhana di stasiun.

    Juga soal sikapnya yang keras melawan mafia yang mengganggu tol PT Jasa Marga. ’’Eh, katanya si bos habis ditegur ya?’’ pancing kawan itu. Jawaban saya standar saja, ’’Wong Pak Dahlan kok ditegur? Apalagi soal gaya kepemimpinan yang neko-neko? Ah, itu tidak mungkin. Kalau pun iya, itu namanya kurang kerjaan dan tidak paham siapa beliau.

    Nggak ada untungnya! Zaman sekarang kok sibuk batas membatasi kreativitas orang lain? Capek deh.’’ Oh ya, siapa yang menegur? ’’Soalnya pamor dan berita Meneg BUMN lebih menarik jurnalis daripada pokok-pokok bahasan dalam sidang kabinet. Bahkan lebih memikat daripada solusi-solusi yang dibahas dalam rapat kabinet itu,’’ begitu kelakarnya, tanpa mau menjawab siapa yang terganggu oleh leadership model Dahlan Iskan itu. Kalau begitu masalahnya, ya tidak perlu dibahas, begitu jawabku. Biarkan saja, toh bukan sesuatu yang substansial. Seperti judul tulisan ini ’’Gaya Lama Cerita Baru.’’ Buat kawan-kawan di Jawa Pos Group, gaya freestyle itu sudah lebih dari 20 tahun lalu dilakukan Dahlan Iskan. Freestyle atau gaya bebas, tidak beraturan, tidak berbentuk, tidak berpola, mirip amuba, ’’liar’’ tetapi punya disiplin goal atau tujuan sangat tegas. Makin ekstrem, makin kreatif, menemukan banyak inovasi baru, dia semakin apresiatif.

    Lama hidup berada dalam ekosistem jurnalis yang ’’bebas berpikir, bebas bertindak, bebas beraplikasi’’, egaliter, to the point, tidak berbelit, apa adanya, seperti itu, bisa jadi membuat kagok pada mereka yang lama berada dalam atmosfer birokrasi. Suasana yang 180 derajat beda! Apalagi, birokrat yang basic-nya bukan berlatar belakang pengusaha. Karena itu, celometan-celometan kecil, yang bernada tidak nyaman atas gaya Meneg BUMN itu, sangat bisa dimengerti.

    Tetapi, ada juga yang latah, bahwa cara-cara itu dianggap sebagai ’’pencitraan’’ belaka! Saya baca di milis, facebook, twitter, ada juga seperti itu meskipun jumlahnya sangat tipis dibandingkan dengan mereka yang memuji langkah berani itu. Saya sarankan, –yang masih berpikir begitu—, baca buku ’’Dua Tangis dan Ribuan Tawa’’ yang diterbitkan Kelompok Kompas Gramedia, PT Elex Media Komputindo. Buku yang diluncurkan bulan November 2011, dan sebulan sudah tiga kali cetak ulang. Sekarang, Desember 2011 sudah cetakan keempat.

    Saya pernah mendampingi Meneg BUMN berdiskusi dengan tim penulis buku itu, bulan November 2011 lalu, di kantor Kompas Gramedia, di Palmerah, Jaksel. Mereka sangat antusias dan menemukan banyak titik angle yang tidak saja menarik, tetapi juga bermanfaat buat sejarah perjalanan bangsa ini. Karena itu, mereka akan menerbitkan beberapa edisi buku Dahlan Iskan lagi. Bahkan ada kata-kata yang lucu juga.

    ’’Pak Dahlan, jangan diteruskan dulu dong! Membuat keputusan-keputusan unik di semua BUMN itu. Kami ingin menempatkan hidden camera, untuk mengabadikan itu semua langkah Pak Menteri, sebagai karya jurnalistik!’’ harap salah seorang di antaranya, begitu mendengar sudah lebih dari 60 BUMN yang sudah ditangani dengan cara cepat dan khas. Bukan hanya itu.

    Saya dengar, Rhenald Kasali, guru besar Fakultas Ekonomi UI, sedang mencarikan teori-teori untuk memotret gaya kepemimpinan Dahlan Iskan, sejak Dirut PLN hingga Meneg BUMN. Kalau selama ini analis kampus itu mengupas teori dengan memotret implementasi lapangan. Kali ini, mereka akan mencari teori yang bisa menjelaskan fakta-fakta lapangan yang sedemikan akrobatik.

    Bahkan, Rhenald bisa menemukan teori baru, teori original, yang belum pernah ada sebelumnya. Sebenarnya per kasus penyelesaian berbagai hal di BUMN ini bisa menghasilnya beberapa teori kontemporer yang sangat bermakna dalam perkembangan ilmu ekonomi modern. Yang berminat mengejar guru besar ekonomi dan gelar doktor, ada banyak tema potensial yang bisa digali dari kinerja Meneg BUMN ini. Saya tidak ingin bercerita tentang buku setebal 349 halaman bersampul foto wajah Dahlan Iskan yang serius itu. Saya rekomendasi untuk membeli, ada di Gramedia, baca dulu deh. Isinya, adalah hal-hal teknis, taktis, dalam membuat keputusan-keputusan strategis.

    Dialog, diskusi dengan karyawan, hal-hal yang sangat serius, nilainya material, dampaknya signifikan, tetapi selalu dikemas dengan cara-cara unik, khas seorang jurnalis. Saya bisa merasakan denyut usaha keras, ide-ide besar, terobosan spektakuler, dan ribuan inovasi yang sangat nyata. Dia sukses mentransfer file: ’’kerja.. kerja.. kerja’’ ke pikiran dan hati karyawan PLN. Ya, mungkin belum 100 persen komplet, tetapi itu sudah masuk ke jaringan mereka dengan amat dahsyat.

    Indikatornya gampang. Saat saya berdiskusi dengan jajaran direksi baru, Nur Pamudji, yang didampingi direksi lain, M Harry Jaya Pahlawan, Setio Anggoro Dewo, Murtaqi Syamsuddin dan corporate secretary Ida Bagus Mardawa, nadanya masih ’’nyambung.’’ Spiritnya sama: ’’Kerja.. Kerja.. Kerja!’’ Profil komunikasinya juga sama, low profile, tegas, to the point, tidak plintat-plintut, dan misinya membangun PLN yang lebih baik.

    ’’Kami akan melanjutkan fondasi yang sudah ditanam Pak Dahlan,’’ kata Nur Pamudji yang mantan Direktur Energi Primer PLN itu. Tentu, model kerja yang cepat, kaya variasi, banyak ide, dan selalu mengagetkan itu mirip dengan menangani perusahaan sebelumnya. Dalam kacamata jurnalistik, itu semua menjadi sangat ’’seksi’’. Sebab, belum pernah ada seorang menteri pun, yang nekat pergi tanpa ajudan, tanpa pengawalan, naik KRL sendirian, antre beli karcis, bergelantungan berdesak-desakan dengan penumpang ekonomi, menunggu di stasiun, mencoba toilet di stasiun, makan Soto di warung, naik ojek dan sebangsanya.

    Dia orang yang tidak mudah percaya dengan laporan satu pintu. Dia pasti kroscek dengan karyawan atau bawahan. Dia berusaha merasakan sendiri suasana batin perusahaan itu. Di mana soul dan passion-nya bisa terbaca. Dia biasa tidur di tumpukan koran, ikut mobil boks ekspedisi koran sampai agen-agen, tidur di kursi kantor, kolong meja kantor, itu semua dia lakukan untuk menyelami lebih dalam fakta-fakta yang tidak cukup hanya dari laporan pimpinannya.

    Ada wartawan senior yang bangga, seperti Ishadi SK, commissioner TransTV, yang dia ungkapkan melalui buku ’’Habis Gelap Terbitlah Terang.’’ Sebagai sesama jurnalis, Ishadi sangat serius mengabadikan momentum Dahlan Iskan membuat PLN yang semula dianggap institusi paling dicemooh, menjadi pabrik setrum yang sangat kredibel dan membanggakan. Tetapi ada juga suara-suara sumbang yang geli juga mendengarnya.

    ’’Saya kok percaya ketulusan dan keseriusan beliau! Biarin aja orang berkata apa? Yang penting kinerjanya kelihatan, track record-nya jelas, makin maju, makin terasa, dan bermanfaat buat bangsa dan negara! Titik! Nurutin orang sewot, ntar malah bikin sewot,’’ begitu closing statement pemred yang ngerumpi itu. (*)

    *)Penulis adalah Pemimpin Redaksi Indopos dan Wadir Jawa Pos.

    sumber : http://www.jpnn.com/read/2011/12/30/112658/Modus-Baru,-Sensasi-Baru-

    Posted by BlackBeard | 15 Januari 2012, 7:01 pm
  141. Pak DIS Yth, saya baru saja bertemu dengan seorang teman dari tempat kerja saya yang lama, dan dia masih bekerja disitu yaitu di sebuah BUMN di kelompok Perkebunan. Dia menceritakan bahwa di kantornya (dan juga BUMN Perkebunan lainnya) akan dilakukan pergantian pimpinan (baca: Direksi). Dan sebagaiaman biasanya disitu (dan mungkin BUMN lain juga) kalau sudah seperti itu akan berimbas pada situasi kerja yang menjadi kurang kondusif karena pimpinan yang sibuk mempersiapkan diri untuk bisa menjadi direksi serta aktivitas-aktivitas persaingan yang kadang-kadang melibatkan level-level di bawahnya. Kondisi ini biasa terjadi kalau menjelang sukssesi dan semua menjadi tidak profesional alias muncul perilaku politik. Tapi yang kami diskusikan adalah bahwa kader-kader yang muncul sebagai calon kembali yang itu-itu saja, mengingat BUMN Perkebunan masih sangat feodal dan unsur senioritas membuat kader-kader muda yang bagus dibuat tidak terlihat. Dari rumor sekitar kandidat yang muncul membuat karyawan-karyawan tidak yakin akan ada perubahan jika kandidat-kandidat tersebut yang dipilih oleh Kementerian BUMN untuk mengelola BUMN tersebut. Beberapa BUMN Perkebunan dalam kondisi yang kurang baik pak, mereka membutuhkan pimpinan yang segar, nothing to lose, jujur dan mau berusaha keras untuk memperbaiki bisnis dan budaya perusahaannya. Semoga bapak membaca tulisan ini untuk bahan pertimbangan bapak. Dan semoga bapak selalu dikaruniai kesehatan. Amin.

    Posted by Mandor Kebun | 16 Januari 2012, 6:52 am
  142. Baru menemukan saya ada blognya pak Dis…. dan saya menjadi mempunyai harapan pada perubahan menuju kebaikan di negeri ini. Semoga Pak Dahlan Iskan selalu sehat dan tetap amanah menjalankan tugas2nya…. amin

    Posted by Rina | 18 Januari 2012, 2:56 pm
  143. Puntung Rokok ?
    Hehehe…. lucu juga, padahal di tempat kerja saya di pulau yg sangat terpencil di kalimantan selatan, lagi gencar2nya kami mengkampanyekan Go Green, salah satunya adalah dengan tidak merokok di ruang ber AC dan kendaraan yg ber AC. kami selalu menyebutnya bagi orang yg merokok di ruang ber AC dengan istilah ” Mendinginkan dunia ” di semua pintu kami tulis besar2 “Merokok di ruang ber AC sangsi SP 1 “

    Posted by arie sumarlin | 25 Januari 2012, 3:12 pm
  144. Good Sir, kami doakan dan kami akan banyak belajar dari Bapak. Tks

    Posted by Salira Sitepu | 11 Februari 2012, 5:51 pm
  145. Terima kasih untuk Pak Dahlan Iskan atas tulisan-tulisannya.
    Terima kasih juga untuk pengasuh bloh ini. Banyak sekali manfaat yang dapat diambil.

    Semoga keduanya diberi kesehatan dan anugerah oleh Allah Swt. Amiin

    Posted by Dimas | 5 Maret 2012, 4:36 pm
  146. Seingatku, tempat yang banyak memiliki hiasan asbak bertabur puting susu… eh putung rokok adalah tempat-tempat berdimensi lain seperti club, bar, atau kamar hotel. Untuk kamar hotel biasanya terselip pula cuilan bungkus kondom di asbak yang dipenuhi putung rokok itu. Jangan-jangan para direksi BUMN yang memiliki asbak bertabur puting… eh, putung rokok juga pemakai narkoba? Pemikir sejati kebanyakan bisanya bukan hanya mikir, tapi juga mengendalikan pikirannya. Dan orang-orang yang perokok berat termasuk orang yang kurang memiliki daya tahan dalam mengendalikan, dan membedakan, beragam torsi impuls-impuls syaraf yang seolah terlihat nyata meski itu hanya ilusi. Wie konnte er mensugesti sich mit dem Vorschlag, dass der Rauch, den er gut denken konnte, in der Lage, viele neue Ideen zur Arbeit zu finden sein? Gewohnheit, saugen Milch, eh Zigaretten rauchen, würde dem Drang, etwas mehr syarafi liefern Impulse für das autonome Nervensystem Organe, wie den Gebrauch von Drogen zu saugen. Es sollte eine Regel zu sein, sollte dies ein zwingend vorgeschrieben feudalen und umgesetzt werden, mit dem Rauchen zu verbieten Direktoren. Wenn es Regisseure des Rauchens, nicht Intellekt, und es fühlte sich klebrig. Schließlich muss dieses Land Führern, die progressiv sind, nicht interlaced, die praktisch die richtigen Entscheidungen in Übereinstimmung mit den Anforderungen dieser progressiven Ära produzieren kann. Grüße aus Berlin. Dahlan Isekan für den nächsten Präsidenten abstimmen! Gott segne Sie!

    Posted by Chayanku di Berlin | 18 Maret 2012, 1:00 am
  147. Membaca tulisan pak DI, saya jadi ingat masyarakat yang tinggal di Sawahlunto di Zaman kejayaannya dahulu, persisnya di pertengahan tahun 80an.Apalagi setelah saya juga membaca Laskar Pelanginya bung Andrea Hirata.
    Memang betul hampir semua perusahaan yang dinasionalisasi membawa kulturnya masing – masing. Di Sawahlunto, misalnya, dulu para pejabat Ombilin hidup bergelimang kemewahan.Bahkan direkturnya fasilitasnya melebihi walikota.Mungkin kultur yang dulu dibawa oleh pendahulunya masih diteruskan oleh manajemen sekarang.Jadi kalau kita hendak memajukan BUMN yang ada mulailah dari merobah total kultur yang ada diperusahaan masing – masing.Perlu juga para direksinya diingatkan bahwa mereka sekarang bekerja dengan filosofis baru yaitu memajukan bumn berarti juga memajukan Indonesia di mata dunia.

    Posted by fauzul azim | 20 Maret 2012, 8:55 pm
  148. Pak, kalimat “nila setitik merusak susu se-Malinda” diganti saja, takut ada yang tersinggung nantinya.

    Posted by reza | 21 Maret 2012, 3:09 pm
  149. [“Kursi feodal” dan “puntung rokok” itu terserah saja mau diapakan.]

    loh kok terserah pak?? jelas-jelas ini budaya yang merugikan! justru hal-hal seperti ini yang menghambat kinerja atau malah merusaknya. semua hal-hal besar diawali dan dikarenakan hal-hal kecil. ayo lebih tegas lagi pak!

    Posted by Lisa | 28 Maret 2012, 9:56 am
  150. Manifestasi Salimul Aqidah (aqidah yang selamat) adalah seperti yang dicontohkan pak DI, FOKUS. bukannya malah cari order kanan kiri. jika jadi pemimpin, fokus memimpin dengan benar, jika menjadi wakil rakyat yang yang fokus memperjuangkan kesejahteraan rakyat, yang jadi rakyat juga sama. klo semua fokus dengan amanahnya, g gampang tergiur ‘godaan-godaan’. insyaallah kebangkitan indonesia tidak lama lagi. cita-cita besar ini butuh kerja sama dari semua elemen.
    untuk pak dahlan semoga istiqomah..^^

    satu lagi pelajaran yang dapat say ambil dari tulisan pak dahlan, satu2nya yang penting, sekaligus yang sering terlupa. Syarat FOKUS : menghadirkan agama sebagai ‘way of life’ sebagai pedoman dalam menjalankan setiap peran qt. jika agama hanya menjadi simbol di tempat-tempat ibadah , maka tunggulah kehancuran dari sebuah negara. liberalisasi agama, hanya akan melahirkan sosok-sosok monster yang membahayakan bangsa ini, karena nilai2 universal sangat relativ.

    Posted by asma' | 29 Maret 2012, 12:57 am
  151. apakah karena gedung-gedung tua BUMN itu masih bernuansa feodal,
    sehingga kultur didalamnya tetap dipertahankan…
    jangan-jangan puntung rokoknya cerutu kali yaa???

    Posted by Prio | 30 Maret 2012, 3:40 am
  152. NILA SETITIK RUSAK SUSU SE-MALINDA. .

    keep up the good work pak
    semesta mendukung!

    Posted by Andy | 16 April 2012, 9:12 pm
  153. Reblogged this on serulingsakti.

    Posted by ssmamaze | 22 April 2012, 7:07 am
  154. Saya yakin kalo ada 80% menteri kaya Pak Dahlan Iskandar Insya Allah Indonesia akan Maju…
    Tetap Semangat Pak Dahlan untuk memjukan Indonesia yang Bersih..
    dan kalau Pak Dahlan nyalon jadi Presiden saya akan dukung…

    By Admin Kata Mutiara dan Puisi Cinta

    Posted by Cerpen | 5 Mei 2012, 1:11 am
  155. trs kerja pk dahlan karyamu akan sll dikenang walau disana banyak musuh menghadang.seperti sidak tp pakai strategi.

    Posted by panji | 15 Juni 2012, 8:13 pm
  156. setuju sekali dgn pendapat Pak Dahlan….unsur feodalisme sangat kental…. terutama yg blm tbk

    Posted by IDcopy | 14 November 2013, 9:22 am
  157. work!!
    mantap!!!

    Posted by marjanfuadi | 6 Mei 2014, 7:34 pm
  158. There is no elevator that helps you to be successful. You have to start from the stairs

    Posted by LIESA POERNAMASARIE | 8 Juli 2014, 3:19 am
  159. Penularan penyakit ini dari satu orang ke orang lain adalah dikarenakan kontak fisik melalui hubungan seksual.

    Posted by NENI AGUSTIAWATI | 11 Februari 2015, 1:42 am

Trackbacks/Pingbacks

  1. Ping-balik: KURSI FEODAL BERTABUR PUNTUNG ROKOK | pabrikgulasemboro - 1 Februari 2012

Tinggalkan Balasan ke intansari Batalkan balasan